Pagi ini sesuai janji Aga akan menjemput Abiegaill. Hanya dia seorang karena mereka akan pergi ke gedung perlombaan bukan ke sekolah. Jadi Ulan tidak ikut bersama mereka.
Aga membukakan pintu masuk untuk Abiegaill dari tempat kemudi. Dia menyunggingkan senyum tipis. Abiegaill menatapnya bosan.
"Gue harap lo nggak mengecewakan." Abiegaill memasang sabuk pengaman ditubuhnya setelah mendaratkan bokongnya di kursi mobil.
"Semoga." Aga menjalankan mobil.
Berapa menit ke depan mereka habiskan dengan berdiam diri. Aga fokus dengan menyetirnya sedangkan Abiegaill terlihat grasak-grusuk ditempat duduknya. Tidak biasanya gadis ganas ini bersikap seperti ini.
"Yang ikut lomba kan gue. Kok lo yang gelisah sih," cibirnya.
Abiegaill menoleh, "gue nggak tau."
"Yaudah santai aja kali."
Abiegaill cemberut. Ia mengenggam sesuatu di kedua tangannya. Menaruhnya di dasbor mobil terus ditaruhnya lagi dipangkuannya. Dia melirik Aga sekilas dan kemudian menghela napas.
"Lo kenapa sih?" kali ini Aga menoleh sepenuhnya ke Abiegaill. Dia menepikan mobilnya ke pinggir jalan.
"Eh?" Abiegaill tampak kaget. "Gue nggak kenapa-napa."
"Bilang aja. Kenapa? Gue nggak tenang liat lo kayak gini."
Abiegaill melengoskan kepalanya. Dia tidak mau melihat Aga tetapi tangannya di arahkan ke cowok itu.
Aga mengernyit bingung. Satu tangannya ia sangah ke sandaran kursi Abiegaill. Badannya ia condongkan ke depan dengan posisi yang miring. Dia sekarang berhadapan secara dekat dengan Abiegaill.
"Apa ini?"
"Buat lo."
Aga memandangi kotak bekal berwarna putih. Dia mengambilnya.
"Gue bawain lo roti. Kayaknya lo butuh asupan energi sebelum ikut lomba."
Diam-diam Aga terkekeh pelan. Jadi ini alsanya? Heh. Lucu.
"Jangan geer! Gue nggak mau aja lo kenapa-napa sebelum lomba dimulai," jelas Abiegaill cepat. Saat menyadari wajah tengil cowok ini. Tangannya bersedekap di depan dada.
Aga manggut-manggut. Dia membuka kotak bekal itu. "Ada susu juga?" Dia tersenyum mengejek melihat ada sekotak susu merk terkenal di dalamnya.
"Iya, kenapa? Lo nggak suka?"
"Suka."
"Bagus deh," ujar Abiegaill jutek.
"Kayak bocah aja gue dibekalin roti dan susu," gumamnya pelan.
"Dih!"
"Makasih ya." Aga menyengir. Dan tanpa diduga ia mengacak rambut Abiegaill hanya sebentar tetapi mampu membuat si empu syok.
Secepat mungkin Aga menjalankan mobil kembali dan bersiul. Seakan hal yang tadi tidak terjadi.
Abiegaill memukul lengan Aga. "Gue bukan anak kecil tau."
Sesampainya di gedung perlombaan Abiegaill keluar lebih dahulu dan menutup pintu mobil dengan kasar. Matanya mengedar mencari orang-orang yang berasal dari sekolahnya.
"Hai," sapa seseorang gadis berambut sebahu berwarna pirang.
"Hai juga," jawabnya ragu. Siapa dia? Apa maksudnya menyapa dirinya. Perasaan dia tidak kenal gadis ini. Dan lagipun pasti orang-orang di sini tidak ada yang mengenalnya juga.
"Gue Melah. Lo pasti kaget kan? Lo nggak ingat gue?" tanyanya sembari mengulurkan tangan.
Melah dan biluh?
KAMU SEDANG MEMBACA
ABC (Antara Benci dan Cinta) TAMAT ✔️
Ficção AdolescentePart lengkap! Ini Cerita pertama saya di watty. *** Bagaimana bisa sih, jika seorang yang terkenal Bad Boy! Tapi nyatanya takut berantem? Dan lelaki itu dipertemukan dengan sosok gadis yang galak, suka ngebentak orang, suka ngebogem orang tapi asli...