Di mulmed itu Dinda ya guys!!
Rosa terbangun dari tidurnya, matanya menatap sekeliling ruang asing itu. Dimana dia? Kenapa bau rumah sakit? Tiba-tiba dokter masuk ke ruangannya, dokter tampan itu tersenyum sembari memeriksa keadaan Rosa.
"Dok, kok aku ada disini?" tanya Rosa heran dan membuat dokter itu tersenyum, ganteng banget anjayyyy!
"Kemarin ada yang mengantar kamu kesini, mungkin dia pacar kamu. Soalnya dia seperti khawatir sama keadaan kamu, padahal kamu hanya demam biasa" ucap dokter itu membuat Rosa mengernyit. Siapa yang telah mengantarnya kesini? Setaunya dia kemarin pingsan di teras rumah Rio, ah mungkin laki-laki itu!
"Aku gapunya pacar dok, kalo dokter mau daftar bisa-bisa aja kok!" ucap Rosa menampilkan senyum termanisnya, dokter yang melihat itu terdiam. Manis juga!
"Kamu bisa aja, yasudah saya keluar dulu ya" sebelum dokter tampan itu pergi, tangan Rosa sudah gercep untuk menggenggam tangan dokter itu. Dokter hanya menampilkan kerutan di dahinya membuat Rosa tersenyum sembari memberikan ponselnya, niatnya sih ingin minta nomor dokter. Dan ya! Dokter itu memberikan nomor ponselnya cuma-cuma kepada Rosa, emang Rosa terbaik!
Setelah dokter itu benar-benar menghilang, Rosa hanya menghela nafas. Apa iya Rio yang membawanya? Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan menampilkan laki-laki itu dengan pacarnya, really??
"Hai Rosa, gimana kabar kamu?" tanya Rio kepada Rosa, Rosa hanya menatapnya datar.
"Ah iya, kenalin ini Dinda" ucap Rio membuat Dinda mengulurkan tangan kearah Rosa, awalnya Rosa tidak menyambut uluran itu. Tapi melihat wajah Rio yang memohon jadi mau tidak mau ya Rosa harus menyambut tangan Dinda, lagian gak susah juga.
"Dinda ravinda, pacarnya Rio!"ucap Dinda riang, Rio hanya menyikut tangan Dinda.
"Rosa pracya saraswati"ucap Rosa malas dan dapat anggukan dari Dinda, lalu tangan mereka terlepas.
"Lo sekolah dimana Rosa? Temen masa kecilnya Rio ya? Wahhh pasti lo kenal banget sama pacar gue yang imut ini!" ucap Dinda sukses mendapat pelototan dari Rio, tangan Dinda terus saja menggenggam tangan Rio dan itu semua membuat Rosa jengah! Lebay banget sih kek mau nyebrang aja!
"Dimana yang gaada kalian berdua! Maybe, ngga tuh ga terlalu kenal gue sama pacar lo!" ucap Rosa menekan kata 'pacar lo', lagian Rosa itu kesel aja sama si Dinda ini! Gitu amat sama Rio pake acara kemana mana harus gandengan segala! Alay tau gak sih?! Rio yang mendengar perkataan Rosa itu langsung melepaskan genggaman erat Dinda, ternyata bawa Dinda itu gak ada untungnya. Harusnya tadi dia sendiri saja mengunjungi Rosa, dasar Rio tolol!
"Eh Sa, kamu sekarang udah bisa pulang loh!" ucap Rio lalu dia keluar kamar itu meninggalkan Rosa dan Dinda yang saling memberikan tatapan tajam, tiba-tiba Dinda mendekat kearah Rosa.
"Rio milik gue! Sekalipun dia peduli ke elo, dia itu hanya nganggap lo sebagai temen masa kecil dia doang! Lo bukan apa-apa dibanding gue! Gue lebih segalanya dari lo! Lo harus ingat itu Rosa!" ucap Dinda lalu dia mendudukan diri di sofa yang ada diruangan Rosa, Rosa yang mendengar itu hanya menatap Dinda datar. Dinda itu gabaik!!
Pintu ruangan itu terbuka menampilkan dokter tampan beserta suster, Rosa yang melihat itu hanya menyunggingkan senyumnya. Rio datang dibelakang dokter itu, menatap Rosa aneh. Kenapa Rosa tersenyum kearah dokter ini? Emang ganteng sih, tapi kan bikin panas!!
"Sa aku bawa mobil, naik mobil aku yuk!" ajak Rio langsung dapat anggukan lemah dari Rosa, Dinda yang melihat itu hanya meremas tangannya.
"Kamu boleh pulang, tapi jangan hujan-hujanan!" ucap dokter tampan itu, Rosa hanya tersenyum lalu menatap nametag dokter itu. Dokter Devan satrio! Uwu
"Iya dokter Devan, bawel ishh!" ucap Rosa dengan bibir di monyong-monyongkan, Rio hanya menatap geram kelakuan Rosa itu. Kenapa sifatnya so imut kepada dokter itu sih?!
Rosa menuju mobil Rio tidak jalan kaki, tapi Rio menggendongnya. Katanya takut Rosa gakuat jalan, lebay amat! Dinda hanya menatap kesal kearah Rosa, saat ingin menuju kursi belakang tiba-tiba Rio menghalanginya dan menyuruhnya untuk duduk di kursi penumpang sebelahnya. Dinda hanya tersenyum mengejek kearah Rosa, Rosa mendengus dibuatnya dan meminta segera diturunkan lalu memasuki kursi belakang. Rio tidak tau perbuatannya ini baik atau tidak, yang jelas Dinda itu masih pacarnya. Dia takut jika nanti Rosa di spesialkan membuat Dinda tidak nyaman dan berakhir keributan!
Sepanjang jalan, Rosa hanya menatap datar sepasang kekasih yang sedang mengobrol itu. Dinda tidak bisa diam, dia terus saja mengajak ngobrol Rio sambil bergelayut manja. Sampai-sampai kehadirannya saja diabaikan begitu, benar-benar cewe gila!
"Sa aku pamit ya, maap karna aku udah biarin kamu sakit. Eh iya motor kamu udah ada di garasi kok!" ucap Rio saat mereka sudah sampai dirumah Rosa, Rosa hanya mengangguk dan segera memasuki rumahnya. Males banget kalo lama-lama sama mereka, bikin sakit hati aja!
"Eh non kemana aja?" tanya bi Nijah khawatir kearah Rosa, Rosa melihat itu hanya tersenyum.
"Aku nginep dirumah temen, aku keatas ya bi!" ucap Rosa dapat anggukan dari bi Nijah, sebelum menaiki tangga. Dia mencari-cari keberadaan orang tuanya, tapi tidak ada! Dia segera menaiki tangga untuk menuju kamarnya, kepalanya masih pusing sih!
Malam tiba, Rosa mengechek ponselnya siapa tau ada notif orang penting. Tapi malah gaada yang penting! Dia jadi teringat saat dirumah sakit, ah iya tadikan dokter Devan ngasih nomor ponsel! Matanya terus mencari-cari nama kontak, dan ya!! Dia telah menemukannya!
Devan Satrio
Hai dokter ganteng
Ya ini Rosa?
Ah iya dok, save no aku ya. Save
dihati dokter juga boleh kok heheHmm oke, pasien bawel!
Uhhh panggilannya lucu juga ya
Sudah ah, cepat tidur sana!
Dokter perhatian banget sih😳
Cepat tidur, besok kamu sekolah!
Iya dokterrrr, goodnight. Mimpiin aku ya!
Rosa cekikikan sendiri melihat isi pesan tersebut, ternyata dokter Devan perhatian banget astaga!!! Tapi tiba-tiba dia berhenti cekikikan saat melihat jam di ponselnya, sudah jam 11 malam! Dia segera mematikan ponselnya lalu tidur, kalau terlalu malam mungkin besok akan susah dibangunkan!
Senin, 17 Juni 2019
Maapkeun kalo gaje😢
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen FictionTernyata mencintai itu tidak seindah kelihatannya, pengorbanan itu tidak semudah yang orang lain ucapkan, dan bodohnya merekalah manusia yang selalu menganggap bahwa dirinyalah yang paling tersakiti oleh cintanya. Yuk baca cerita pertama aku:*