2.OUR PROJECT

22 8 0
                                    

Seorang gadis sedang duduk melamun di kursi di depan Green House nenek Julia, nenek dari keluarga Verneit yang tentu saja dia adalah nenek Belle. Gadis yang melamun itu adalah Violet. Ia menunggu kepulangan sahabatnya yang tega meninggalkannya tanpa pamit.
Ia seperti orang gila disana, ia telah diperintahkan masuk oleh sang pemilik rumah namun ia lebih memilih menunggu di dekat tempat yang menyejukkan pemandangan tersebut.

Tak lama kemudian, dari arah Barat laut terlihatlah gadis yang sudah lama ditunggunya.
Hingga Belle sampai di depan Violet
“ Be! Dari mana saja kau! Kenapa kau meninggalkanku! Kau teman jahannam,sis! Dasar tak punya Hati!” ia meluapkan segala keluhannya kepada gadis itu sembari melipat tangan di depan dada, namun respon yang diberikan Belle hanya dengan menutup telinga.

Bayangkan saja seorang dengan suara yang begitu cemprengnya berteriak tidak jelas. “Lalu kenapa kau disini?” jawab Belle dengan tampang tanpa dosanya, dan tangan yang tadi digunakan menutupi telinganya sudah kembali ke posisi semula. Whaatttt…. Apa-apaan dengan pertanyaan itu. Violet ternganga akan jawaban Belle kepada dirinya.

Huhff. Akhirnya ia hanya pasrah, tak ingin memeperpanjang ocehannya dan menarik Belle ke rumah gadis itu menuju kamar Belle.

“Sudahlah, sekarang ganti pakaianmu dan kita lanjutkan proyek kecil kita”

Tak lama setelah itu, Belle keluar dari kamarnya meninggalkan Violet dan langsung menuju ruang perkakas ayahnya. Ia membuka pintu Selatan rumahnya yang menghubungkan rumah itu dengan toko ayahnya.

Seorang pria dengan umur empat puluh tiga tahun tampak menjongkok membelakangi Belle, sembari memberi percikan api pada logam yang akan ia rakitkan.

“ayah, apa yang kau buat?”. Punggung yang tadi menghadap kearahnya kini berganti dengan wajah sang ayah yang tampak berkeringat.

“oh Belle, kau sudah pulang. Ayah hanya melakukan pekerjaan ayah.” Gadis itu mangguk-mangguk setelah mendapat jawaban dari Alex Veirneit, ayahnya.
“ya sudah kalau begitu, tapi jangan terlalu memaksakan dirimu. Yah aku kesini mau meminjam perkakasmu sebentar aku mau melanjutkan proyekku dengan Vio”

“baiklah, silahkan kau ambil sendiri disana, ayah lanjutkan pekerjaan ayah dulu.” Alex mengusap sayang rambut anaknya, hingga membuat rambut gadis yang berantakan itu tambah berantakan.

Belle mengambil benda-benda yang ia butuhkan seperti komponen keras.
Setelah mendapat apa yang dicarinya, ia kembali ke kamarnya dimana ia akan mengerjakan proyeknya dengan Violet.
“ku harap Pentagon Lightcube ini selesai sacepatnya Be, apa kau membawa alat pencair logam? Biarku lanjutkan membuat komponen kecil ini.” Vio menengadahkan telapak tangannya tanpa mengalihkan pandangan dari logam yang ia pegang.

“ini!” Belle memberikan benda ditangannya kepada Violet. Ya mereka akan membuat benda berupa 4 dimensi yang bertujuan merangkap suatu ruangan, yang akan terlihat seolah-olah meraka sedang berada dalam tempat lain namun masih diposisi yang sama. Sama halnya dengan menciptakan ilusi. Tapi mereka menciptakan benda ini hanya untuk diri mereka, hanya untuk meraka yang memiliki otak penjelajah. Mungkin mereka membutuhkan penglihatan masa lalu nenek Julia, untuk membuat ilusi yang indah.

“Vio apa kita perlu memasukkan akses senjata mungkin? Ya setidaknya disaat genting kita bisa menggunakannya atau membela diri kita”. Tanya Belle dengan pikiran melayang entah kemana.

“apa kau sudah gila! Bagian mana pemerintah mengizinkan rakyat sipilnya memiliki senjata tanpa izin! Bahkan ayahmu dan ilmuan lainnya pun diberi surat tegas agar tidak menciptakan benda itu untuk dikonsumsi di rumah sendiri! Dan kau ingin membuatnya dan memasukkannya ke Pentagon Lightcube? Sepertinya otakmu harus dibongkar, lagian membela diri dari apa? Di negara yang damai ini?”

MAGNITUDO (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang