12

28.8K 1.6K 17
                                    

12

Malam kian larut. Alven duduk sendirian di kursi yang ada di balkonpenthouse-nya. Udara malam terasa lem-bap dan dingin.

Pikiran Alven melayang-layang tak tentu arah.

Sesaat hatinya terasa pilu saat terbayang wajah cantik yang pernah mengisi harinya, yang sampai saat ini masih ia cintai. Grace Shamus.

Di saat lain, hatinya yang beku terasa menghangat terbayang senyum ceria Fabella, yang rencananya bulan depan akan menjadi istrinya.

Ada rasa bersalah mewarnai hati Alven yang kelam. Menikahi Fabella artinya ia sudah tidak setia lagi pada Grace. Tapi akal sehat yang masih tersisa dalam dirinya tentu saja menyangkal hal tersebut. Menikahi Fabella bukan berarti berselingkuh, tentunya.

Ia masih mencintai Grace, dan hatinya masih milik kekasihnya yang telah pergi itu. Tapi meski tidak ingin memikirkan kenyataan di antara mereka, ia harus me-nerimanya. Ia dan Grace tidak mungkin lagi bersama. Dunia mereka sudah berbeda.

Sedangkan Fabella ada di depannya, siap menjadi ibu dari anak-anak yang ia inginkan dalam kehidupannya, dan tentu saja penghangat ranjangnya.

Alven sudah terlalu lama hidup selibat. Tepatnya sejak kepergian Grace. Dan mungkin memiliki sedikit gairah pada seorang wanita cantik berstatus istrinya tidaklah salah. Alven berharap Grace tidak berpendapat ia berkhianat. Alven membutuhkan warna dalam hidup abu-abunya setelah kepergian Grace. Dan Fabella menawarkan pelangi dalam hidupnya. Anak-anak lucu yang akan tumbuh dengan sehat dan bahagia dengan dua orangtua yang hidup stabil meski tanpa cinta.

Alven tak punya cinta lagi untuk diberikan pada Fabella. Hatinya sudah beku oleh luka kepergian Grace. Mungkin sedikit tak adil. Tapi pernikahan mereka tak butuh cinta, bukan? Yang penting ia bisa membuat Fabella bahagia dan mereka saling setia, itulah intinya. Tidak ada perselingkuhan, baik dari pihaknya, juga dari Fabella.

Alven tidak tahu apa yang membuat Fabella dengan mudah menerima kenyataan yang ibu Alven paksakan pada mereka—kenyataan bahwa mereka sepasang kekasih dan ibunya dengan semangat ingin mereka segera me-nikah bulan depan.

Alven meraih gelas berisi anggur dan menyesapnya pelan. Mungkin Fabella membutuhkan seseorang me-nyayangi dan melindunginya ditilik dari kehidupannya saat ini yang memiliki kedua orangtua yang tak ber-tanggung jawab, seseorang yang akan memberinya rasa aman dan nyaman.

Alven tentu saja dengan senang hati akan memberi semua hal tersebut pada Fabella. Fabella gadis baik yang akan membuat orang dengan mudah menerima dan menyayanginya. Hanya orang-orang tak punya hati seperti kedua orangtua Fabella saja yang tak menyadari hal tersebut.

Alven meletakkan gelas anggurnya ke atas meja di depannya, lalu bersandar di kursi dan memejamkan mata.

Untuk pertama kalinya, saat dalam kesendiriannya dan ia memejamkan mata, wajah Grace tidak muncul di benaknya. Yang tampak justru sebentuk wajah cantik dengan senyumnya yang ceria, Fabella Theodore.

***

Bersambung...

Evathink
IG : evathink

Memikat CEO yang Terluka [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang