7.WE CAN BE A TEAM

13 3 0
                                    

Mentari pagi kembali menyinari kota Electropolitan tersebut, membuat para penghuni kota bangun dari tidurnya. Seperti biasa seorang gadis di bangunkan oleh robotnya sebelum teriakan sang ibu yang membangunkannya. Tak lupa lenguhan kesalnya karena di bangunkan dari keindahan alam bawah kasur menarik diri dengan langkah gontai menuju kamar mandi.

Selesai memakai keperluan sekolah tak lupa laptop, benda-benda yang ia perlukan dan pesan Violet untuk memasukkan  lichtcube  ke dalam tasnya, ia bergerak turun ke meja makan keluarga untuk sarapan pagi.

“Tumben bangun… biasanya ibu teriak dahulu baru kau mau bangun! Eh tunggu…kau tidak mendandani dirimu…?” Vianne menggelengkan kepalanya tanda tak percaya sikap anaknya yang benar-benar rebel.

Sungguh ia telah pasrah dan menyerah mengahadapi sikap ketidakrapian anaknya ini. Belle menatap ibunya dengan alis yang telah naik sebelah tumben ibu gak jadi macan sekarang  pikirnya, patutnya ia bersyukur karena wajahnya tak akan lengket lagi hari ini.

“Vian mungkin itu merepotkan untuknya, biarlah. Nanti ia juga akan sadar sendiri betapa pentingnya merapikan diri..” ucap Alex yang sekarang entah mendukung kubu mana. Entah itu untuk kebahagiaan anaknya atau untuk menyindir anaknya, ia tak tahu yang pasti suatu saat Belle akan SADAR, sungguh itu cukup membuatnya tersinggung.

“Aku sudah selesai, yah, ibu, nek, Be berangkat dulu…” Belle meninggalkan meja makan dan berlalu menuju pintu keluar.

“Belle pastikan kau benar-benar ke sekolah hari ini Girl..!” seru Vianne dari meja makan. Membuat Belle menyeringai karena ia tidak akan ke sekolah hari ini.

Setengah perjalanan telah ia lewati sekarang Belle menunggu Violet dan Samuel d sebuah jembatan di mana tempat ini adalah tempat dimana seorang gadis menyatakan perasaannya pada Samuel.

“BEEELLLLE..!” tampak seorang gadis melambaikan tangan padanya, ya dia adalah Violet. Berjalan mendekati Belle yang sudah menunggu, tak lama kemudian sebuah flyingcar melayang di depan mereka.

Pintu kaca kapsul tersebut terbuka, menampakkan seorang pria yang mereka tunggu. Samuel mempersilahkan dua temannya memasuki kapsul.
Mereka telah mengambil posisi nyaman di dalamnya, kaca telah tertutup dan perjalanan pun di mulai.

Melewati gedung-gedung yang menjulang tinggi, pusat perbelanjaan, dan berbagai tempat. Tempat yang mereka tuju cukup jauh dari sekolah atau lebih tepatnya cukup jauh dari rumah president. Di dalam sebuah flying car terlihat Samuel mengemudikan kapsul tersebut dengan cekatan.

Belle pun sudah membuka laptopnya untuk melihat lokasi yang sudah ia lock  tentunya. Ia membuka pengaturan dan menekan drive connect  dan mengklik connet to Samuel’s dan tersambung. Ia menyalurkan peta lokasi pada layar konvensi pada kapsul tersebut dan terlihatlah proyeksi map di depan mereka, dengan begitu mereka bisa langsung menuju tujuan dengan petunjuk tersebut.

Ramainya penduduk kota yang berlalu lalang cukup membuat perjalanan mereka lama. “Tidak bisakah benda ini bergerak cepat tuan Samuel, kalian tahu pantatku kepanasan..huh!” keluh Violet yang sudah sangat risih dari tadi hanya duduk manis, namun tidak direspon oleh siapa pun. Kembali membuat suasana diam apalagi bagi dua makhluk yang sedang tidak berhubungan baik.

“Hmmm…Belle..kau tahu pollux adalah ciptaan kita bersama…” ucap Samuel demi menghilangkan kecanggungan suasana. Belle mengernyit, ah ya itu juga termasuk dalam kebingungannya yang belum terjawab. Respon atau tidak, tentu merespon adalah pilihan yang baik jika kau ingin  mengetahui kebenarannya.

“Apa maksut mu..?!” nada yang sarkatis, itulah yang dapat dideskripsikan atas respon Belle, tapi itu bukan masalah yang pasti ia telah mau mengeluarkan suara.

MAGNITUDO (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang