Egois dan Gengsi.

51 4 0
                                    

Bau obat-obatan menyeruak indera penciumannya. Ia mencoba membuka matanya merasakan sakit yang lumayan hebat diperutnya. Pandangannya mengarah ke sekelilingnya. Ruangan bercat putih disertai tiang infus yang ada disebelah bankarnya serta selang infus yang bertengger ditangan kanannya.

Ia lantas teringat suatu kejadian yang menjadi penyebab dirinya ada didalam ruangan ini.

Mendengar suara bankar yang berdecit seseorang yang tengah terlelap disofa terbangun. Lantas tersenyum kecut dan mendekat.

"Gimana Nit? Ada yang sakit? Mau gue panggilin dokter?"

"Loh? Alila, eh enggak makasih."

"Kalo butuh apa-apa panggil gue aja, gue duduk dulu ya, gue udah kabarin Aldi kalo lo ada disini kok."

Nita mengangguk. Menatap Alila yang dengan tulus membantunya. Padahal ia telah membuat dusta yang membuat hatinya jelas terkoyak saat ini.

Nita bimbang harus bagaimana. Alila terlalu tulus untuk dilukai. Bagaimanapun tanpa Alila, Nita tidak tahu lagi bagaimana nasibnya dan janinnya saat ini.

Janinnya? Ia baru ingat bagaimana keadaannya.

"Lil? Anak gue?"

Alila yang hendak duduk berbalik arah dan kembali mendekat pada Nita.

"Tenang aja, semuanya baik kok, lo sama kandungan lo sehat-sehat aja."

Nita mengangguk. Lalu kembali menatap Alila yang berdiri disampingnya. Mata gadis itu terlihat berkantung khas orang tidak tidur semalaman. Betapa tulusnya gadis ini, rela tidak tidur untuk mengurusnya.

"Lil, apa lo masih sayang sama Aldi?"

Alila menatap Nita bingung. Apa perasaannya bisa terbaca oleh Nita?

"Gue nggak mau naif, gue tentu masih ada perasaan sama Aldi, tapi lo tenang aja gue pasti secepatnya lupain dia kok."

"Jangan Lil."

Alila menatap Nita heran. "Kenapa jangan? Bukannya dia?"

"Aldi bukan Ayah dari anak yang ada dikandungan gue, gue bohong Lil."

"Nggak usah bercanda deh, gue nggak mau ya berantem sama lo disini."

"Gue nggak bercanda Lil, gue clubbing."

Nita lantas menceritakan semuanya. Menceritakan asal muasal ia menjadi seperti ini. Dan siapa Ayah dari anak yang ada dikandungannya.

Alila menatap Nita iba. Betapa buruknya ia saat ini. Bahkan untuk menerima diri sendiri saja Nita tidak sanggup lagi.

Beginilah jika bergaul dengan bebas. Menyalahi aturan dan melawan batas. Penyesalan itu ada diakhir. Kalau diawal ya namanya pendaftaran.

"Lo nggak perlu sedih Nit, semua udah terjadi, sekarang lo harus fokus sama kandungan lo, dia nggak bersalah Nit."

Nita mengangguk mengerti dan menyeka air mata dipipinya. "Gue bakal kuat untuk anak gue."

"Satu lagi fakta yang harus lo tahu Lil,"

Alila menatap Nita serius lagi. Menantikan apa yang akan Nita katakan mengenai Aldibara.

"Ada satu janji yang Aldi buat sama Ayahnya."

"Janji?"

"Iya, Ayah Aldi itu mantan pacar Mami gue, Mami sempet nggak bisa move on dari Ayahnya Al. Sampe Ayahnya Al nikah dan Mami gue dijodohin sama Papi-"

"Papi meninggal waktu gue masih kecil, Mami terguncang jiwanya, dia masuk rumah sakit jiwa, sejak itu Ayah Aldi ngurusin keluarga gue dan gue sama Aldi deket dan setelah kita SMK kita pacaran-"

AlilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang