Fakta.

69 6 3
                                    


"Gimana rencana kita selanjutnya?"

"Serahin sama gue!"

Sepasang partner in crime ini sedang berada disebuah cafe tempat biasa mereka merencanakan sebuah aksi dengan target Alila. Kali ini mereka tidak mau ada penguntit itu datang dan memergoki mereka sehingga mereka datang bersamaan layaknya sepasang kekasih. Saat keduanya melihat sekeliling tentu tidak ada yang mencurigakan.

"Awas kalo gagal lagi!"

"Beres Nit!"

Mereka lalu melahap makanannya masing-masing sambil berbincang sedikit. Dilain sisi tepatnya dibelakang mereka penguntit itu ada. Dia dengan mudahnya mendengarkan apa yang mereka bicarakan tanpa membuat mereka curiga sedikitpun. Setelah dirasa cukup dan tidak dicurigai ia lantas pergi.

"Apa si maunya Nando? Dia baik. Dia nggak mungkin mau kerjasama sama Nita."

"Nando marah sama Alila?"

"Atau kenapa?"

Ia terus bermonolog ria sepanjang jalan. Ia bingung, kenapa Nando merencanakan hal yang buruk bersama Nita dengan target Alila. Tentu sangat tidak mungkin. Terlebih Nando terlihat sangat menjaga Alila. Sebagai orang yang dekat dengan Nando tentu ia tidak langsung percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

"Gue tau lo Ndo."

"Ndo? Nando?"

Adel. Ya, Adel dikejutkan dengan suara yang tiba-tiba ada disampingnya. "Ya ampun! Jantungan gue!"

"Lebay banget sampe jantungan segala. Pake jantung gue nih biar lo nggak kagetan!"

"Bisa ae lo Nang! Kok bisa disini?"

"Lagi lewat aja. Jalan-jalan sore. Eh nggak tahunya dapet rezeki ketemu mantan."

Adel hanya tersenyum kikuk. Danang yang melihatnya lantas ikut tersenyum. Langit sore hari ini lagi-lagi membawa sepasang sorot tajam melihat keduanya. Lagi-lagi sorot itu terlihat memendam kekecewaan. Kedua kalinya ia melihat Adel bersama dengan Danang.

.....

"Jangan pernah mendem sedih lo sendirian. Nggak bagus buat kecantikan lo."

"Sok tahu!"

"Maksud lo?"

"Ya lo sok tahu sama apa yang gue rasain! Lo nggak tahu gue!"

"Oke."

Aldibara lantas meninggalkan Alila sendirian dikelasnya. Aldibara bermaksud membuat emosi Alila meredam. Alila baru saja dibuat emosi karena nilai ulangan MYOB nya dibawah rata-rata kelasnya. Ia harus mengulangnya sendirian. Karena memang hanya Alila saja yang remed. Ini memang salah Alila sendiri yang menganggap enteng ulangannya dan malah menonton drakor sampai pukul 3 pagi. Alhasil Alila tidak bisa fokus karena kantuk yang menyerangnya bertubi-tubi. Ia lantas kesal dan mood nya langsung hancur.

"Ngambek aja terus lo Al! Udah kayak ganteng aja lo!"

"Emang ganteng si. Salah siapa gitu aja ngambek orang gue juga lagi sebel. Au ah!"

Alila menggunjingi Aldibara setelah cowok itu pergi meninggalkannya. Alila jadi teringat tadi pagi Aldi memawarinya pergi ke mall sore ini lalu ingatannya pudar karena sikap ketusnya barusan. "Bodo amat! Gue harus fokus remed biar nilai gue nggak merah!"

Alila lantas membuka bukunya mempelajari materi MYOB atau komputer akuntansi dengan cermat. Ia berusaha memperbaiki nilainya yang mengejutkan baginya. Tentu Ayah dan Bundanya tidak akan terima bila Alila pulang membawa rapor berisi nilai merah. "Bisa dicoret dari Akte dah gue!"

AlilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang