Berbagi Curhatan

171 24 2
                                    

"Bagaimana cara Nenekmu mendapatkan lukisan itu?"

"Ceritanya seperti ini."

(On Flashback)
5 tahun yang lalu. Saat Eunbi masih baru lulus SMA, ia mendapat ajaran dari neneknya caranya melukis diatas kanvas. Nenek Eunbi, Sanee, mengakui bakat Eunbi dalam kesenian. Ia tau betul bahwa Eunbi sangat bertalenta. Ia selalu memenangkan penghargaan atas talentanya dibidang seni sejak umurnya 5 tahun. Dan kini, sudah waktunya Sanee mengajarkan caranya melukis diatas kanvas pada Eunbi, cucu kesayangannya. Umur Sanee saat itu sudah 87 tahun. Ia yakin Eunbi mampu menjadi penerus Sanee.

Cucunya yang lain memang memiliki bakat juga, namun Sanee lebih mempercayai Eunbi. Ia mengajarkan langkah demi langkah pada Eunbi. Cara-cara agar catnya tidak berantakan, dan gradasi warnanya pas. Hingga kini, Eunbi masih mengingat kenangan itu.

Kemampuan yang diajarkan Sanee pada Eunbi membuahkan hasil. Diumurnya yang ke 19 tahun, ia mendaftarkan dirinya keajang lomba melukis internasional. Sekitar 100 orang mendaftar dalam perlombaan itu. Dan pada akhirnya, Eunbi menempati peringkat pertama dalam lomba melukis internasional. Tentu saja usaha Sanee tidak sia-sia. Ia sangat bangga pada Eunbi.

Keesokkan harinya, rumah Eunbi dikunjungi oleh ketua panitia perlombaan melukis, Choi Hansool. Ia sempat berbincang-bincang bersama Eunbi.

"Kwon Eunbi. Siapa yang mengajarimu melukis seindah dan sebagus itu?" Tanya Choi Hansool.

"Nenekku. Ia yang mengajarinya." Jawab Eunbi sambil tersenyum manis.

"Boleh aku bertemu dengannya?" Tanya Hansool. Eunbi mengangguk dan memanggil neneknya, Sanee. Sanee yang sudah lansia sudah tak mampu lagi berjalan. Ia duduk dikursi roda dan menyapa Hansool diruang tamu.

"Oh! Eomoni." Panggil Hansool sopan. Ia tetap mengingat kalau Sanee adalah orang tua.

"Ada apa kamu ingin bertemu denganku?" Tanya Sanee pada pria berumur 59 tahun itu.

"Aku hanya ingin berterima kasih atas partisipasi Eunbi dalam ajang perlombaan melukis kemarin. Ia berkata padaku kalau eomoni adalah orang yang mengajarinya melukis." Jelas Hansool. Sanee mengangguk.

"Kwon Eunbi memang sudah seharusnya menang. Ia adalah cucuku yang paling berbakat dibidang seni." Jelas Sanee. Wajahnya yang penuh kerutan tersenyum manis pada Eunbi dan Hansool.

"Ne, eomoni. Aku tau. Karena itu, kedatanganku kesini, ingin memberikan Eunbi hadiah atas kemenangannya kemarin. Memang tidak dijelaskan kalau akan ada bonus lagi, tapi melihat hasil lukisan Eunbi, aku sangat menyukainya. Sehingga aku akan memberikan lukisan ini sebagai hadiah tambahan untuk Kwon Eunbi." Jelas Hansool. Ia memberikan sebingkai lukisan yang sangat indah pada Sanee dan Eunbi.

"Aku harap kalian menyukainya." Jelas Hansool. Sanee tampak terharu melihat cucunya mendapatkan hadiah seindah itu. Sanee tau betul bahwa lukisan ini sering dipajang dibeberapa museum. Dia sangat bangga karena kini cucunya memiliki salah satunya.

"Kamsahamnida." Ucap Sanee tersenyum pada Hansool. Matanya berbinar-binar. Sangat bangga pada bakat Eunbi.
(Off Flashback)

Eunbi sempat meneteskan air matanya. Ia tak kuasa menahan air matanya mengingat kenangan manis itu.

"Kau memang gadis yang sangat berbakat, Kwon Eunbi." Puji Seongwoo.

"Ne, kamsahamnida." Jawab Eunbi sambil menahan air matanya. Seongwoo yang melihat Eunbi menangis langsung mengambilkan beberapa tisu dari sakunya dan menghapus air mata Eunbi.

"Sudahlah, jangan menangis. Aku yakin nenekmu pasti sangat bangga." Puji Seongwoo lagi. Ia mengesap pipi Eunbi yang basah.

"Nenekku bilang kalau ia ingin melihatku menjadi lulusan seni dengan nilai tertinggi. Tapi ia pergi terlalu cepat." Jelas Eunbi sambil sesekali mengesap pipinya dengan tangannya. Seongwoo mengerti perasaan Eunbi. Ia pasti merasa sangat kehilangan. Sama seperti yang dirasakan oleh Seongwoo.

I'M HERE FOR YOU || Kwon Eunbi X Ong Seongwoo || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang