6

30.4K 1.6K 7
                                    

6

Fabella masuk ke dalam mobil Garret, kebetulan hari ini ia tidak mengendarai mobilnya ke kantor. Besok sabtu. Akhir pekan adalah hari di mana adik-adiknya bebas memakai mobil Fabella.

“Kau tak bilang akan datang ke kantorku,” ujar Fabella datar. Sebenarnya sedikit kesal karena Garret mendatanginya, memaksanya pergi berkencan.

Ini kali ketiga Garret berhasil mengajaknya pergi padahal ia sendiri tidak menginginkan hal itu. Tapi pria itu sangat gigih menunjukkan ketertarikannya pada Fabella meski Fabella tidak menunjukkan hal yang sama.

Garret tertawa renyah, ia melirik Fabella sekilas sambil mengendarai mobilnya keluar dari area parkir.

“Kalau aku bilang, kau pasti menolak.”

Fabella merengut. “Seharusnya aku tidak memberitahumu tempat aku bekerja.”

Tawa Garret berderai. “Itu kesalahan yang indah.”

Bibir Fabella mengerucut. Bagaimana cara memberi sinyal pada pria tampan di sisinya ini kalau ia tidak berminat menjalin hubungan selain pertemanan?

“Kau ingin kita ke mana? Secangkir cokelat panas sepertinya menyenangkan untuk memulai kencan kita sore ini.” Garret menoleh pada Fabella sekilas. Mobil mulai keluar dari area gedung perkantoran.

Kencan! Fabella menggigit bibir. Jelas Garret menganggap ini sebagai kencan.

“Aku lebih suka kau mengantarku pulang, Garret.”

Tanpa diduga tawa Garret meledak. “Kau ingin kita berkencan di apartemenmu? Hal yang sangat menarik untuk dilakukan.”

Fabella menoleh ke arah Garret yang juga menoleh sekilas padanya. Senyum menggoda bermain di bibir sensual itu.

“Kau tahu sekali apa maksudku,” Fabella merengut.

“Kenapa kau sulit sekali untuk didekati, eh? Aku tidak jelek, bukan?”

“Kau tidak jelek, hanya saja aku tidak berminat menjalin hubungan asmara dengan pria manapun, Garret.”

Tawa Garret memudar dalam seketika. Ia menoleh sekilas pada Fabella dengan tatapan kecewa.

“Kau sudah memiliki kekasih? Melanie bilang kau tidak menjalin hubungan dengan pria manapun dua tahun terakhir ini.”

Fabella menggigit bibir. Melanie, teman semasa kuliahnya itu jelas mendorong kakak laki-lakinya untuk mendekati Fabella. “Kau hanya membuang-buang wak-tumu yang berharga untuk hal sia-sia, Garret.”

Tiba-tiba Garret kembali tertawa. “Tentu saja aku tidak membuang-buang waktuku, Bella sayang. Kenapa tidak mencoba membuka diri untukku? Kau tahu, aku berpikir betapa sempurnanya kita sebagai pasangan.”

Fabella mendesah putus asa. Bagaimana lagi cara untuk mengatakan pada Garret bahwa usaha pria itu sia-sia saja? Yang Fabella inginkan adalah Alven, bukan Garret atau pria manapun.

Garret meliriknya dengan mata tersenyum, dan Fabella hanya bisa mengigit bibir menahan bimbang. Bimbang bahwa pada akhirnya yang Garret dapat hanyalah kekecewaan.

***

Bersambung...

Evathink
IG : evathink

Memikat CEO yang Terluka [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang