Terkadang orang yang baru kita kenal lebih mengerti kita daripada orang yang telah lama kita kenal.
-----------------------------------------------------------Zahra POV-
Sekolah hari ini berjalan seperti biasanya. SANGAT MEMBOSANKAN. Aku pun bergegas pulang ke rumah, tapi aku tak punya rumah. Bukankah rumah adalah tempat bernaung yang di dalamnya ada keluarga yang harmonis ? Aku tak punya itu. Seperti yang kalian tau, ada Si Jalang disana.Tapi apa yang harus kulakukan ? Kemana aku akan pergi ? Huft ! Atau aku cari Bunda ? Tapi naik apa ? Arggghhhh
Zahra POV -OFF
Zahra mencengkram kepalanya kuat. Dari kejauhan seseorang tengah terkejut melihat kelakuan Zahra. Yefran, dialah orang itu.
Yefran pun berlari ke arah Zahra. Tanpa sepatah kata sebagai pembuka, Ia langsung menarik Zahra dalam dekapannya. Entah apa yang ada di pikirannya, namun sepertinya apa yang ia lakukan sudah benar. Zahra menumpahkan segala keluh kesahnya walaupun hanya sebatas tangisan.
"Yang, kita ke mobil aja yuk !" Ucap Yefran seraya melerai pelukan mereka.
Zahra hanya mengagguk paksa sedangkan Yefran dengan sigapnya menarik wanita dengan mata bengkak itu ke dalam motornya.
"Kamu kenapa lagi ?"
"Aku gak pa-pa kok," Zahra menyeka air matanya.
"Zahra, kalau ada masalah ayo ceritain ke aku. Aku ini pacar kamu, aku siap menanggung bebanmu," katanya mengusap kepala Zahra.
"Aku gak mau pulang, Yef. Aku gak mau pulang ! Aku gak mau pulang," ucap Zahra mengeluarkan tangisan kencangnya.
"Kamu nangis aja, keluarin semua keluh kesah kamu. Aku bakal ajak kamu ke tempat yang mungkin bisa menenangkan kamu,"
Jalan demi jalan mereka telusuri dan akhirnya mereka sampai di suatu tempat di pinggir danau.
"Yang, ayo turun !"
Zahra menurut pada ucapan Yefran. Ingin rasanya bertanya banyak hal tentang mengapa Ia dibawa kesini ? Dimana ini ? Dan banyak pertanyaan lainnya, namun rasanya tenaganya habis terkuras gara-gara menangis.
Mereka berdua duduk di tepi danau. Yefran menatap wajah Zahra yang terlihat sangat murung, sedang Zahra tengah memandang kosong danau cantik itu.
"Ini adalah tempat melarikan diriku. Danau itu terlihat tentram, aku selalu mendapat ketenangan di sini. Aku harap kamu juga mendapatkannya," ucap Yefran membuka pembicaraan yang nyatanya tak digubris oleh Zahra.
"Hal yang paling sering aku lakukan di sini adalah teriak. Kamu bisa teriak sekeras mungkin, menangis sekencang mungkin di sini. Aku bakal pergi dan biarin kamu sendiri. Telpon aku kalau kamu merasa lebih baik, aku ada di dekatmu,"
Yefran pergi meninggalkan wanita dengan tatapan kosong itu.
Zahra POV
Aku benar-benar setuju saat Yefran mengatakan bahwa tempat ini memberikan ketenangan. Walau hanya sedikit setidaknya bisa mengurangi beban yang kupikul.
Aku tak percaya kalau Si Tengil itu bisa peduli terhadapku yang faktanya hanya pacar sementaranya.
"Bun, aku rindu. Bunda dimana ?" Ucapku lemah.
"DASAR DESSY JALANG !" Teriakku.
"DENANDRAAA AKU MEMBENCIMUU !"
"AKU BENCIII HIDUP LAGI, AKU MAU MATIII ! AKU MAU MATI ! AKU MAU MATI !" Teriakku mengacak rambutku depresi.
Napasku kini tak teratur. Aku benar-benar cukup tenang hari ini. Matahari sudah mulai bersembunyi, aku tersadar dan segera menelpon Yefran.
Zahra POV off
Drrrttt...drrrtt..
Tanpa mengangkat telpon tersebut, Yefran bergegas ke tempat dimana pacarnya berada.Ia melihat ada senyum tipis yang tergambar di wajah cantik Zahra. Ia ikut tersenyum.
"Sudah baikan ?"
Zahra mengangguk,"Ya kurasa,"
"Yasudah kita pulang sekarang,"
"Ayo !"
Mereka berdua bergegas pulang.
o0o
Cyiiiittttt....
"Sudah sampai my princess,"
Zahra turun dari kuda besi itu.
"Thanks," ucap Zahra seraya memegang pundak lelaki tampan itu.
Yefran melongo tak percaya, ini pertama kalinya Zahra menyentuhnya tanpa paksaan.
"Aku pacarmu, aku siap melakukan apapun untukmu. Sekarang kamu masuk, diluar dingin. Ingat baby, kalau kamu lemah, bundamu bakal sedih, so kamu harus kuat. Keep strong baby !"
Zahra tersenyum hangat mendengar ucapan lelaki tampan itu.
"Aku masuk yah ? Hati-hati !"
Hari ini Zahra merasa sedikit tenang. Sedih masih terus mengahantui namun bahagia kini mulai menghampirinya dan mungkin ia bisa bahagia keesokan harinya. Benar apa yang dikatakan Yefran, musuh itu tak perlu ditangisi karena semakin kita menangis semakin dekat kemenangan padanya. Lebih baik kita tetap semangat dalam menjalani hidup.

KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE+S
Teen Fiction"Memilikimu seutuhnya adalah suatu ketidakmungkinan yang telah kau mungkinkan," -ZAHRA "Terkadang skenario Tuhan memanglah membingungkan, namun ketahuilah bahwa itulah yang terbaik," -YEFRAN "Apa ! Bang, Bun aku gak mau dijodohin. Lagipula umur aku...