Hanya mengingatkan.

97 13 0
                                    

Tidak adil rasanya membagi yang ku punya, apalagi dengan masa lalunya.

Tengah malam pukul 00.09 Alila belum juga bisa memejamkan matanya. Untuk kesekian kalinya ia membuat mata indahnya dibanjiri air yang sejatinya tidak seharusnya ia keluarkan dengan cuma-cuma. Penyebab dari kesedihannya malam ini ialah kekasihnya sendiri, Aldibara Arkana.

Pikirannya berkecamuk tentang apa arti dirinya didalam hidup Aldibara, apa sebenarnya motif penghancuran yang sedang Aldi lakukan pada dirinya. Atau persekongkolan macam apa yang sedang Nita rencanakan.

"Gue ini sebenernya dianggep apa sih di hidup dia." Ucap Alila bermonolog dengan kesal sambil menyeka air matanya yang mengalir.

Lamunannya memutar semua yang telah terjadi antara Aldibara dan dirinya, Alila bukan pacar egois yang akan mengekang Aldi untuk menolong perempuan lain yang sedang kesusahan. Termasuk Nita. Entah sejak kapan Nita sering sakit, Nita selalu bolak-balik UKS, sering izin karena sakit dan yang membuatnya semakin merutuki dirinya sendiri mengapa selalu ada Aldi ketika Nita membutuhkannya.

...

"Mata kayak panda, tapi muka nggak ada imut-imutnya gitu. Senyum kek Lil! Biar ada warnanya dikit tuh muka!"
Seru April saat ia baru saja berangkat dan melihat wajah Alila yang sangat terlihat buruk saat ini. April bisa menebak sahabatnya itu sedang merasa tidak baik saat ini April bisa mengetahuinya dari hanya melihat raut wajah Alila dan sikapnya yang mendadak jadi pendiam tanpa menyambutnya saat ia datang.

"Mau kayak gimana aja gue itu imut! Udah deh gue ngantuk mau tidur bentar, kalo Bu Umi masuk bangunin gue."

Alila terlihat sangat acak-acakan terlebih setelah pagi tadi ia melihat sendiri Aldi dan Nita berangkat sekolah bersama. Alila ingin menghilangkan ingatannya sejenak saja sebelum mengikuti pelajaran dari Bu Umi pagi ini.

"Lil, bangun Lil! Ada Bu Umi!"
April sudah kehabisan akal membangunkan Alila dari tidurnya. Kini Bu Umi sudah duduk dan akan mengabsen muridnya satu per satu.

"Abidzar?"

"Ada Bu!"

"Alaska?"

"Hadir Bu!"

Dan tiba giliran nama Alila dipanggil.

"Alila Nadeana?"

"Lil, bangunnn!" Usaha April sambil mengguncang tubuh Alila.

1 kali

2 kali

3 kali

"Oh, jadi begini kerjaan murid teladan ya! Pagi buta seperti ini sudah merajut mimpi! April! Biar Ibu saja yang bangunkan!"

"Mati lo Lil! Ya ampun lo itu kebo atau apa sih susah banget dibangunin, mana pake ngorok lagi!"

"Alila!!!" Bentak Bu Umi bersamaan dengan penggaris sakti ciri khasnya yang mendarat di meja Alila tapi belum juga bisa membuat Alila bangun.

"Alila Nadeana!!!!"

"Ampun jangan, jangan siram Alila Bunda!"

Hening sesaat hingga Alila tersadar bahwa itu bukan suara Bundanya melainkan guru mapel Akuntansi killernya.

"Eh, Bu Umi. Pagi Bu, Ibu cantik deh hari ini."

Bu Umi tersenyum. Senyum yang sulit diartikan.

"Terimakasih Lil. Kamu juga cantik, makanya Ibu mau kamu keluar dari kelas biar hanya Ibu yang cantik dikelas ini! Keluar dari kelas Ibu!" Suara Bu Umi yang mengalun dari datar menjadi bentakan membuat Alila memutar bola matanya malas.

AlilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang