11. Taman Belakang

144 5 0
                                    




Aku Update!
Kalau ada typo tolong tandain yaaa

🌷Happy Reading🌷



















Ini adalah pertama kalinya Karin masuk ruang BK setelah beberapa bulan ini belajar di sekolah barunya ini. Awalnya Karin berpikir bahwa dia tidak akan pernah masuk ke ruangan ini. Ruangan yang selalu membuat dirinya mengingat masa lalu, yang seakan tak ingin lepas dari ingatan.

Karin ingin bebas, Karin tidak mau seperti dulu. Dia ingin merubah pandangan orang terhadap dirinya. Karin bosan dianggap tidak berguna. Semuanya seakan tidak percaya akan dirinya, atau bahkan tidak menganggap dirinya ada?

"Karin! jawab pertanyaan saya!" Suara tegas dengan nada menusuk menyadarkan Karin dari lamunannya.

"Ma-maaf Pak, saya gak denger." Gadis berambut sepunggung itu hanya menunduk, takut melihat guru yang kini pasti sudah siap dengan kata-kata mutiaranya.

"Jadi dari tadi bapak ngomong kamu gak dengerin? Telinga kamu udah gak berfungsi lagi?!"

"Maaf Pak," kata Karin.

"Inget Karin! kamu itu murid baru, jangan merusak nama kamu jika tidak ingin dinilai buruk oleh guru-guru." Penjelasan pak Chandra selaku wakil kesiswaan membuat dada Karin sesak.

"Iya Pak," jawab Karin lirih.

"Untuk kali ini saya masih bisa memaafkan kamu. Tapi jika kamu mengulanginya lagi, orang tua kamu akan saya panggil."

Karin menghembuskan napasnya lega. Akhirnya, ketakutan yang sedari tadi dia khawatirkan tidak terjadi.

"Makasih Pak," Karin tersenyum dengan begitu tulus kepada guru yang katanya maha benar di sekolah ini.

"Jangan senang dulu," kata pak Chandra membuat senyum Karin memudar.

"Apa lagi Pak?" tanya Karin.

"Kalian berdua bersihin taman belakang. Rumputnya udah pada tinggi-tinggi, dan daun yang kering berserakan."

"Baik Pak," kata Karin sedikit mengangguk.

"Saya juga pak?" tanya Clarin dengan menunjuk dirinya sendiri.

"Iya," jawab pak Chandra.

"Gak bisa dong Pak, saya kan gak salah!"

"Gak ada bantahan! kerjain atau saya panggil orang tua kamu?" Clarin hanya mendengus kesal, bisa-bisanya dia terjebak dengan murid baru yang menurutnya begitu menyebalkan.

Karin dan Clarin keluar dari ruangan yang minim udara itu. Tanpa berbicara apapun Clarin meninggalkan Karin sendirian. Karin hanya mendenguskan napas pasrah. Dia tahu bahwa Clarin tidak mau melaksanakan hukuman yang diberikan oleh gurunya tadi.

Gadis dengan rambut sepunggung itu berjalan menuju taman belakang, berniat menjalani hukumannya. Di dalam hati Karin mengumpati Clarin yang bersifat seenaknya. Bagaimanapun ini semua kesalahan yang mereka lakukan berdua, jadi hukumannya pun harus dilaksanakan bersama-sama. Bukan oleh satu orang saja.

"Jaga sifat Rin," kata Karin mengingatkan dirinya sendiri.

Taman belakang terlihat sangat kotor. Daun-daun kering berjatuhan tanpa ada niatan untuk disapu. Rumput-rumput yang sudah tinggi, sangat lezat untuk makanan sapi. Apakah Karin harus membersihkan semuanya ini sendiri?

"Apa gunanya tukang kebun sih? kalau bersihin taman aja masih nyuruh anak murid."

Karin tidak habis pikir, kenapa sekolahnnya ini begitu jahat dengan menghukum muridnya untuk membersihkan taman yang kotornya mengalahkan tempat orang habis hajatan. Dihukum seperti bukan hal yang Karin sukai, tapi selalu Karin dapatkan. Menyebalkan memang.

BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang