Ch. 25 ---- Side Story 2

2.8K 377 15
                                    

Ren masih termenung sembari menunggu hasil pemeriksaan Aoi. Seminggu yang lalu, anak itu tiba-tiba saja mengalami heat dan membuat seisi rumah panik. Walaupun dokter yang memeriksa Aoi mengatakan bahwa heat Aoi adalah hal yang wajar, namun Ren tetap saja khawatir.
"Ren..."sapa Makoto
"Ji-san... Hasilnya sudah keluar?"tanya Ren
"Kita bisa bicarakan ini diruanganku. Kemarilah Aoi"Ujar Makoto sembari menarik tangan Aoi
Sesampainya di ruangan, Makoto menyodorkan sebuah amplop pada Ren.
"Dari hasil pemeriksaan tidak ada yang salah pada Aoi. Ia baik-baik saja Ren, ia benar-benar tipe resesif sepertimu namun, ia bisa mengandung dengan mudah. Pastikan kau memberikan penjagaan ekstra untuknya."Ujar Makoto
"Aoi juga sudah saatnya membatasi diri untuk tidak terlalu dekat dengan Alpha. Mereka sangat berbahaya bagimu"Ujar Makoto
Aoi hanya mengangguk.

Makoto menghembuskan nafasnya pelan.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi disini? Kalian terlihat aneh"Ujar Makoto
"Aku hanya shock. Kurasa ini yang ibu rasakan ketika ia mengetahui aku seorang omega, namun ini berbeda. Aoi masih terlalu kecil"Ujar Ren pelan
"Cepat atau lambat, seorang omega pasti akan mengalami hal ini. Biasanya heat mereka akan lebih cepat menyerang jika mereka pernah bertemu Alpha mereka, ataupun mungkin mereka sedang jatuh cinta. Semua itu hal yang tak pernah bisa kita hindari..."Ujar Makoto
Ren hanya menunduk.
"Apa Aoi pernah mengalami satu dari kedua hal yang Jii-san sebutkan tadi?"tanya Makoto sambil tersenyum
Wajah Aoi memerah sembari melihat ke arah sang ibu. Sedangkan Ren meliriknya dengan kesal.
Akhirnya Aoi mengurungkan niatnya dan hanya menunduk.
"Ren...sebaiknya kau tidak mengulangi hal yang sama yang pernah ibumu lakukan padamu."ujar Makoto yang agak kesal dengan tatapan Ren pada Aoi
"Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya. Aku malu. Jika heatnya dipicu karena Alphanya aku tidak akan keberatan, namun...namun... Ia menyukai Hikaru. Bayangkan bagaimana perasaanku saat mengetahuinya. Menyakitkan dan menjijikan"ujar Ren.
Emosinya meledak begitu saja walaupun ada Aoi disisinya.

Aoi hanya menunduk sembari meremas celananya ketakutan.
"Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku mengirim Hikaru ke tempat yang jauh? Agar mereka tidak bertemu. Kurasa sekarang aku paham mengapa ayahku repot-repot mengirimkanku untuk tinggal bersama keluarga Toujou. Seorang Alpha dan Omega muda tidak boleh tinggal serumah. Mereka hanya akan menyebabkan masalah yang memalukan"Ujar Ren
"Ren tenanglah."seru Makoto sembari melihat ke arah Ren kemudian melirik Aoi.
Ren menutupi mulutnya kemudian ia mengusap rambut Aoi. Ia berusaha keras untuk tidak marah pada anak itu walaupun ia sebenarnya sangat kesal.
"Maafkan mama"ujar Ren pelan
"Aoi, Heatmu sangat menggangu Hikaru bahkan Hikari. Bukan hanya mereka, Alpha yang belum memiliki pasangan seperti Ji-san mu Minoru dan Keitaro juga sangat terganggu. Menyeramkan sekali jika kau ditandai oleh salah satu dari orang-orang itu, kau tidak akan bisa mempunyai pasangan lagi seumur hidupmu...dan saudara tidak bisa menikah"Ujar Makoto yang mulai mengerti mengapa Ren terlihat sangat khawatir.

"Aku mengerti" Ujar Aoi pelan
"Jangan hanya mengerti berusahalah untuk tidak menyukai Hikaru lagi! Ia milik orang lain!"Ujar Ren dengan suara keras. Seminggu ini ia sudah menahan-nahan emosinya saat ia memperhatikan Aoi yang masih terus berusaha mendekati Hikaru.
"Ren. Hentikan!!"ujar Makoto.
Aoi terisak pelan. Ia tidak berani menatap Ren.
"Kurasa aku harus memberitahu Seiji." Pikir Makoto sambil mengutak-atik ponselnya
"Jangan menangis Aoi-chan... Ibumu hanya khawatir padamu. Ia sangat menyayangimu karena itu ia sangat khawatir"ujar Makoto
"Bayangkan jika Hikaru tahu dan tiba-tiba menjauhimu kemudian mengatakan padamu kalau kau menjijikan..."Ujar Ren
Aoi terbelalak dan semakin menangis.
"Ren...sebaiknya kau tidak bersuara lagi. Kau hanya menyakitinya..."Ujar Makoto.
Ren menurut dan hanya diam sembari memijat keningnya.
Ia bahkan tidak peduli sama sekali pada Aoi masih terisak disampingnya.
Tak butuh waktu lama setelah Makoto mengirimkan pesan, pintu ruangan Makoto diketuk.
"Makoto-san?"suara Seiji terdengar dari luar
"Masuklah"Ujar Makoto

Seiji masuk ke ruangan itu dan menoleh ke arah Ren dan Aoi yang terlihat canggung.
"Ada apa ?"tanyanya pelan
"Kurasa... Membawa mereka kembali dan membicarakan hal ini baik-baik adalah hal yang tepat"ujar Makoto
"B-baiklah. Maaf merepotkan Anda Makoto-san"Ujar Seiji sembari menunduk. Ia segera menghapus air mata Aoi dan menuntunnya untuk keluar dari ruangan itu serta Ren mengikuti keduanya dari belakang.
"Ren... Jangan berlebihan memarahinya. Tahan dirimu. Jangan membuatnya merasa seolah-olah ia sendirian. Ia butuh dukungan Ren dan kaulah orang yang paling dekat dengannya...kau ibunya..."Ujar Makoto sebelum Ren keluar dari ruangan itu.
Ren hanya menunduk, dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Ia kemudian segera keluar dari ruangan itu bergegas menyusul Aoi dan Seiji.
.

.

.

.

.

Begitu ketiganya tiba dirumah. Aoi langsung saja berlari keluar dari mobil dan melesat menuju ke kamarnya.
"Aoi!" Panggil Ren
"Anak itu, apa ia sudah tidak mau mendengarkanku lagi? Ia marah padaku?"tanya Ren pelan
"Ren... "
"Aku takut. Aku takut Seiji-san...anak itu terlalu keras kepala. Ia selalu mendapatkan apapun yang ia mau"ujar Ren sembari memegangi perutnya dan berjongkok sambil menangis.
"Ren... Ayolah masuk ke dalam. Anak-anak sudah kembali. Kau akan membuat mereka khawatir jika melihatmu seperti ini"Ujar Seiji
Ren langsung saja berdiri mengusap air matanya kemudian masuk ke dalam rumah.
"Ibu?"tanya Hikaru ketika Ren baru saja meletakkan tasnya dan duduk di sofa.
"Hm...kau sudah makan?"tanya Ren berusaha menyembunyikan kegelisahannya walaupun matanya terlihat sembab.
"Y-ya. Apa yang terjadi?"tanya Hikaru
"Tidak ada apa-apa"ujar Ren
"Ibu menangis... "Ujar Hikaru namun kata-katanya langsung saja terhenti.
"Kepalaku sedang sakit Hikaru. Ambilkan obat dikamar kami untukku"ujar Ren lagi
"Baiklah"ujar Hikaru
Seiji yang memperhatikan keduanya sedari tadi  hanya menggelengkan kepalanya.
"Mengapa tidak memberitahu Hikaru?"tanya Seiji pelan sembari duduk disamping Ren
"Memberitahunya hanya menambah masalah. Bagaimana jika Hikaru yang malah melanggar batasannya?"tanya Ren pelan sembari menyandarkan kepalanya di bahu Seiji.

