Wattpad Original
Ada 9 bab gratis lagi

Prolog.

98.6K 5.4K 160
                                    

Yogyakarta, Mei 1999.

"Dek, jangan lepas pegangan tangan Mas Arka, ya, meski kamu sudah besar. Ini pertama kalinya kita pergi jauh."

Araka hanya mencibir kakaknya. Dia sudah kelas dua SD. Sudah tahu mana yang benar atau yang salah. Ia bukan bayi yang ke mana pun harus dijaga. Namun, tak urung ia menautkan tangan pada tangan besar milik kakaknya. Ini pertama kalinya mereka jalan-jalan cukup jauh dari Rumah. Ia cukup senang Kakak laki-lakinya berhasil membujuk ibunya untuk membiarkannya bermain seharian dengan Kakak laki-laki yang ia banggakan. Semarang dan Yogyakarta cukup jauh, dan mereka berhasil menempuhnya sendiri tanpa didampingi orang tua. Malioboro sangat ramai. Mereka membeli cukup banyak mainan, dan tentu saja, Arka memanjakannya luar biasa. Terhitung cukup banyak barang yang dibelikan Arka untuknya.

"Kamu mau apa lagi, Dek?"

"Beneran boleh Mas? Nanti dimarahin Ibu, nggak?"

Arka menepuk pelan puncak kepalanya. "Ini hadiah dari Mas, karena kamu jadi juara kelas."

"Tapi ... Itu uang tabungan Mas Arka, lho!"

"Nggak masalah, Mas bisa nabung lagi."

Araka senang bukan main. "Aku mau pecel boleh, Mas? Tadi sudah makan, tapi lapar lagi."

Arka terkekeh pelan. Lantas menggandeng adiknya menuju salah satu warung makan pinggir jalan.

"Pedas, Mas."

"Itu kamu yang mau, lho! Kalau nggak kuat nggak usah dipaksain. Nanti perut kamu sakit."

Mereka kembali berjalan usai Arka menghabiskan sisa makanan adiknya. Namun, kumpulan orang-orang semakin banyak di tempat mereka berpijak dan Araka yakin ada yang sengaja melepas genggaman tangan kakaknya, ketika orang-orang yang berjalan berlawanan arah berada tepat di hadapan mereka.

Araka panik, tentu saja. Apa yang bisa dia lakukan? Ia tak membawa sepeser uang pun dan ia tak mempunyai barang yang bisa dilakukan untuk komunikasi. Bagaimana ini? Bagaimana jika Arka tidak menemukannya? Bagaimana jika kakaknya dimarahi ibunya?

Araka memutuskan berdiri di depan emperan toko yang nyaris tutup. Berharap insting jenius Arka bisa menemukannya. Namun, ia malah dihampiri laki-laki misterius yang bahkan ia sendiri tidak tahu siapa.

"Sendirian, Dek? Bahaya, lho, anak kecil malam-malam di sini."

Araka tetap diam, sembari menata hatinya untuk semakin berani. Ia tidak boleh takut!

"Ikut Om saja, yuk! Om punya panti asuhan, ada cukup banyak kamar. Kamu bisa pakai satu untuk sementara. Nanti dari sana, kamu bisa hubungi keluarga kamu."

Tawaran yang cukup menarik. Araka tidak membuang kesempatan itu. Dia mengangguk cepat, dan mengabaikan senyum misterius dari laki-laki yang menuntunnya menuju mobil hitam. Yang ada dipikiran Araka, ia harus menghubungi Arka dan orang tua mereka.

Namun, yang terjadi setelahnya sangat berbeda dari apa yang ditawarkan laki-laki itu. Tidak ada Panti Asuhan. Yang ada hanya penampungan kumuh yang memperkerjakan anak usia dini. Araka mencoba kabur, berulang kali juga dia temukan dan diberi hukuman. Ada dua orang yang cukup mendominasi di sana. Satu perempuan yang berpakaian kurang bahan, dan laki-laki yang menatapnya dengan aura intimidasi.

"Nama kamu sekarang adalah Aiden! Nggak ada araka-araka lagi! Ingat itu!" seru perempuan itu, kemudian memberi kecupan pada laki-laki yang terus menatapnya datar.

Ia masih diam, meskipun laki-laki itu menatapnya dengan tatapan intimidasi. Tak ada gunanya memberontak, atau dia akan mendapat lebam baru di tubuhnya.

"Lihat! Kakakmu pasti sengaja membuangmu! Dia tidak pernah datang untuk menemukan kamu! Orang tuamu juga tidak ada yang mencarimu! Realistis, Aiden. Jangan buang waktumu dengan percuma. Bekerja untukku, dan kamu akan mendapat semua yang kamu butuhkan!"

B2C: Benar-benar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang