School of Heroes (Avengers)

2.9K 190 34
                                    

Bukan sebuah rahasia jika SHIELD memiliki ribuan agen yang tak bisa dianggap entang. Ada ratusan agen SHIELD yang disegani oleh agen dari lembaga lain bahkan tak sedikit dari mereka dianggap sebagai 'legenda', ditambah dua agen terbaik SHIELD memiliki derajat yang sama dengan super soldier, manusia dengan mutasi gen akibat radiasi gama, bilioner dengan armor super canggih, dan dewa petir dari mitologi nordik dan sederet manusia aneh lainnya.

Bukan hanya itu, SHIELD juga memiliki jajaran agen cilik yang bisa dikatakan menyeramkan untuk anak dibawah umur. Dan pertanyaannya sekarang adalah "dimana SHIELD melatih agen baru dan agen cilik mereka?."

Ada berbagai rumor yang mengatakan jika SHIELD melatih mereka dimarkas namun ada juga kabar yang beredar jika SHIELD membuat para agen mereka berbaur seperti anak umum lainnya dengan kegiatan tambahan tentu saja.

Dan Peter Parker adalah contohnya.

Peter mengambil tumpukan buku terakhir yang berada diatas meja dan menaruhnya di troli lalu mulai berkeliling untuk menaruhnya di rak yang telah ditentukan. Tak butuh waktu lama untuk Peter mengembalikan semuanya dan hanya butuh sesaat baginya untuk mengembalikan troli lalu pergi ke meja pengawas perpustakaan dan melaporkan pekerjaannya.

"Miss, saya sudah selesai. Ada lagi yang bisa saya bantu?," tanyanya sopan. Pengawas perpustakaan tersebut tersenyum lalu menggeleng. "Terimakasih Peter."

"Sama-sama Miss Watson. Oiya, bagaimana keadaan anjingmu miss?," ujar Peter sambil mengingat laporan Watson dan merasa kasihan atas anjingnya.

"Dia sudah tenang disurga sana."

Awkward....
...

Peter merapikan pakaianannya, tak ada satupun yang tau jika ia adalah salah satu agen yang ditugaskan untuk menuntut ilmu disini, bahkan kedua sahabatnya dan orang yang membullynya pun tak tau jika sebenarnya Peter bisa membalik keadaan dalam waktu 1 detik saja.

Pihak SHIELD sendiri tak tau jika ia adalah friendly neighborhood Spider-Man. Yang artinya, Peter memiliki 3 identitas sekaligus. Toh, sedari awal ia diajarkan untuk tak percaya siapapun. Mereka tak pernah tau teman sesama agen ditempat ini dengan alasan melatih untuk menjaga rahasia dengan ancaman akan diberhentikan jika satu orang saja sampai tau tentang identitas agen mereka.

Peter mengetuk pintu kepala sekolah, dibukanya pintu tersebut saat mendengar seruan 'masuk' dari dalam. Peter perlahan membuka pintu dan menemukan kepala sekolahnya; Maria Hill disana.

"Miss Hill. Ada yang bisa saya bantu?," tanya Peter sesopan mungkin. Peter tau Maria adalah salah satu dari deretan wanita paling menyeramkan didunia dan kini -entah sial atau beruntung- ia sedang berhadapan dengannya.

"Aku ada tugas untukmu. Mereka adalah anak baru yang akan bersekolah disini. Beberapa dari mereka berasal dari luar negeri dan salah satu dari mereka adalah anak arogan dari keluarga kaya-," Peter menatap sederet siswa/i baru yang sedang menatapnya pula. 'Mereka pindahnya janjian ya?'. "-beberapa diantaranya sedikit aneh. Jadi aku merasa jika hanya kau anggota osis dengan kesabaran berlebih yang bisa menemani mereka setidaknya satu minggu kedepan."

Entah bagaimana Peter merasa kasian dengan anak-anak baru, mereka baru masuk tapi sudah menjadi 'target' kepala sekolah.

"Ini jadwal mereka, nomor loker mereka dan daftar kamar asrama yang akan mereka tempati." Peter mengambil kertas yang disodorkan padanya dan membaca kertas tersebut secara cepat. Lucu, ketika ia sadar semua kelas yang ia ambil akan memiliki anggota baru.

"Baik Mam. Kalau begitu saya permisi," ujar Peter lalu keluar dari tempat itu sambil diikuti oleh sederet anak baru yang entah bagaimana bisa masuk kesekolah ini secara serentak.

...

"Ok, a... apa butuh perkenalan? Kita hanya akan terjebak seperti ini selama seminggu sepertinya. Lupakan, namaku Peter Parker, kalian bisa memanggilku Peter jika kalian mau."

Peter menatap sederet anak baru yang berada di hadapannya kini. Ada anak laki-laki dengan rambut pirang dan badan tegap, disampingnya anak laki-laki dengan wajah sedikit dark serta tangan prostetik yang terbuat dari besi (tak terlihat jelas karena dia menggunakan lengan panjang), lalu anak perempuan dengan rambut pirang dan wajah menyeramkan, anak laki-laki dengan gaya berpakaian sedikit nyentrik, ada anak laki-laki yang sedikit pemalu dan kacamata yang lumayan tebal, anak laki-laki dengan gaya bad boy yang dibuat-buat, anak laki-laki dengan rambut panjang berwarna pirang yang tak bisa berhenti tersenyum dan disebelahnya ada anak laki-laki dengan rambut hitam panjang yang sepertinya tak bisa tersenyum, ada anak perempuan dengan rambut coklat dan senyum lumayan ramah, anak laki-laki dengan wajah yang dilihat saja sudah bisa membuat ia ingin tertawa, anak laki-laki berkulit hitam yang berwibawa, anak perempuan dengan tampang super seram versi kedua, anak laki-laki dengan kulit hitam dan wajah malas yang terlihat jelas, anak laki-laki dengan kulit hitam dan wajah normal, anak perempuan dengan wajah tegas dan anak dengan wajah elegan hingga Peter berpikir jika dia British. Peter bersyukur ada orang normal diantara mereka.

"A... nama kalian?," tanya Peter setelah acara diam-diaman yang cukup lama.

"Chris Evans," seru anak laki-laki berrambut pirang dan berbadan tegap. Peter melihat kearah Evans dan entah mengapa ia ingat akan sosok Capten America yang sering muncul di PSA.

"J.. Sebastian Stan," sambung anak dengan lengan prostetik dan wajah yang sedikit dark. Peter menatap lengan prostetik tersebut dan jiwa ilmuannya memberontak.

"Scarlett Johansson," seru anak berambut pirang dengan wajah menyeramkan. Entah mengapa Peter sedikit merinding saat mendengar dia bicara.

"Robert Downey Junior. RDJ untuk singkatnya," tambah anak dengan pakaian nyentrik. Peter mengangguk paham.

"Mark Ruffalo," Peter mengangguk saat anak laki-laki pemalu memoerkenalkan dirinya. 'Dia normal,' batin Peter yang entah mengapa sedikit berharap.

"Jeremy Renner," ujar anak dengan baju gaya bad boy yang menurut Peter sedikit gagal jika dipadukan dengan senyum seusil itu. 'Tukang prank,' batin Peter.

"Chris Hemsworth! Son of
....,"ujar anak berambut pirang panjang sebelum akhirnya kata-katanya terpotong karena disiku oleh anak perambut hitam panjang disebelahnya. "Maaf dia sedikit bodoh. Tom Hiddleston."

Peter menganggul dan kemudian perkenalkan pun dilanjutkan.

"Elizabeth Olson," ujar anak perempuan yang sangat terlihat jelas berusaha untuk tersenyum ramah. 'Setidaknya dia mencoba,' batin Peter sambil ikut tersenyum.

"Hai, Paul Rudd. Oh, aku juga bisa sulap," ujar anak berwajah lucu bersemangat. Ia mengeluarkan kartu poker dari saku jaketnya. Peter tertawa singkat.

"Chadwick Boseman." 'TERLALU BERWIBAWA. BERAAAAT!,' batin Peter memberontak saat mendengar anak berkulit hitam dan badan tegap dengan wibawa berlebih memperkenalkan dirinya.

"Evangeline Lilly." Peter hanya mengangguk sedikit takut dan mempertanyakan ada masalah apa wanita ini dengannya.

"Anthony Mackie." Peter menatap anak bernama Anthony itu sambil mempertanyakan arti dari wajah tak minat tersebut berasal.

"Don Cheadle." Peter tersenyum sambil berteriak pada dirinya sendiri 'MUKANYA NORMAL. AKHIRNYA NORMAL!'

"Brie Larson," ucap anak perempuan tersebut dengan wajah dan suara tak kalah tegas dari yang ia bayangkan.

"Benedict Cumberbatch." Peter melongo, 'TERLALU BERAT!.'

Peter tersenyum dan mengangguk paham. Wajahnya tersenyum cerah walau dalam hatinya ia meronta akan nasipnya.

'KENAPA ORANG ANEH SEMUA!!! MEREKA BENAR-BENAR ANAK BERUMUR 17 TAHUN KAN!!! YA TUHAN APA SALAH HAMBA!.'

"Kita ke asrama saja ya. Lalu akan kujelaskan tentang sekolah ini serta kelas kalian selama perjalanan."

Pasti akan terasa lamban.

...

Ehm.... ini akan muncul di cerita berseri tak akan lama lagi. Tangan udah gatel buat mencet publish buat cerita satu ini :*.

Kalo ane lupa ingetin aja.

Moga lawakannya masuk y, g hambar kek hati saya :v.

What IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang