La Vie En Rose

171 20 4
                                    

Kelas Pak Lee kali ini sangat menyesatkan. Beberapa hasil proyek mahasiswa ditolak oleh Pak Lee. Proyek Seongwoo dan Eunbi memiliki giliran terakhir untuk dikumpulkan. Dari 20 kelompok yang sudah mengumpul, akhirnya giliran kelompok Eunbi dan Seongwoo. Tangan Eunbi bergetar dan merinding membawa hasil proyeknya dengan Seongwoo. Kalau sempat proyek mereka ditolak, pasti sungguh sia-sia usaha mereka. Untungnya, bunga yang dibawa Seongwoo sudah ia awetkan sehingga tidak layu.

"Kwon Eunbi dan Ong Seongwoo. Hasil proyek kalian," suara keras Pak Lee sedikit menggugupkan mereka berdua. Eunbi berulang kali memegang lehernya, dan Seongwoo berulang kali menelan ludah. Pak Lee melihat hasil proyek Eunbi dengan detail. Ia tampak serius. Namun selang beberapa waktu, ia menunjukkan wajah puasnya pada Eunbi dan Seongwoo.

"Aku cukup menyukainya." Ujar Pak Lee. Hati Eunbi lega karena Pak Lee menerimanya. Tapi berbeda dengan Seongwoo. Ia tidak puas dengan jawaban Pak Lee. Kenapa harus ada kata "cukup"?

"Aku akan memajangnya diruang seni. Kalian dapat nilai yang cukup tinggi dariku." Ucap Pak Lee tersenyum menampilkan giginya yang sering tertutup kumis tebalnya. Eunbi dan Seongwoo kembali ketempat duduk mereka. Hari ini Seongwoo duduk disamping Eunbi. Kelas dilanjutkan seperti biasa. Namun Seongwoo masih merasa tidak puas dengan hasil proyeknya.

Beberapa mahasiswi disana berulang kali melihat kearah Seongwoo dan Eunbi yang duduk bersebelahan. Tampaknya mereka cemburu dengan kedekatan Eunbi dan Seongwoo. Eunbi menyadari bahwa ia sedang menjadi pusat perhatian, namun Seongwoo bersikap normal. Ia tidak merasakan apa-apa.

"Seongwoo-ah. Kau sedang diperhatikan!" Bisik Eunbi pelan.

"Hah?" Tanya Seongwoo yang tidak mendengar kata-kata Eunbi.

"Kau sedang diperhatikan Ong Seongwoo! Kecilkan suaramu" Bisik Eunbi lagi.

"Kau bicara apa?" Tanya Seongwoo semakin lantang. Seluruh orang dikelas tampak geli melihat Seongwoo yang tak dapat mendengar Eunbi. Eunbi yang gemas langsung menjewer telinga Seongwoo.

"Aigo..." Seongwoo sedikit mengecilkan teriakannya karena dijewer Eunbi. Ia tidak ingin teriak terlalu kuat. Jika sempat Pak Lee merasa terganggu, ia akan dapat imbasnya. Eunbi melepas jeweran Seongwoo. Bukannya berhenti jadi pusat perhatian, ia malah makin diperhatikan oleh kalangan mahasiswa lainnya disana. Eunbi mulai kesal. Ia bersumpah tak akan duduk disamping Seongwoo lagi.

***

Selesainya kelas, Eunbi pergi menuju perpustakaan. Rumah kini terasa sangat jenuh. Sudah tidak ada apa-apa lagi yang dapat dikerjakan oleh Eunbi setelah Irene menyewa seorang pembantu seminggu yang lalu. Semua pekerjaan rumah kini diselesaikan oleh pembantu itu. Entah kenapa Irene berpikiran untuk menyewa pembantu sekarang.

Dia berjalan menelusuri buku-buku yang mungkin seru untuk dibaca. Eunbi paling suka buku tentang misteri. Untungnya, banyak mahasiswa sering menyumbangkan buku-buku novel untuk perpustakaan kampus sehingga para juniornya dapat membaca.

Ada sekitar 5 buku yang Eunbi bawa. Ia duduk dimeja dekat rak B11. Suasana sunyi membuatnya nyaman untuk membaca. Laman per laman dibuka oleh Eunbi. Ia membaca dan menyerap dengan sangat cepat. Ia sangat menikmati membaca buku. Terlebih lagi ia tidak diganggu oleh siapapun termasuk Seongwoo. Namun kesunyian itu sirna setelah seorang pria menyapanya dari belakang.

"Annyeonghaseyo, Kwon Eunbi." Sapa seorang pria dari belakang Eunbi. Ia memegang pundak kiri Eunbi. Eunbi yang awalnya tenang mendadak kaget karena ada yang menepuk pundaknya. Ia melihat kebelakang. Ada seorang pria yang seperti dikenalnya.

"Eh. Hm. Kau, Hwang Minhyun kan? Mahasiswa jurusan jurnalis?" Tanya Eunbi. Pria itu mengangguk. Dia memang Minhyun, sahabat karib Seongwoo. Seorang mahasiswa terbaik dijurusan Jurnalisme, dan juga penanggungjawab Perpustakaan. Dia yang memegang kunci perpustakaan dan dapat kepercayaan penuh dari Bu Anh, Ketua Perpustakaan Kampus.

I'M HERE FOR YOU || Kwon Eunbi X Ong Seongwoo || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang