Pukul 06.20
Secercah sinar mentari menebus tirai jendela kamar Singto, cahayanya yang sangat terang mengganggu Krist yang sedang tertidur. Ia membuka mata nya dan mendapati Singto masih dengan posisi semalam, memeluknya dari belakang. Krist pun membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Singto. Ia berbalik sangat pelan agar tidak mengganggu orang yang ada dihadapannya sekarang. Ia membelai wajah tegas orang yang ada di hadapannya itu, kemudian ia tersenyum.
"Apakah kau tahu phi, perasaan ku terhadapmu bahkan lebih dari ini?" Krist berkata dalam hatinya.
Singto yang tidur nya merasa terganggu pun akhirnya membuka mata nya.
"Selamat pagi, Kit"
"Hem, selamat pagi P'Sing."
Mereka pun hanya diam dan saling memandang, menyelami perasaan mereka masing-masing. Hingga tangan Singto terulur membelai pipi tomat Krist. Krist pun memejamkan mata nya menikmati belaian pria berkulit tan itu sambil tersenyum.
"Apakah kau tidak ada jadwal hari ini Kit?"
"Ada phi, nanti jam 10. Aku sudah menghubungi mae Yui semalam, bahwa aku di apartemen P'Sing dan akan berangkat dari sini. Jadi mae tidak usah menjemputku" Ucap Krist yang masih betah memejamkan matanya
Singto yang masih membelai lembut pipi tomat Krist pun, hanya tersenyum.
"Ya sudah mandi lah, phi akan siapkan sarapan untuk kita" Singto mulai bangkit dari tempat tidurnya, namun dicegah oleh Krist. Singto yang merasa pergelangan tangannya ditahan oleh Krist akhirnya mendudukan dirinya kembali dan merebahkan tubuhnya.
Krist memeluk tubuh Singto dengan erat. Entah apa yang membuat Krist seakan takut kehilangan phi nya itu, akibat percakapan semalam.
"Bisakah kita seperti ini sejenak, phi?"
"Hemm" Singto hanya bergumam menanggapi pertanyaan Krist dan membalas pelukan Krist dengan erat.
Krist semakin mempererat pelukannya dan semakin menenggelamkan wajahnya didada bidang Singto, menikmati setiap detak jantung Singto dan itu membuatnya nyaman. Singto pun mengecup pucuk kepala Krist, ia tersenyum.
"Kenyamanan ini yang membuatku tak ingin jauh-jauh dari mu Kit. Ini salah satu alasan kenapa aku harus berpikir dua kali menerima tawaran internship itu" Kata Singto dalam hati.
Suara dengkuran halus terdengar dipendengaran Singto,
"Ahh ternyata anak ini tidur lagi"
"Kit.. Kit" Dengan suara lembutnya Singto membangunkan Krist yang tertidur kembali karena nyaman sekali berada dipelukan Singto, Krist tak kunjung bangun. Singto pun menusuk-nusuk lesung pipi tomat Krist.
"Hei bangun anak nakal, sudah jam 7.30. Nanti kau bisa terlambat, jalanan pasti macet"
"Hemm" Krist bergumam dan hanya menenggelamkan wajahnya kembali.
Singto yang gemas dengan perlakuan Krist pun mencubit pipi tomat Krist. Sehingga Krist mau tidak mau membuka mata nya.
"Auch, Sakit phi" Krist mengaduh kesakitan.
"Makanya kau bangun, sana mandi" Singto beranjak dan berjalan menuju dapurnya untuk menyiapkan sarapan untuk mereka.
Setelah 15 menit Krist menyelesaikan acara mandinya, ia keluar kamar dengan pakaian Singto. Karena semalam ia tak membawa baju satu pun dan itu pun karena ia dari rumah orangtuanya langsung ke apartemen Singto.
Dimeja makan tertata rapi roti gandum dan beberapa selai, tak lupa kopi dan susu yang ada di cangkir masing-masing. Singto tahu Krist sedang diet, karena semalam ia mengeluh tentang berat badannya. Ya, walau pun semalam ia lupa jika ia memakan hampir setengah kotak pizza dan sekaleng cola 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Harum Hujan 💧 (END)
FanficSeperti hujan, sebanyak itulah Rindu ku pada mu -SP- Bila kamu memeluk hujan, itu aku. Bila kamu menyentuh dingin, itu aku. Bila kamu mencium angin, itu aku. Maka kamu adalah tanah yang begitu tabah menadah basah. End