🌷HAPPY READING🌷
Karin berlari meninggalkan rumah dengan pagar bercat warna biru. Lalu berhenti tepat di sebuah pohon mangga besar. Karin sempat melihat kesekelilingnya, setelah dikira aman Karin segera memanjat pohon itu.
Pohon ini cukup besar, tapi karena Karin sudah terbiasa memanjatnya Karin tidak merasa takut lagi. Dia tidak takut akan jatuh ataupun takut ada kuntilanak di pohon mangga ini. Karena, kalaupun ada Karin akan anggap dia teman. Siapa tahu saat Karin jatuh, kuntilanak itu akan menolongnya.
Oke baiklah, pemikiran itu sedikit di luar nalar. Tapi bagaimanapun mereka tetap ada. Hanya saja kita tidak melihatnya.
Senyum Karin mengembang saat melihat jendela besar di depannya. Dengan satu tangannya, Karin membuka jendela itu. Lalu tangan satunya berpegangan dengan dahan pohon.
Setelah terbuka, dengan gerakan sangat lambat dan hati-hati Karin melangkah dengan pasti menuju jendela itu. Bukan takut jatuh, tapi Karin takut menimbulkan suara sehingga membangunkan kedua orangtuanya.
Akhirnya, Karin sampai di kamarnya. Dia mengambil kunci kecil di saku jaketnya tadi. Ini memang kunci pintu samping rumahnya. Tapi, Karin lebih suka lewat pohon mangga itu.
Selain lebih memacu adrenalin, Karin lewat jendela kamarnya agar tidak ditanya-tanya kedua orangtuanya dari mana. Walaupun Karin tahu itu tidak mungkin terjadi. Tapi, dari pada cari mati. Lebih baik cari aman saja.
Karin segera menutup jendela kamarnya, tidak lupa juga gordennya. Setelahnya Karin segera tidur. Sebelum benar-benar tidur, Karin membaca doa terlebih dahulu.
Gadis berambut sepunggung itu berharap semoga besok lebih baik dari pada hari ini. Dan semoga dia tidak bangun kesiangan.
*****
Reyhan menatap kesekelilingnya. Rasanya sangat aneh datang sekolah sepagi ini. Sekarang masih jam 7 pagi, dan Reyhan sudah datang.
Jangan protes, jam segini menurut Reyhan masih sangat pagi. Apalagi semalam Reyhan pulang sudah pagi. Bahkan matanya masih mengantuk. Pasti kali ini dia akan tertidur di kelas.
Mata elang Reyhan menatap siapa yang sudah datang. Hanya ada Karin di sana, teman sekelasnya yang lain entah ke mana. Tasnya sudah ada, namun orangnya tidak ada. Mungkin mereka ke kantin untuk sarapan. Tapi tidak semua teman sekelas Reyhan sudah datang. Cntohnya saja Raffa, Evan dan Danis.
Reyhan berjalan memasuki kelas. Dan Karin mengetahuinya.
"Tumben udah dateng," kata Karin menatap Reyhan yang kini sudah duduk di belakangnya.
"Gak bisa tidur," ucap Reyhan.
Karin menatap Reyhan yang ada di belakangnya. "Kenapa?" tanya Karin penasaran.
"Mikirin lo."
"Ngapain mikirin gue?" tanya Karin menunjuk dirinya sendiri.
Remaja dengan seragam berantakan itu mendekatkan dirinya dengan Karin. Padahal sekarang masih pagi, tapi sudah berantakan saja seragamnya.
"Lo ngapain sih kerja di tempat kayak gitu Rin?" tanya Reyhan.
Itulah pertanyaan yang menyerang Reyhan. Sehingga laki-laki itu tidak bisa tidur. Jangankan tidur, memejamkan matanya saja tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOYFRIEND
Teen FictionReyhan, remaja tampan dengan seribu rahasia. Selama ini dia tak pernah mengingat masa lalunya. Sampai akhirnya dia bertemu Karin, murid baru dengan wajah yang dia rindu. Bukan Karin yang dia rindu, tapi wajah itu. Dan ternyata pertemuannya dengan K...