15. Terkejut

116 3 0
                                    






🌷HAPPY READING🌷









Karin melihat arloji di pergelangan tangannya. Sudah jam satu lebih, tapi dia baru pulang. Lagi pula Karin sudah terbiasa pulang pagi-pagi buta seperti ini. Jam segini sudah pagi kan?

Sebenarnya Karin tidak ingin bekerja di tempat seperti ini. Tapi apa boleh buat, kemampuannya hanya menuangkan minuman dan mengantarkannya.

Kenapa tidak ingin bekerja di kedai kopi atau semacamnya? Apakah Karin pernah bilang bahwa dia bukanlah anak baik-baik?

Gadis dengan rambut hitam sepunggung itu menatap jalanan yang sudah sepi, sangat sepi. Hanya ada sekitar 1 sampai 2 motor yang lewat sejak 30 menit sekali.

Karin hanya perlu berjalan sekitar 2km untuk sampai ke rumahnya. Bagi Karin itu bukanlah hal yang berat, karena dia sudah terbiasa melakukannya. Bahkan di kota tempat tinggalnya yang dulu, jarak tempuh dia berjalan lebih jauh dari ini.

Sesekali Karin bersenandung kecil. Biasanya karin akan mendengarkan musik di ponselnya menggunakan earphone. Namun kali ini, Karin sedang malas melakukannya.

Kaki jenjangnya terus melangkah menyusuri trotoar jalan. Sampai sebuah pengendara motor menghentikan langkahnya.

"Karin," panggil Reyhan.

Si pemilik nama melirik ke samping, tepat ke arah Reyhan. Yang ada di pikiran Karin sekarang hanya, kenapa Reyhan masih di sini?

"Ayo gue anter," kata Reyhan.

"Eh, ga-gak usah," kata Karin terbata.

"Udah ayo naik!"

Karin menggeleng, lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda. Namun dengan cepat Reyhan turun dari motornya dan menyusul Karin.

Reyhan meraih lengan Karin. Sehingga gadis itu berhenti karena lengannya ditahan oleh Reyhan. Perasaan Karin saat ini benar-benar sangat cemas. Perempuan itu sangat takut, jika Reyhan sangat ingin mengantarnya pulang.

"Naik Rin, ini udah malem banget."

"Sekarang udah pagi Rey," kata Karin.

Reyhan terdiam sejenak. Mendapati bahwa tadi dirinya salah bicara.

"Gue lupa," ucap Reyhan tak mengaku salah.

"Pulang aja Rey, gue gak pa-pa jalan sendiri."

Reyhan menatap Karin yang berusaha meyakinkan dirinya. Mata Karin benar-benar indah, dan hampir membuat Reyhan terpaku di tempat.

Wajah Karin itu sangat unik. Dia bisa terlihat cute dan sexy dalam satu waktu. Benar-benar beda. Tapi wajah Karin bisa mengingatkan Reyhan dengan dia.

"Naik atau gue kasih tahu anak sekolah kalau lo kerja di tempat itu," ancam Reyhan.

"Jangan dong Rel," pinta Karin dengan memelas.

"Kalau gitu naik," kata Reyhan.

Tidak ada pilihan. Karin menuruti apa kata Reyhan—pulang bersamanya.

Keadaan sekarang benar-benar sepi. Tidak ada yang melintas di jalanan, hanya ada Reyhan dan Karin.

Angin malam begitu dingin. Bahkan jaket yang dipakai Karin tidak mampu menghangatkan tubuhnya. Sepertinya sebentar lagi akan hujan.

"Rumah lo di mana?" tanya Reyhan dan sedikit menolehkan kepalanya ke belakang.

"Lurus aja nanti ada simpang di kiri jalan," kata Karin menjawab pertanyaan Reyhan.

BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang