Suara Adam Levine menggema di sela-sela mobil gue.
Sengaja jam istirahat gue pake untuk malas-malasan di dalam mobil. Gue pengen sendirian.
Gue gak tau kenapa gue nyetel lagu ini, cuman nadanya pas aja buat gue.
Galau galau gimana gitu.
Gak kok hehe, gue gak galau.
Sekarang gue 'kan udah jadi cewek strong.
Masalah yang akhir-akhir ini datang ke hidup gue ngebuat gue jadi tambah kuat.
Bahkan sekarang gue gak tau masih bisa nangis atau enggak.
But are we all lost stars, trying to light up the dark?
Ternyata masih bisa hehe.
Tok tok tok.
Kaca jendela mobil gue di ketuk seseorang, gue langsung cepat-cepat menyeka airmata yang jatuh dikit ke pipi gue.
Riski. Gue lihat dia senyum ke gue dari luar.
Kenapa dia masih mau ngampirin gue? Setelah apa yang terjadi sama gue.
Lo tau--soal bokap--sekarang dimana-mana udah tau skandal keluarga gue. Dan gue bisa mendengar anak-anak kampus banyak ngegosipin gue.
Gue gak mau keluar atau pun buka kaca jendela. Gue takut Riski bakal ngejelekin gue.
Ok gue akui ini lebay atau apapun yang lo pikirkan. Tapi gue benar-benar belum bisa terima kucilan apapun. Gue belum siap.
Sekali pun lo berpikir Riski gak mungkin ngelakuin itu. Tetap aja gue belum siap.
Gue lebih milih naikin volume musik di mobil gue dan nyandarin kepala ke sandaran kursi terus nutup mata gue.
Gak gue peduliin orang luar.
Mungkin untuk saat ini.
Gue masih bisa dengar ketukan kaca jendela dari Riski, banyak kali, sampai akhirnya dia bosan dan memutuskan untuk pergi.
Maafin gue.
Dan diiringi tanda bunyi pesan masuk dari hp gue.
Gue langsung cek, ternyata dari Riski.
God tell us the reason youth is wasted on the young.
Apa volume musik di mobil gue kedengaran sampe keluar sana?
***
Riski tergesa mengejar Bella, di tariknya tangan cewek itu hingga tubuh Bella berbalik menghadapnya.
"Ini gak benar, Bel." ujar Riski.
Sementara Bella tak berani melihat Riski, matanya beralih ke arah lain. Yang penting bukan ke Riski.
"Lo kira gue peduli sama gosip yang anak kampus bikin?" suara Riski hampir saja meninggi karena geramnya.
Bella tetap diam, masih tak berani menatap Riski.
"Stop doing stupid things, Bel. Dua hari ini kemana Bella yang gue kenal?"
Mata Bella sudah memerah, entah kenapa, oh selain memerah, matanya juga terasa panas.
"Lo cuman perlu menulikan telinga lo dari orang-orang yang gak tau kehidupan lo." tambah Riski lagi.
Tubuh cewek mungil itu bergetar, awalnya hanya bergetar namun lama-kelamaan getaran itu semakin hebat.
Bahkan ia sendiri tak mampu menanggung berat tubuhnya. Hingga Riski menahannya.
"Lo kira gue gak tau apa yang lo lakuin? Apa otak lo cuman seupil sampai lo berkali-kali coba untuk bunuh diri, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lova Bell
Teen FictionIa pikir semua yang sudah di aturnya dapat berjalan sesuai dengan rencana. Tapi, yang terjadi tidak ada dalam agendanya. Tentu, karena manusia bisa merencanakan dan Tuhan Yang Maha Esa lah yang menentukan. *** Hi, ini cerita ku. Bella.