B2C: Benar-benar Cinta

Bab 1 - Awal Mula.

Pernah bertemu orang asing yang bertingkah menyebalkan? Bagaimana jika itu adalah tanda semesta bahwa setelahnya waktu akan membuat kalian bersama?

*****

B2C

Bab 1

*****

Yogyakarta, 2020.

Aiden merasa hatinya sudah kebas. Ternyata mengikhlaskan tak semudah yang ia pikirkan sedari awal. Namun, ia yakin keputusan yang ia ambil sudah benar, merelakan gadis yang ia cintai berbahagia dengan laki-laki pilihannya. Kakaknya sendiri.

Aiden telah membuang kesempatan bersama gadis itu di waktu yang lalu. Jadi, ia tak ingin merusak apa yang sudah terjalin setelah ia mengabaikan kesempatan itu. Bohong jika Aiden tidak sakit hati, bohong jika ia merasa baik-baik saja. Namun, setidaknya dia telah menemukan pelarian terbaik. Pekerjaannya. Bisnis yang telah ia tekuni dengan hasil keringatnya sendiri. Mengingat usaha yang ia rintis telah berkembang pesat dan memilih kantor pusat di Jakarta, ia harus menyelesaikan apa yang ia mulai di sini. Di Yogyakarta, tempatnya ditemukan.

Sebenarnya, masih ada satu misi yang harus Aiden selesaikan. Ini berkaitan dengan masa lalu kelam yang ia miliki. Ia bukan tidak menerima keadaan, namun ia hanya ingin memastikan, apa yang membuatnya terpisah dengan keluarganya. Aiden tahu, otak di balik semuanya itu, bisa jadi masih mengancam hidup keluarganya, dan Aiden tidak ingin kecolongan lagi. Sudah cukup, berkali-kali ia merasakan rasa kehilangan. Sudah cukup, ia kembali ditemukan tanpa bisa jumpa orang tua dan kakak perempuannya. Arka adalah yang tersisa, dan ia adalah dokter hebat, meski begitu itu tidak akan menjamin apa pun. Aiden tak akan membiarkan siapa pun menyentuh kakaknya yang tersisa.

Selama ini, tanpa sepengetahuan Arka, kakaknya. Ia telah memulai penyidikan yang sempat tertunda belasan tahun yang lalu. Ia ingat betul, Arka tidak pernah salah. Kakaknya itu tidak pernah meninggalkannya di emperan toko.

Dan hari ini, Aiden berniat memberi tahu Arka, apa yang telah ia mulai. Kakaknya itu pasti sedang berada di kantor EO yang baru saja dirilis istrinya, Evelyn. Dengan tergesa, laki-laki itu memasuki lobi kantor. Masih terlihat sepi, mungkin karena Aiden terlalu awal datang. Jadi, ia memutuskan untuk mengambil beberapa lembar brosur untuk sekedar melepas bosan.

"Selamat pagi, selamat datang di Arve Event Organizer. Ada yang bisa saya bantu?"

Aiden hanya terdiam, mengamati gadis mungil yang ada di hadapannya. Dalam hati, merasa sedikit geli, bagaimana mungkin, Arka dan Evelyn mempekerjakan gadis magang seperti ini? Dari wajahnya, mungkin gadis ini baru menginjak berapa semester di bangku kuliahan.

Gadis mungil itu melirik brosur yang Aiden bawa. "Oh! Anda mau paket Platinum Wedding, ya? Kebetulan masih promo, calon istrinya mana, Pak? Nggak sekalian diajak?"

Aiden mendengus. Gadis ini terlalu hiperaktif. Sejujurnya, Aiden tidak suka perempuan yang terlalu berisik. Bahkan Evelyn yang penyiar saja bisa tahu kondisi jika sedang mengoceh. Ia membiarkan gadis itu berceloteh panjang lebar tentang fasilitas, harga, dan promo yang dimaksud. Biar saja, Aiden penasaran berapa cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh gadis itu sehingga terlihat sangat berisik, seperti ini.

"Bagaimana, Pak? Jadi mau ambil yang Platinum Wedding?"

Oh, gadis itu sudah selesai mengoceh rupanya!

"Saya nggak tertarik," sahut Aiden dengan wajah datar.

Aiden benar, kan? Setidaknya tidak untuk saat ini. Ia belum bisa menyembuhkan lukanya sendiri. Memang, dengan siapa dia akan menikah?