Bella menghapus setetes airmata yang jatuh ke wajahnya dengan tangan.
Hujan yang lumayan lebat tak membuatnya untuk tidak hadir ke tempat terakhir salah satu orang yang teramat dekat dengannya itu.
Di lihatnya orang-orang yang ia sayangi, sama seperti yang ia lakukan. Berusaha tegar saat melihat sebuah tubuh tak bernyawa di masukkan ke liang lahat.
Airmata yang sudah di hapusnya pun tak berhasil, semakin lebat hujannya maka semakin deras pula airmata yang tumpah ke wajahnya.
Setelah mengirim doa, ia pun membalikan badannya ingin meninggalkan pemakaman.
Baru beberapa langkah saja kakinya sudah tak kuasa menahan beban yang akhirnya membuat dirinya terjatuh lalu tak sadarkan diri.
***
5 tahun setelah kejadian.
"Tante Bella!" teriak anak cewek yang berusia sekitar 4 tahun kepada Bella.
Bella yang sedang berjalan mendekati anak itu pun tersenyum.
"Kamu mau main sama Resya, ya?" tanya Bella sambil menggendong anak kecil itu.
Anak kecil itu, namanya Arcel mengangguk polos.
"Dia di kamarnya tuh, Ar. Tapi Resya-nya lagi demam." balas Bella memasang tampang sedih.
"Esya lagi demam, Tante?! Kok bisa?"
"Ya bisa dong, Resya kan juga manusia, Ar." canda Bella.
"Resya kangen Om Rio ya Tante? Makanya dia demam. Kan udah lama Resya gak ketemu Om Rio."
Bella terdiam mendengar pengakuan dari anak kecil yang berumur lima tahun tersebut.
"Yaudah. Arcel mau temenin Resya dulu ya Tante."
Arcel pun turun dari gendongan Bella, lalu ia berlari semangat menuju kamar sahabatnya itu.
"Ngalamun lagi!" suara tak asing mengagetkan Bella.
"Kepikiran Kak Rio, lagi?" tanya dari suara yang berbeda.
Bella tersenyum lalu mengangguk, "Gue kangen dia."
"Emang Kak Rio kangenin lo?" pertanyaan itu keluar dari mulut Ibunda Arcel, Celliqa.
"Jelaslah!" balas Bella mantap, "Mana mungkin dia gak nganenin gue."
"Pede!"
Tanpa di tawarkan untuk masuk, Celliqa dan sang suaminya sudah masuk ke dalam rumah Bella. Lalu Bella mengikuti langkah sepasang suami istri itu.
"Lo ingatkan hari ini hari apa?" tanya Celliqa sambil tersenyum.
Bella mengangguk kaku. Sudah lima tahun semenjak insiden mengenaskan berlalu.
"Gue gak pernah lupa." jawab Bella menimpali.
"Sore ini, kita bakal ngumpul di sini terus sama-sama ke pemakaman." jelas Celliqa.
"Alfa juga udah di dalam pesawat." timpal Farshal.
Bella mengangguk mengerti, "Kak Rio juga ambil cuti. Mungkin bentar lagi dia nyampe."
Ketiganya terdiam. Larut di dalam pikiran masing-masing.
"Kadang, gue ngerasa kalau semuanya cuman mimpi." ucap Bella sambil tersenyum, "Tapi yaudahlah. Ini takdir kan? Sesakit apapun kita tetap harus ngelanjutin hidup."
Farshal dan Celliqa mengangguk setuju, "Kita doain semuanya bakal baik-baik aja. Walaupun kita tau semuanya gak bisa di ulang lagi."
"Udah jangan pada galau lagi. Udah lima tahun setelah kejadian terjadi. Move on dong."
"Kak Rio?"
Rio tersenyum lalu berhambur memeluk sang istri tercinta.
"Jangan mesra-mesraan di depan umum!" celetuk Celliqa membuat Bella dan Rio segera menghentukan aktifitas mereka.
"Ucapan lo buat gue dejavu." balas Bella.
"Gue tau."
Farshal hanya melihat kedua orang itu, ia tersenyum. Ini memang bukan akhir dari apapun. Semuanya masih dalam sebuah permainan. Dan permainan tersebut belum terselesaikan.
Tak ada yang tau kapan permainan berakhir. Karena yang mereka tau adalah, bahkan kematian pun tak bisa mengakhiri permainan tersebut.
Dan kematian pun bukan akhir dari sebuah rasa sayang.
***
'Cause in the end all you really have is memories - anonymous.
***
An.
Lovabell akhirnya selesai juga.
Epilognya sengaja di buatin gini yaa.
jangan protes okay!
Makasih yang udah baca Lovabell. Atau yang udah ngikutin cerita-cerita kami.
Buat yang komentar, vote, dll deh pokoknya.
Makasih ya! Kalian semua, amazing! Awesome! Etc.
Sampe ketemu di sequel milik Zadilla.
Bay bay.
Love you guys!♥
8, Desember 2014.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lova Bell
Teen FictionIa pikir semua yang sudah di aturnya dapat berjalan sesuai dengan rencana. Tapi, yang terjadi tidak ada dalam agendanya. Tentu, karena manusia bisa merencanakan dan Tuhan Yang Maha Esa lah yang menentukan. *** Hi, ini cerita ku. Bella.