chapter - satu

130 17 2
                                    

_________

"ya, eomma! sudah ku katakan berulang kali, aku tidak ingin menjadi seorang idol! kenapa kau terus berusaha memaksaku!" ucapku dengan suara meninggi, wajahku memerah bak kepiting rebus, mataku menajam melebihi tajamnya mata elang.

biasanya aku bisa menahan emosiku dengan berbicara baik-baik kepada pribadi wanita yang memberhentikan aktivitas memotong bawangnya dan memutuskan untuk diam menatapku dengan tatapan tidak percaya saat ini. percayalah, kesabaranku sudah habis kali ini. benar-benar habis. aku tidak bisa memaksakan diriku untuk menjalani masa trainee yang sangat melelahkan.


aku memijat pelipisku yang sungguh pening tanpa menatap eomma, frustrasi. harus dengan cara apa lagi aku harus meyakinkan eomma jika aku memang ditakdirkan bukan menjadi seorang idol!

eomma menghembuskan napas kasar, mungkin ia lelah mendengar hal yang sama dari bibirku berulang kali. tapi, akulah yang seharusnya menghembuskan napas kasar seperti itu.

"yoongi-ya?" panggilnya buatku semakin keras memijat pelipisku karena peningku bertambah hanya dengan mendengar suara dari sosoknya, "ne?" jawabku dengan nada melemah, masih tanpa menatapnya.

"ya! yoongi-ya!" suaranya terdengar lagi, kali ini intonasinya meninggi ditambah seperti sebuah gertakan benda tajam tertancap. "mwo, eomma?!" sahutku membelalak setengah terkejut lanjut menoleh ke arahnya yang terlihat emosi. eomma menancapkan pisau yang sedari tadi ia gunakan untuk mengiris bawang, sudah tertancap dengan sempurna di atas landasan pemotong yang berhasil buat aku menatap wajahnya dengan mata melebar lanjut kearah pisau tersebut secara bergantian. sebenarnya aku tidak mengerti jenis manusia apa eomma ini!

"bisakah kau menatapku ketika berbicara denganku?! ya, benar-benar anak ini."

ya, benar-benar eomma ini.

"duduklah disitu!"  perintahnya menunjuk kursi yang berada disampingnya tak ingin mendapat penolakan. aku memandangi pisau yang tertancap tegak begitu kuatnya dengan bergidik ngeri, "aku ingin memastikan apakah kau tidak akan melakukan hal keji kepadaku dengan pisau tersebut?" tanyaku dengan mata menilik lanjut mengarahkan daguku ke arah beradanya pisau yang terlihat mengkilap tajam.


"aih, jinjja. aku tidak sekeji itu yoongi-ya, ppalli!" tuturnya dengan wajah kelewat serius buat aku mendekatinya lanjut duduk disamping kanannya. eomma mengusap punggung tangan kirinya dengan tangan kanannya sebelum membuka suara, "dengarkan aku... "


kalimat pembukanya pun sudah buat syaraf otakku memproses lalu mengeluarkan berjutaan kalimat selanjutnya yang akan ia katakan, aku sudah menghafalnya dengan jelas. kalimat-kalimat tersebut mulai berdengung di kedua runguku.


"sudah sejauh 2 tahun kau melewati masa trainee dan memutuskan untuk keluar? jangan gila."


"permintaanku tidak boleh diganggu gugat! kau harus menjadi idol."


"apa kau tidak ingin membahagiakan eomma tersayangmu ini, yoongi-ya?"

dove tattoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang