Sudah dua hari berlalu tapi Rosa belum juga siuman, dia masih lemah badannya masih lemas untuk di gerakkan dan kepalanya pun masih pusing. Bau rumah sakit khas yang menyengat itu membuat Rosa ingin cepat-cepat pulang, namun keadaan yang tidak memungkinkan.
Bi Nijah-pembantu rumahnya selalu menjaga Rosa selama di rawat di rumah sakit, dia tetap sabar mendengar Rosa merengekkan nama Rio. Seperti saat ini Rosa masih belum juga diam
"Iyo kenapa gak jenguk Sasa ya? Iyo kemana bi?" tanya Rosa yang kesekian kalinya membuat bi Nijah mengelus pelan kepala gadis manis itu, dia tidak tega melihat Rosa seperti ini.
"Non, tidur ya" ucap bi Nijah, Rosa hanya menatap mata bi Nijah lalu menggeleng tegas.
"Sasa pengen Rio dateng bi!" ucap Rosa membuat bi Nijah memanggil dokter yang bertugas di rumah sakit itu untuk membuat Rosa mengerti.
"Rosa, kamu disini?" tanya dokter Devan terkejut saat memasuki kamar rawat Rosa, dia menggantikan dokter yang asalnya mengurus Rosa.
"Dokter Devan, kemana aja?" tanya Rosa saat menyadari ada dokter Devan, Devan hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Dia jadi gelagapan sendiri di buat nya.
"A-aku ada kok, tapi sibuk. Iya sibuk" ucap Devan setengah gugup, dia berdehem untuk menghilangkan kegugupannya.
"Oh gitu ya dok, chat aku cuman di read. Dah lah aku mau tidur, selamat malam dokter" ucap Rosa sambil memejamkan mata, Devan dan bi Nijah hanya menghela nafas. Devan memeriksa keadaan Rosa lalu melenggang pergi.
****
Di lain tempat, Rio sedang ngumpul di base camp bersama teman-temannya. Dia mengepulkan asap rokok untuk ke sekian kalinya, sudah 4 batang dia habiskan, tidak seperti biasanya. Teman-temannya hanya menatap Rio saja, mereka enggan untuk mengajak Rio berbicara karena sepertinya Rio sedang tidak ingin terganggu.
"Gue kenapa ya?" tanya Rio sambil menatap teman-temannya, dia bingung terhadap dirinya sendiri. Kenapa begitu merasa ada yang hilang? Ada apa?
"Lo.....gila!" ucap Delia yang tadi hanya terus memandangi wajah Rio heran, dia berfikir jika Rio ini sedang kacau jadi seperti ini.
"Hah?" tanya Rio bingung, dia mematikan puntung rokok yang tersisa tinggal setengah itu.
"Iya lo gila, lo kenapa sih? Lo bisa kali cerita sama kita" ucap Kelan. Teman-temannya hanya mengangguk sekilas lalu Rio pun bercerita tentang Rosa.
"Lah bukannya kalian udah balikan?" tanya Delia bingung, Rio ini sering menceritakan tentang Rosa kepada teman-temannya. Makanya teman-temannya pun mengenal Rosa, meskipun Rosa tidak mengenal beberapa dari mereka.
"Iya ya, waktu itu gue jemput tapi gue bawa Dinda. Terus Dinda manja-manjaan gitu ke gue di mobil, gue cari Rosa malah gak ada. Gue kira dia pulang duluan, gue pulang deh sama Dinda. Terus hujan gede banget, gue chat Rosa malah gak aktif ponselnya sampe sekarang. Di sekolah nya juga udah gue cari tapi gak ada, dia.....kemana?" tanya Rio sambil menatap Delia membuat Delia mendengus kesal, masa Rio lebih perhatian ke si nenek sihir sih?!
"Lo bego, bukannya di cari kek atau gimana. Malah diem aja, bego banget tau gak lo?! Kalo cuman main-main yaudah gak usah ajak balikan Rosa lagi! Kasian dia lo mainin terus, lo mau dia menderita terus apa hah?! Dasar gak ada otak!" ucap Delia berteriak kesal.
"Dia menderita?" tanya Rio ke arah Delia, tanpa aba-aba Delia langsung menjitak keras kepala Rio sampai mengaduh kesakitan.
"Banyak nanya lo! Dora bukan!" ucap Delia lalu meminum jus yang tadi dia pesan.
"Makanya gak usah cinta-cintaan Yo!" ucap Kelan sambil menepuk pelan bahu Rio, dia berlalu meninggalkan Rio bersama teman-temannya.
"Bacot lo, bilang aja lo suka" ucap Rio, memang Kelan itu pernah menyukai Rosa saat dulu. Rosa itu manis menurut Kelan, Rosa itu sangat sempurna di matanya. Kelan sebenarnya tau Rosa itu mantannya Rio, tapi tetap saja saat itu Kelan suka mendekati Rosa. Toh Rio dan Rosa kan sudah putus, jadi tidak apa-apa dong.
Kelan juga sangat menyukai tubuh indah milik gadis manis itu, tubuhnya sangat mengagumkan. Sudah beberapa kali dia menyatakan perasaannya tapi Rosa selalu menolak, sampai satu tahun dia berjuang lalu dia mundur kembali. Tepatnya itu kejadian satu tahun lalu, dia masih memiliki rasa kesal terhadap Rosa. Makanya setiap Rio atau teman lainnya menceritakan tentang Rosa, dia suka menghindar kadang juga mencibir. Sungguh laki-laki aneh!
"Besok kayaknya gue harus nyari Rosa! Iya harus!" ucap Rio membuat Delia mengangguk setuju, bukannya dari tadi kek!
"Yaudah, mending lo pulang gih Yo" ucap Delia halus membuat Rio mengangguk, ternyata sudah pukul 22.00. Dia harus segera istirahat karena besok harus tetap sekolah.
"Oke Del, lo juga harus pulang tidur. Gue duluan ya" ucap Rio lalu mengambil kunci motornya dan memakai jaket kulit miliknya, Delia tersenyum mendengar ucapan Rio yang menurutnya perhatian.
"Sip, gampang gue mah" ucap Delia mengacungkan dua jempol tangannya, lalu Rio melesat pulang.
"Bahagia terus Yo" ucap Delia lalu meminum kembali jus miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen FictionTernyata mencintai itu tidak seindah kelihatannya, pengorbanan itu tidak semudah yang orang lain ucapkan, dan bodohnya merekalah manusia yang selalu menganggap bahwa dirinyalah yang paling tersakiti oleh cintanya. Yuk baca cerita pertama aku:*