"Ren... Sejak kapan kau jadi tidak percaya pada anak-anakmu sendiri?"tanya Seiji pelan
"Sejak Aoi mengalami heatnya"ujar Ren
"Mengapa heatnya harus jadi alasan kau harus bertingkah seperti ini?"tanya Seiji lagi dengan nada yang agak tinggi
"Karena insting Alpha dan Omega terlalu mengerikan. Ketika heat menyerang Alpha akan jadi binatang buas yang memangsa omega dengan cara apapun, dan Omega terlalu haus akan Alpha...Kau ingin aku percaya pada mereka Seiji-san? Seperti aku tidak pernah melewati hal seperti ini"Ujar Ren
Ketika ia hendak beranjak dari tempat duduknya,Seiji menarik tangannya.
"Kita belum selesai bicara."ujar Seiji
"Apa lagi yang ingin kau bicarakan Seiji-san?"tanya Ren
"Hentikan sikapmu yang seperti ini pada Aoi."Ujar Seiji
"Jika aku tak keras padanya dan terus memanjakannya ia akan berakhir memalukan. Ia akan berakhir menghancurkan hidupnya sendiri dan hidup Hikaru. Apa kau pikir aku harus diam saja?!"Bentak Ren.

"Niisan?"ujar Hikari yang menghampiri Hikaru yang masih membeku ditangga dan terlihat seperti orang frustasi.
Hikaru memberikan isyarat diam pada Hikari dan terus mendengarkan percakapan kedua orangtuanya itu.
"Ada apa?"tanya Hikari pelan
"Diamlah!"ujar Hikaru
Gadis melangkah perlahan dan duduk di samping sang kakak.
"Ren!!! Kau tidak ingat seperti apa ibumu memperlakukanmu dulu? Kau ingin berlaku sama seperti itu terhadap Aoi? Hanya karena ia omega? Dan menyukai..."tanya Seiji dengan nada yang begitu dalam dan sedih
"Aku harus! Aku harus membuatnya berhenti menyukai kakaknya sendiri. Ini Menjijikan!"ujar Ren sambil menangis. Lututnya terasa lemas. Ia duduk dilantai dan memeluk erat lututnya.
"Mengertilah Seiji-san... Ia sudah bukan Aoi yang dulu. Ia berusaha keras mendekati Hikaru seminggu ini, kau pikir aku tidak tahu? Setiap kali aku menegurnya ia selalu berbalik dan pura-pura tidak melakukan apapun. Anak itu terlalu berbeda dan berbahaya" ujar Ren lagi

"Namun tetap saja memarahinya seperti ini hanya akan membuatnya marah padamu dan semakin tidak ingin mendengarkanmu. Tidak bisakah kau bicarakan baik-baik?"ujar Seiji
"Kalau begitu kau bicara padanya Seiji-san. Aku berharap ia mendengarkanmu. Mungkin baginya aku sudah bukan ibunya lagi. Atau ia sudah tidak menganggapku sebagai ibunya lagi"ujar Ren
"Ren!!!"Bentak Seiji
"Kau bicara seolah-olah kau tidak tahu seperti apa Alpha dan Omega, dan kau terus membelanya. Kau lupa Seiji-san? Karena Kau seorang Alpha, kau bahkan memberiku Hikaru dan Hikari! Kau.."Sebelum Ren menyelesaikan kalimatnya, sebuah tamparan melayang di pipinya.
Seiji menatap telapak tangannya sendiri dengan terkejut. Selama mereka bersama belum pernah sekalipun Seiji memarahinya bahkan memukulnya.
"Maafkan aku Ren...maaf...maaf...maaf Ren"Ujar Seiji sambil memeluk Ren erat
"Aku tidak ingin kau menyinggung hal itu...aku melakukanya karena aku sangat mencintaimu Ren...aku benar-benar mencintaimu...Aku tidak bisa hidup tanpamu Ren" Ujar Seiji lagi
"Kau sama seperti Aoi... Tidak, Aoi sama sepertimu! Kalian sama-sama egois. Demi orang yang kalian cintai?! Pernahkah kalian berpikir bagaimana perasaan orang yang kalian cintai saat kalian melakukannya???"Ujar Ren sembari melepaskan diri dari pelukan Seiji.
"Aku kecewa Seiji-san" ujar Ren lagi dengan pelan
Ia segera berbalik dan hendak menuju ke kamarnya, namun kemudian ia tercengang sendiri melihat Hikari dan Hikaru yang sedang duduk ditangga dan sedang menatapnya dengan tatapan yang sama, sangat terkejut.
"Saking marahnya aku melupakannya... Apa ia mendengar semuanya?"


To be continued...

YOU ARE THE BLUE SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang