15

297 15 2
                                    

Sayangnya dia gak nangis. Gue gak bisa meluk dia.

"Masih ada yang mau kamu bicarain?" tanya Bella dengan lembut ke Rio.

Rio menatap Bella heran, hanya ia memang bingung dengan pertanyaan Bella.

Bella tak menghiraukan tatapan heran Rio, ia bangkit dari duduknya.

Melihat Bella berdiri, Rio pun ikut berdiri walau ia tak tau apa alasannya.

"Aku ada jam kuliah bentar lagi. Jadi, see ya." ucap Bella sambil tersenyum lalu ia membalikan badannya dan melangkah menjauhi Rio.

Gue harus.

Rio mengikuti langkah Bella yang kecil, di tariknya lengan tangan Bella hingga tubuh cewek itu berhadapan dengan tubuhnya.

Langsung saja Rio membawa Bella ke pelukannya, memeluk tubuh mungil Bella, memeluk orang yang ia sayangi, untuk yang terakhir kalinya.

Tubuh Bella tidak menegang saat mendapat perlakuan tiba-tiba dari Rio. Namun airmata yang sejak tadi ia tahan akhirnya meluruh kepermukaan.

Menangis dalam diam, menangis di pelukan orang yang ia sayangi, menangis di depan orang yang sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.

Bella tak tau apa yang ia lakukan, yang ia tanyakan mengapa Rio tidak membiarkan dirinya pergi lalu menangis sendirian di dalam mobil. Itu lebih baik menurutnya.

Daripada harus menangis di depan orang yang sudah bukan miliknya lagi.

Sementara Rio terus memeluk Bella dengan erat, membiarkan gadis itu membasahi bajunya dengan airmata. Rio tak peduli, yang ia inginkan hanya berdekatan dengan Bella untuk saat ini. Karena ia tau bahwa ia tidak bisa lagi seperti ini dengan orang tersayangnya.

Melihat Bella menangis dalam diam membuat hati Rio teriris lalu di potong kecil-kecil dan di blender. Sakit rasanya.

"Sebentar." bisik Rio, "Sebentar aja."

Tangis Bella semakin pecah, akal sehatnya memutuskan untuk menolak pelukan Rio. Namun hatinya memutuskan untuk menerima pelukan Rio.

"Please, Bell. For the last time."

And when the daylight comes, i'll have to go. But tonight i'm gonna hold you so close - Daylight.

***

Yaya mengetuk pintu kamar Bella untuk yang kesekian kalinya. Sudah tiga kali Bella melewati jam makan.

Bahkan Bella sudah di paksa keluar dengan kedua orangtuanya namun ia tak kunjung keluar.

"Hell ya Bell." desis Yaya di depan pintu kamar Bella.

Yaya sangat mengkhawatirkan keadaan Bella saat ini, sejak Bella bertemu dengan Rio, kondisinya bisa di bilang tidak baik-baik saja.

Yaya tau apa yang Rio lakukan, namun ia tak menyalahkan kakak sahabatnya itu. Karena menurutnya Rio sudah melakukan hal yang benar, walau harus mengorbankan dua perasaan sekaligus. Baik itu perasaan Rio sendiri maupun perasaan Bella.

Yaya dan suaminya juga sudah di berikan undangan pernikahan Rio, begitu juga Celliqa yang Rio titipkan ke Bhilly karena waktunya di Indonesia tidak banyak.

Dengan kesal Yaya meminta bantuan ke pak satpam untuk mendobrak pintu kamar Bella. Ia tak peduli jika harus merusakan fasilitas di rumah Bella. Toh kedua orang tua Bella juga tak mungkin keberatan.

Dengan dobrakan ketiga pintu pun berhasil di dobrak.

Yaya langsung masuk dan melihat Bella sedang berada di balkon rumahnya.

Lova BellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang