Hari ini hari minggu, udah berapa hari ya gue gak komunikasian sama Rio? Gak taulah.
Seminggu?
Sepuluh hari?
Dua minggu?
Gue gak tau, tapi rasanya waktu berjalan dengan lambat banget kayak cheetah, maksud gue kayak siput. Hihi
Gue sekarang lagi di cafe Dilla--Valey's--sama Yaya.
Ini entah perasaan gue aja atau emang apa, Yaya kelihatan nyembunyiin sesuatu dari gue. Kayak ngerahasiain banget sesuatu itu dari gue.
"Ya lo gak pengen rujak?" tanya gue iseng.
Yaya mengernyitkan dahinya heran, "Buat apaan?"
Gue memutarkan mata gue, dia malah balik nanya, "Siapa tau aja lo pengen rujak."
Yaya tertawa garing, "Lo kira gue ibu-ibu ngidam."
Alhamdulillah, dia belum hamil.
"Who's know." balas gue sambil rolling eyes.
Dan tiba-tiba mata gue terpaku pada cincin yang tersematkan di jari manis di tangan kanan gue.
Gue hampir lupa kalau gue pake cincin pemberian dari Rio.
Selalu Rio. Apapun yang ada di diri gue berkaitan dengan Rio.
Dan gue ingat, kemarin, dengan cincin yang ada di tangan gue, dia ngelamar gue. Minta gue untuk mempertimbangkan lamarannya.
Then now, gimana gue bisa mempertimbangkan jawaban apa yang bakal gue kasih ke Rio sementara hubungan gue sama dia entah apa ceritanya.
Rio sekarang udah make cincin pertunangannya dengan cewek lain, yang jelas bukan gue. Udah gue bilang cewek lain kok.
Dan apa gue harus ngelepasin cincin ini juga?
Kenapa dulu lo ngasih gue cincin sih, Yo? Kalau akhirnya bakal kayak gini!
Gue baru aja mau ngelepasin cincin yang ada di jari gue, tapi udah di cegah sama seseorang. Yaya.
"Kenapa mau lo lepas?" tanya Yaya sambil bertaut alis.
Gue langsung bungkam.
"Dari kak Rio?" tanya Yaya lagi.
Tanpa gue jawab pun Yaya pasti udah tau jawabannya.
"Lo mau ngelepasin cincin dari orang yang lo sayang, Bel?" tanya Yaya dengan nada tak percaya.
"Jadi gue harus apa? Pertahanin cincin ini? Sementara di jari Rio udah ada cincin yang lain." balas gue miris.
Yaya terdiam. Mungkin dia lagi mikirin balasan yang tepat.
"Gak ada gunanya lagi gue pertahanin semuanya 'kan, Ya? Semuanya yang gue pertahankan sia-sia."
Yaya mendengus terlihat sebal, "Segini perjuangan lo? Bel, bangun, di dunia ini gak ada yang enggak patut di perjuangkan, semuanya butuh perjuangan. Dan lihat diri lo, nyerah sebelum perang."
"Lo ngomongnya gampang, Ya. Gue yang ngerasain, lo enggak--"
"Gue pernah, Bel. Gue nunggu Bhilly bertahun-tahun, nggak ada apa-apanya di bandingin dengan kasus lo. Rio baru tunangan, belum nikah, masih ada kesempatan kalau lo mau--"
"Sayangnya gue gak mau--"
"Bella!"
Gue tersentak saat Yaya ngebentak gue, selama gue sahabatan sama Yaya, gue belum pernah di bentak dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lova Bell
Teen FictionIa pikir semua yang sudah di aturnya dapat berjalan sesuai dengan rencana. Tapi, yang terjadi tidak ada dalam agendanya. Tentu, karena manusia bisa merencanakan dan Tuhan Yang Maha Esa lah yang menentukan. *** Hi, ini cerita ku. Bella.