Tak semua rasa bisa dipukul rata, terkadang tanpa sadar, menyakiti adalah cara terbaik untuk menutupi luka yang ada.
*****B2C
Bab 4
*****
Sepertinya, Vio benar-benar harus memperhitungkan waktu dengan baik. Bekerja sembari merawat ayahnya yang hanya bisa terbaring lemah, ternyata tak semudah yang Vio pikir. Jika di kota asalnya, dia lebih bisa leluasa karena ada Pakde Jino dan Budhe Sri yang menunggu dan merawat ayahnya ketika Vio bekerja, sekarang tak ada siapa pun yang Vio andalkan. Bahkan Vio nyaris menangis selepas membawa ayahnya menuju homecare. Biayanya jauh lebih besar tiga kali lipat dibanding dulu. Melihat tabungannya yang hanya tersisa sebagian, membuat wanita itu nyaris memutar otak untuk mencari pekerjaan tambahan. Jika ia tidak ingat diri, Vio nyaris mangkir lebih dari lima menit, padahal hari ini, ia sudah berjanji pada Aiden untuk datang lebih awal, karena Aiden akan mengajaknya ke tempat produksi. Dan Vio akan belajar sangat banyak di sana.
"Sudah puas telatnya?"
Vio nyaris terlonjak ketika Aiden menatapnya sangsi.
"Maaf, Pak. Saya ketinggalan bus, habis itu jalannya—"
"Ini sudah kedua kali, dan alasan kamu tetap sama. Kamu tahu artinya apa?"
Meskipun baru satu minggu bekerja dengan Aiden, sedikit banyak Vio mengerti, Aiden bukanlah tipe yang suka membuang waktu. Satu detik bahkan sangat berharga di matanya. Jadi, ketika sekarang laki-laki itu terlihat murka, dia tidak melakukan apa pun. Satu lagi, Vio memilih tidak jujur tentang alasan kenapa dia datang terlambat. Meskipun ayahnya adalah tanggung jawabnya sekarang, Vio tak ingin Aiden tahu. Bahkan sepertinya bosnya itu lupa, jika Vio pernah bercerita ayahnya yang tua renta telah menggunakan DC* setiap hari. Bahkan dia nyaris menahan diri untuk bercerita bahwa dia sekarang adalah pengguna setia urine bag milik Araka Healthindo.
Alis laki-laki itu bertaut. "Kamu nggak konsekuen. Percuma saya punya sekretaris kalau dia saja nggak bisa handle dirinya sendiri!"
Sebenarnya, Vio ingin membantah. Vio hanya telat lima menit. Toh jika tidak mendapat tunjangan disiplin, Vio sendiri yang terkena imbas.
"Lima menit itu berharga, Violeta! Coba saja kalau pagi ini kita ketemu client dan file presentasi ada di kamu. Bubar perusahaan saya! Kamu sendiri tahu, kan? Semenjak era asuransi menjamur kita harus berani lelang harga, nggak cuma mutu!"
Vio terdiam. Dia memang salah, tetapi kenapa Aiden harus semarah ini?
"Ini sudah hari ke tujuh. Harusnya saya sudah nggak berpikir apa yang saya lakukan hari ini, karena saya sudah punya sekretaris. Tapi, sepertinya saya masih belum bisa menemukan, apa yang membuat Mas Arka dan Eve menjadikan kamu anak emasnya?"
Astaga! Sepertinya Vio harus meralat bahwa Aiden adalah atasan yang menyenangkan. Faktanya satu kesalahan Vio bisa membuat laki-laki itu mengomel lebih dari satu jam. Satu lagi, entah Vio yang sedang sensitif, atau memang benar adanya, kata-kata Aiden terdengar menyakitkan di telinganya.
"Sejujurnya, kamu bukan kandidat terbaik untuk saya pilih menjadi sekretaris. Saingan kamu lebih mumpuni dan lebih punya banyak pengalaman dibandingkan kamu. Kamu harusnya paham posisi kamu sekarang. Ketika saya pilih kamu, artinya ada pertimbangan besar yang sudah saya ambil."
Boleh Vio menangis sekarang?
"Benahi penampilan kamu secepatnya. Kita berangkat sekarang!"
Vio menurut dalam diam, ia benar-benar menangis ketika berada di toilet karyawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
B2C: Benar-benar Cinta
RomanceVioleta hanya ingin kehidupan yang lebih baik bagi dia dan ayahnya yang harus menjalani rawat jalan akibat stroke. Di sisi lain, masa lalu serta dendam bagi orang yang telah membunuh keluarganya lantas membuat Aiden mengumpulkan informasi selama ber...
Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi