Part 35

108 18 2
                                    

Budayakan vote sebelum baca. Komentar setelah baca.

Happy reading💛

Arya duduk tenang didalam ruang BK menunggu bu Hani guru matematika sekaligus pembimbing olimpiade matematika. Sebetulnya ia bosan harus keluar masuk ruang BK sendiri hanya untuk membahas lomba apalagi selalu membahas di jam istirahat. Jika ada Tiya partner lombanya ia tidak akan kebosanan seperti ini.

Berbicara tentang Tiya, kabar duka langsung beredar disekolah bahkan banyak dari kalangan guru yang merasa tidak percaya harus kehilangan murid kesayangan mereka secepat ini.

"Maaf ya ibu lama" ucap Bu Hani yang baru saja masuk ruangan

Arya tersenyum simpul menanggapinya

"jadi begini, ibu langsung saja. Kamu ingin tetap melanjutkan olimpiadenya atau tidak? berhubung masih ada waktu empat hari lagi, jika tidak siap kamu bisa bilang sekarang tapi tetap ibu berharap kamu mau melanjutkannya mengingat bagaimana kerja keras kamu yang sudah bimbingan selama kurang lebih tiga bulan ini"

"eum, saya siap melanjutkannya Bu"

Wanita berkepala Tiga dihadapan Arya tersenyum senang mendengarnya "terima kasih Arya, semangat ya waktu persiapan kamu tinggal empat hari oke"

"iya bu, kalau gitu saya permisi dulu. Assalamualaikum" ucap Arya seraya bersalaman sebelum ia pergi meninggalkan ruang BK

"waalaikumsalam"

Arya menutup pintu rapat, tangannya merogoh saku celana mencari earphone lalu menyumpalnya ditelinga dengan tangan yang kemudian ia tenggelamkan didalam saku.

Cowok itu terus berjalan dengan pandangan yang lurus kedepan. Bukan kantin tujuan utamanya saat ini melainkan Taman belakang sekolah, tempat yang sangat pas untuk ia mengistirahatkan pikirannya.

Langkahnya terhenti lalu menyadarkan badannya kepilar. Memerhatikan kursi seberang sana yang tidak lagi kosong. Terpaan angin langsung menyapa.

"cantik seperti biasa" gumamnya tersenyum melihat gadis yang sampai saat ini masih mengisi hatinya terfokus dengan benda pipih yang ada digenggaman gadis itu tak lupa rambut panjangnya yang terus berterbangan terbawa angin

Setelah puas melihat, Arya berbalik arah berlari pergi meninggalkan taman.

-----------------------------------------

Tasya terus memperhatikan foto yang tersimpan dihandphone nya. Foto yang menampilkan keempat gadis yang sedang tersenyum bahagia.

Foto itu foto lama. Foto sebelum persahabatan mereka masih dengan kata 'baik-baik saja'. Sesekali Tasya mengzoom wajah seseorang yang belum lama ini meninggalkannya. Meninggalkan disaat Tasya belum mengucapkan terimakasih atas waktu kebersamaan mereka selama ini. Kebersamaan yang hanya dapat menjadi sebuah kenangan cerita singkat tanpa mampu kembali direka ulang.

Tasya mendongakan kepalanya ketika roti selai coklat dengan susu kotak menutupi layar handphonenya.

"makan. Gue tau lo masih kehilangan tapi lo juga harus tetep perhatiin kesehatan lo jangan sampai lo bikin kedua sahabat lo nambah sedih cuman karena lo sakit" ucap Arya pemberi roti dan susu kotak lalu mendudukan diri disamping Tasya.

"ambil" perintahnya

Dengan ragu Tasya mengambil roti dan juga susu kotak tanpa berucap apapun.

Keadaan menjadi canggung, keduanya sama-sama terdiam. Sebelum akhirnya Tasya memecahkan keheningan tersebut

"gu--gue nyesel. Gue harusnya bisa lebih peka sama apa yang terjadi sama sahabat gue sendiri. Coba aja gue cari tau kenapa Tiya ngelakuin itu ke gue. Coba aja gue enggak terlalu terbawa perasaan. Waktu gue sama Tiya pasti lebih banyak. Gue pasti bisa ada disaat-saat Tiya butuhin banyak semangat. Gue pasti bakal ngelakuin apa aja buat dia bangkit semangat lagi"

INSTABLE - (Ta) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang