"Bersama Haana, aku selalu ingin lebih dari sekadar menjadi pacarnya." -Jimin Parks Slezy (Prince Tears)
"Jimin adalah ketidakmungkinan yang aku inginkan." -Haana Myn Sviendri
---
"Kau tidak akan sendirian, Nara." -Suga Myn Sviendri (Prince Sweat)
"...
Haiiiiii... I'm baaaaaaacckkk!!! *serah lu tor mau back kapan suka2 lu aja
Okeeyyy okeeyyy aku janji apdet as soon as possible righttt???
rencananya dari saturday night lalu akuh sakitt gaes. hikss
hahaa! Baiqklaahhh sekarang kusudah baik-baik saja dan bisa apdet! yeaaayy!!!
ayoo merapat merapattt
.
happy reading
!Pliss maapin kalo nemu typo!
.
-Haana
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat bangun pagi ini aku merasakan sakit di setiap inci tulangku. Napasku tersendat-sendat, detak jantungku terasa lemah. Aku membuka mata selama setengah jam tanpa bisa bergerak di atas tempat tidurku. Bahkan untuk menarik selimut agar mencapai pangkal leher tanganku tidak bertenaga.
Bracekey-ku berada jauh dari jangkauan dan sejak lima menit lalu berderit. Pasti itu telepon pagi dari Jimin. Bagaimana aku bisa menerima panggilannya kalau untuk menggerakkan satu jari saja aku tidak mampu.
Jika aku berteriak minta pertolongan pasti akan membuat seisi kastil panik dan Suga akan sangat membesarkan masalah ini. Dia pasti akan panggil seluruh dokter untuk menangani kondisiku. Aku sangat menghindari hal itu. Kondisi DNA ku yang tidak normal bisa menjadi ancaman baru bagi Suga. Sementara saat ini dia tidak boleh memiliki kelemahan apapun demi memperjuangkan masa depannya.
Aku cuma bisa menangis, berusaha melatik gerak tangan dan kakiku di dalam selimut ini. Setengah jam berikutnya jariku mulai bisa bergerak tapi rasanya sakit luar biasa. Aku pikir jariku sudah patah dan remuk sangking sakitnya. Akhirnya kondisi tanpa bisa bergerak ini berlangsung selama hampir dua jam.
Perlahan aku duduk di pinggir ranjang. Hal pertama yang kulakukan adalah menelpon Jimin. Sudah ada lima belas panggilan video tidak terjawab dan puluhan pesan singkat.
"Haana, dari mana saja?" tanyanya panik.
"Maaf... aku tidak memakai bracekey-ku. Aku tadi sarapan bersama Suga," kataku tersenyum seraya memandang tidak tentu arah.
Maafkan aku Jimin, aku berbohong tentang apa yang baru saja terjadi. Kami memang berjanji tidak akan sembunyikan apapun. Jimin juga selalu menerima dan bisa menenangkanku atas kondisi apapun. Tapi bicara jujur dan terbuka tentang semuanya tidak semudah yang kukira.