Ch.15---- Shin's Feeling

4.7K 476 12
                                    

Mobil Yuji baru saja berhenti di apartemennya. Ia menghembuskan nafasnya pelahan sembari menoleh ke arah Shin yang sedari tadi hanya menekuk kedua kakinya dan memperlihatkan wajah murungnya.
"Aku tak mengerti apa yang ia maksud" Shin merasa serba salah duduk di samping Yuji saat ini.
"Aku menyukainya... Apa ia tahu? Namun ia menyukai Ren. Sayang sekali... Apa ia ingin mempermainkanku saat ini..ia benar-benar ingin menelantarkanku? Kekanak-kanakan sekali..."
"Kau ingin turun atau harus ku gendong?"tanya Yuji kesal

Shin langsung saja turun dari mobil itu dan berjalan ke arah lain.
"Tsk!" Decak Yuji Kesal
Ia menarik kerah kemeja Shin dengan kasar hingga Shin hampir saja terjatuh.
"Apa yang kau lakukan?! Kau merencanakan ini dari awal! Kau belum puas?! Aku bahkan tidak tahu dimana aku berada saat ini..."Bentak Shin, namun diakhir kalimatnya nadanya jadi lebih pelan.
Ia menunduk dan segera mengikuti Yuji yang terus menariknya.

Yuji segera membuka pintu apartemennya. Dan segera meletakkan jasnya di sofa. Shin turut duduk di sampingnya sembari menaikkan kakinya dan menekuk lututnya kemudian memeluk kedua lututnya erat.
Keduanya terdiam dan sama-sama terlihat frustasi.
Malam sudah sangat larut, mata Shin juga mulai terasa berat.
"Sudah kukatakan sebelumnya bukan?...
Aku ingin kau bertanggungjawab atas semua kesalahanmu"Ujar Yuji membuka pembicaraan mereka.

Shin yang masih enggan melihatnya hanya mendengarkannya tanpa menoleh ke arah Yuji yang menatapnya dari tadi.
"Aku tahu. Apa yang kau ingin aku lakukan? "Ujar Shin pelan
"Kau bisa merebut Seiji dari Ren...
Shin segera bangkit dari tempatnya dan menatap Yuji. Ia merasa sangat kecewa padanya. Beberapa saat yang lalu, saat Yuji mengatakan ia tidak memintanya melukai Ren dan Seiji ia sudah sangat bahagia, namun yang saat ini di dengarnya malah sangat menyakitkan.

"Aku–"Shin terhenti.
"Mungkin sudah saatnya tak mengharapkannya lagi... Aku sudah terlalu banyak menyakiti Ren. Bahagia sekali saat Sensei memperlakukan Ren dengan baik...Haha...ini mengerikan..." Shin tersenyum kecil sembari menatap Yuji dengan tatapan pasrah.
"Aku tidak bisa melakukannya" Shin langsung saja berlari keluar dari apartemen itu sekuat tenaga hingga Yuji yang mengejarnya kehilangan Jejak Shin.

Shin berlari menyusuri sebuah jembatan sembari tertawa terbahak-bahak namun sebenarnya ia sedang menangis.
Ia terhenti sebentar mengatur nafasnya sembari memegangi perutnya. Bukan perutnya yang sakit, namun hatinya saat ini benar-benar sedang terluka.
Ia melambaikan tangan untuk menghentikan  taksi dan kembali ke rumahnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 03.15  pagi ketika ia tiba. Saat itu hujan sangat deras. Bahkan ia yang hanya berjalan sebentar hingga sampai ke pintu sudah basah kuyup.

Shin terkejut ketika melihat sosok yang sudah menantinya.
Sang ibu terlihat geram padanya.
Shin mengabaikannya dan hendak menuju ke kamarnya...
"Kau seorang Alpha,Shin! Jangan dengarkan siapapun! Bahkan jika itu ayahmu, kau tak perlu mendengarkannya!"ujar sang ibu ketus
Shin menghembuskan nafasnya, kemudian menatap sang ibu.
"Kau tahu bu... Ini hari yang panjang bagiku...Jika kau tak ingin ada omega di rumah ini... Sebaiknya kau juga harus segera mempersiapkan diri untuk mengenangku..."Ujarnya pelan sambil tersenyum.

Shin menuju ke kamarnya dengan langkah gontai dan mengabaikan sang ibu yang terus mengoceh.
Ia segera mengganti pakaiannya dan duduk di meja belajarnya. Ia menatap biolanya, kemudian tersenyum kecil sambil menangis.
Ia mengeluarkan secarik kertas dan menuliskan sesuatu, lama ia menulis, sembari sesekali tersenyum dan menangis lagi.
Ketika ia merasa sudah selesai menulisnya, ia melipatnya dengan rapi kemudian segera meraih beberapa pakaiannya dan disimpan rapi di tasnya.

Shin menyelinap keluar ketika jam antik di ruang tengah berdentang menandakan sudah pukul 5 pagi. Kepalanya terasa pening, karena ia belum tidur semalaman.
Uang tabungan seorang Ichigami Shin tidak bisa dianggap sedikit. Ia mengeluarkan semua uangnya dan menyimpannya ke tasnya sebelum sang ayah memblokir segalanya.
Shin menuju ke rumah sakit tempat Ren dirawat.
Ia mengetuk pintu ruangan sang paman dengan ragu.
"Masuklah"
"Ini aku..."ujar Shin pelan
"Kebetulan sekali...aku ingin memberikan obat ini padamu"Ujar sang paman sembari memberi beberapa obat untuk meredam heat omega.
"Terima kasih, ji-san"
"Tentu...kau membawa biolamu...kau ingin berlatih?"Tanya sang paman yang agak keheranan melihat case biola dipunggung Shin
"Y-ya...
"Hmm...
"Aku ingin minta tolong untuk memberikan ini pada Ren..."Ujar Shin sembari menyodorkan sebuah amplop
"Kenapa tidak memberinya secara langsung?"tanya sang paman yang merasa agak aneh dengan gerak-gerik Shin
"Aku sedang buru-buru latihannya akan segera dimulai"Ujar Shin kemudian cepat-cepat menunduk dan melesat keluar
Sang paman hanya menggelengkan kepalanya ketika melihat tingkah Shin.
Shin keluar dari rumah sakit itu dan segera menuju ke suatu tempat.
.
.
.
.
Seperti biasanya, pukul 8 pagi sang paman akan  melakukan pemeriksaan pagi terhadap Ren. Kondisinya dan bayinya sudah jauh lebih sehat dari semalam, saat Ren dibawa kemari.
"Dimana Seiji?" Tanya sang paman sembari mencari-cari sosok Seiji
"Ia sedang membelikan roti untukku...entah mengapa aku benar-benar ingin memakannya saat ini"Ujar Ren
"Anakmu benar-benar aktif membuat ayahnya harus pergi keluar untuk mencari roti di cuaca sepanas ini" Ujar sang paman
"Seiji-san sudah terbiasa melakukannya"Ujar Ren sambil tertawa
"Syukurlah Ren, kau bisa tertawa lagi... Tetaplah seperti ini"Ujar sang paman sembari mengusap rambut Ren

YOU ARE THE BLUE SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang