7

29.2K 1.5K 6
                                    

7

Pada hari minggu, saat sore menjelang dan rasa lelah—setelah seharian melakukan pekerjaan rutin akhir pekan di apartemennya—mulai melanda, Fabella mendapat ke-jutan tak terduga.

Ponselnya berdering nyaring saat Fabella selesai menyetrika baju terakhir. Alven Manford, atasan sekaligus pria yang ia idam-idamkan, menelepon.

“Halo?” sapa Fabella gembira.

“Apakah kau ada acara malam ini?” tanya Alven di seberang sana.

Fabella tersenyum lebar. “Tidak ada.

“Kau yakin? Tidak ada kencan?” tanyanya ragu.

Fabella mengernyit. Sejak kapan Alven berpikir ia memiliki teman kencan? Selama ini atasannya itu tak pernah bertanya tentang kencan yang mungkin Fabella miliki saat mengajak Fabella menghadiri pesta.

“Tidak ada,” jawab Fabella yakin.

Helaan napas lega terdengar di seberang sana. “Mau menemaniku ke pesta pernikahan temanku? Tidak akan lama.”

Diam-diam Fabella berteriak riang di dalam hati. Bertemu Alven dan berdekatan dengan pria itu setelah seharian ini lelah mengerjakan pekerjaan rumah tentunya hal yang menyenangkan. Wangi parfum Alven yang maskulin dan menyihir pastinya akan merilekskan seluruh saraf-saraf di tubuh Fabella yang sudah diajak bekerja keras hari ini.

“Baiklah, aku mau.”

“Kujemput pukul tujuh.”

“Baik.”

Panggilan terputus. Senyum lebar mengembang di wajah Fabella bahkan setelah lima menit berlalu.

Sore itu Fabella lewatkan dengan menyelesaikan beberapa pekerjaannya lalu mulai bersiap-siap untuk ke pesta.

***

Memikat CEO yang Terluka [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang