Para tamu undangan tersenyum bahagia melihat kedua mempelai tak bosan menyunggingkan senyum mereka.
Siapa yang tak menyangka bahwa anak sulung dari orang yang paling di takuti sudah menikah dengan anak tunggal seorang senator dan pengusaha sukses.
Acara besar-besaran yang mengeluarkan banyak biaya tak sedikit di perbincangkan. Bahkan banyak sponsor yang menawarkan diri untuk membantu. Namun di tolak mentah-mentah oleh si mempelai pria.
Ia tak ingin pernikahannya di sebarkan secara luas seperti kebanyakan artis. Dia bukan artis.
Di umurnya yang ingin menginjak 27 tahun itu membuat para ibu-ibu mendesah kecewa, karena mereka berencana menjodohkan si mempelai pria dengan anak mereka. Namun sudah ke buru di ambil orang lain.
Udah ganteng, matang, kaya lagi. Itu lah yang Dilla dengar dari para tamu undangan yang menghadiri pernikahan Kakaknya itu.
Tak sedikit juga Dilla mendengar ucapan tentang patahnya hati teman-teman cewek Rio yang di undang.
Dilla tetap mengamati tempat pengantin duduk dari kejauhan, terlihat Bella sedang tertawa saat Rio berbisik sesuatu kepadanya dan tak lama Bella mencubit pinggang Rio dengan manja.
Dilla tersenyum simpul, lalu ia beralih pada sahabatnya yang lebih dulu berjalan ke jenjang pernikahan. Siapa lagi kalau bukan Yaya?
Kehamilan Yaya belum terlihat karena baru memasuki minggu ketiga. Raut wajah senang juga tercetak di wajah Yaya. Dan Bhilly, suami dari sahabatnya itu semakin protektif dengan istrinya. Hingga kadang-kadang membuat Yaya kesal.
Dilla tersenyum simpul, lagi, dan lalu ia beralih pada Celliqa yang berdiri jauh dari tempat berlangsungnya acara. Dilla tau mengapa Celliqa mengasingkan diri. Baik Celliqa maupun Farshal sama-sama bersembunyi. Jika Celliqa ada di daerah diadakannya acara maka Farshal akan menjauh dan begitu sebaliknya.
Seperti main kucing-kucingan. Untuk yang ini Dilla tidak tersenyum.
"Ehem ehem." suara Rio dari atas panggung membuat pandangan Dilla teralihkan.
Rio dengan jas putihnya sedang berdiri yang di hadapannya sudah ada microphon.
"Karena hari ini adalah hari yang bahagia buat saya dan keluarga, maka saya akan meminta untuk Adik saya yang tercinta untuk menyumbangkan suaranya." permintaan Rio membuat Bella, Yaya dan Celliqa kaget sekaligus senang. Karena Dilla-lah yang tak pernah bernyanyi di antara mereka. Entah tak pernah atau tak mau.
Rio yang berada di atas panggung tak gentar dengan tatapan Dilla. Dengan langkah gontai akhirnya Dilla berjalan mendekati panggung.
Benjamin, Ferdi, Valery, Lucas, dan Valen hanya tersenyum melihat Dilla.
Dilla menampilkan senyumnya kepada khalayak ramai, lalu mengambil microphon, "Ini bukan hari saya, jadi saya tidak akan bernyanyi sendirian."
Dilla menatap Rio dan Rio menatap Dilla kembali, "Tidak. Saya tidak akan bernyanyi."
Ucapan Dilla membuat para penonton kecewa.
"Saya tidak bisa melakukan banyak hal. Termasuk bernyanyi." Dilla menatap kedua orang tuanya, "Saya juga bukan anak yang penurut."
Ferdi dan Valery langsung tertawa. Rio yang berada di samping Dilla masih menatap adiknya itu.
"Saya juga bukan adik yang sopan." ujar Dilla membuat Rio mengangguk setuju.
Lalu Dilla menatap Bella, Celliqa, dan Yaya secara bergantian, "Saya juga bukan sahabat yang setia."
Ketiga sahabat Dilla membenarkan ucapan Dilla, "Tapi. Saya Zadilla Valeryna Alexander. Saya bisa di sini karena ada banyak orang yang selalu ada untuk saya. Tak peduli seberapa jahat dan kejamnya saya, mereka tetap ada untuk saya. Dan di sini saya--kita semua menyaksikan bagaimana berjuangnya mempelai pria dan wanita untuk mempertahankan orang yang mereka sayang. Tanpa pamrih. Tanpa takut tantangan. Mereka berjuang. Dan percayalah, kita semua pernah berjuang.
"Saya. Zadilla Valeryna Alexander. Perempuan tanpa ekspresi. Ingin mengatakan--"
Dilla menggantungkan kalimatnya lalu menatap Rio.
Tak ada yang tau apa yang ingin Dilla katakan pada Rio, Dilla hanya menatap kakaknya selama beberapa detik lalu tersenyum simpul.
Dan Dilla berjalan turun dari panggung meninggalkan rasa penasaran banyak orang.
***
Malam sudah tiba, acara pernikahan pun telah usai.
Rio keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya dengan baju tidur yang serasi dengan Bella.
Di lihatnya Bella yang sudah tertidur pulas di atas kasur.
Rio tersenyum melihat wajah damai sekaligus wajah capek Bella. Di dekatinya cewek yang sekarang sah menjadi istrinya itu.
Rio mencium puncak kepala Bella dengan hangat, "Good night, Bel."
Setelah itu Rio pun menarik selimut dan tidur lelap di samping Bella.
Pernikahan bukan akhir dari segalanya, tapi pernikahan awal dimana hidup baru di mulai.
Dan Rio akan selalu berusaha membuat hidupnya tenang. Apapun konsekuensinya. Ia akan berusaha. Demi dirinya, Bella, dan juga keluarganya kelak.
***
Loving can hurt sometimes, but it's only thing that i know. When it gets hard , you know it can get hard sometimes and it's the only thing that makes us feel alive - Anonymous.
***
An.
See you in epilog!;)
27, November 2014.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lova Bell
Teen FictionIa pikir semua yang sudah di aturnya dapat berjalan sesuai dengan rencana. Tapi, yang terjadi tidak ada dalam agendanya. Tentu, karena manusia bisa merencanakan dan Tuhan Yang Maha Esa lah yang menentukan. *** Hi, ini cerita ku. Bella.