8. Tutor?

582 42 12
                                    

Hari ini semua siswa/i SMA Garuda tengah melaksanakan upacara setiap hari senin. Saat ini sang kepala sekolah sedang menyampaikan pidato sekaligus penggumuman penting. Hanya beberapa siswa/i saja yang benar-benar mendengarkan pidato tersebut sedangkan yang lainnya kebanyakan sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang asik ngerumpi, main ponsel, menyentil kuping teman sebelahnya, makan chiki bahkan ada yang jongkok saat pembina upacara menyampaikan amanat. Semua itu mereka lakukan jika tidak ada guru atau anak Osis yang berjaga.

"Ochay! Berdiri nggak lo!! Itu kepsek lagi pidato. Nggak sopan banget!!" Tere berucap secara pelan namun tajam.

"Yayang bebep, Ochay capek tau di suruh berdiri terus." Dia menampakan tampang memelas.

"Gue nggak mau punya pacar lembek!"

"Lembek dari mana? Keras gini." Ochay memeggang lengan dan perutnya.

"Ochay!!"

Ochay cengar-cengir tidak jelas.

Tere tau kalau semenjak tadi Ochay jongkok bukan berdiri karena kelasnya bersebelahan jadi dia masih bisa memantau pacarnya itu.

Baru saja Ochay mau berdiri, tubuhnya malah di tabrak seseorang sehingga membuatnya terjungkal ke belakang. Ochay memandang si pelaku tanpa dosa itu dengan wajah kesal.

"Minggir!" ucap Aga galak.

"Enak banget lo jam segini baru datang. Mimpi basah lo sampe nggak inget bangun," ucap Ochay sok galak setelah tau siapa pelakunya.

Aga tidak menghiraukannya dia malah terus melangkah maju dan berhenti di samping seseorang.

"Aga! Ngapain lo di barisan itu. Lo kan kelas ini, amnesia lo?" tanya Tere saat dilihatnya Aga berbaris di kelas Xl IPA 1.

Abiegaill yang mendengar keributan pun menolehkan kepalanya ke belakang dan memandang tajam pada Tere, Ochay dan Ia agak bingung melihat Aga berbaris tepat disampingnya. Sedetik kemudian ia memasang wajah datar dan memandang ke depan lagi.

Sepertinya pagi ini matahari tengah bersemangat menjalankan tugasnya. Baru saja lima belas menit yang lalu, upacara dilakukan. Tapi semua anak yang berbaris dilapangan seperti merasa di depan panasnya bara api. Bercucuran keringat, apalagi yang berdiri paling depan, wajahnya memerah, seragamnya jadi panas. Kasihan, udah kecil sengsara lagi.

Aga menoleh ke samping. Dilihatnya Abiegaill sedang fokus memperhatikan sang kepsek, tanpa memalingkan wajahnya dari sengatan matahari. Wajahnya sudah memerah, sementara keringat mengalir deras di kedua pelipisnya.

Aga maju selangkah. Dia membisikan sesuatu pada cewek yang berbaris di depan Abiegaill. Kemudian si cewek tersebut mengganggukan kepala dan bertukar posisi baris dengan Aga. Ia menoleh ke belakang, menyakinkan diri bahwa Abiegaill telah terlindungi sepenuhnya. Kaget, Abiegaill menatap Aga dengan pandangan bertanya. Sedangkan Aga cuma tersenyum tipis dan menggangkat.

"Kenapa lo baris di depan gue? Ini kan barisan cewek," Abiegaill bersuara pelan.

"Kenapa? Nggak boleh?" tanya Aga balik tanpa menolehkan kepalanya.

Abiegaill memutar bola matanya.

Ochay yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua pun bersiul.

"Jadi pahlawan kesiangan nih ceritanya," ledeknya.

"Enak tuh yang nggak kepanasan lagi," sindir Ochay pada Abiegaill yang terlihat biasa saja.

"Diam nggak lo!" ancam Aga tajam.

"Aduh dedek Ochay atut," balas Ochay dengan suara yang dibuat-buat persis anak kecil.

"Berisik! Gue hajar juga lo!!" Aga mulai sedikit terpancing emosi.

ABC (Antara Benci dan Cinta) TAMAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang