hi, semua! aku cuma mau ingatin kalau dengan aku buat cerita ini bukan untuk kalian bersikap kasar kepada eomma-eomma kalian. so, ini real fiksi ya. yoon gi aka suga aku yakin juga pastinya adalah anak yang berbakti kepada orang tua serta nusa dan bangsa, haha! karakter ini pun sebenarnya nampilkan sisi yoon gi yang selalu terlihat marah kepada eomma-nya, padahal dia sayang. itu aja yang mau aku sampaikan. happy reading! <3
_________
sedikit demi sedikit manik mataku terbuka, terbuka kembali melihat kenyataan hidup dengan sesadar-sadarnya. iris hazel-ku menurun melihat tubuhku yang terbaring pada sofa berwarna mocca sudah tersampul selimut tebal dengan apik buatku mengingat-ingat siapa sosok yang melakukan hal manis ini untukku.
sungguh! suraiku sudah kacau berantakan pun kepala bagian belakangku terasa dihantam besi tumpul dari belakang ketika aku mencoba memposisikan diri duduk lanjut menimbulkan dengungan keras pada telingaku. pusing sekali, astaga. aku mencoba memeganginya dengan tangan kananku disertai sebuah kernyitan lantas sedikit memukul kecilnya berharap pening sialan ini terburai menghilang bersamaannya.
dan bukan hanya itu saja, lilitan rasa perih karena lapar masih singgah juga pada perutku. cacing-cacing yang hidup disana tengah berdemo meminta diberi kesejahteraan. aku menoleh ke arah meja di samping sofaku. lantas menampakkan senyum asimetris layaknya seorang penyamun menemukan sebongkah harta tak terkira harganya untuk dirampas yang biasanya terdepat dalam kitab dongeng seribu satu malam.
baiklah min yoongi, ini adalah hari keberuntunganmu! ya, aku mendapati beberapa buah-buahan yang seolah-olah tengah menampakkan kenikmatan pada warnanya yang berkilauan. tanpa mengambil waktu untuk berpikir aku langsung meraih sebuah apel dari sana dan membuat satu gigitan besar disisi merahnya yang mulai mencekung. mulutku sudah bergembung pun sedikit mengeluarkan cairan dari serat manisnya. jangan ragukan lagi bahwa aku sudah seperti manusia dengan predikat paling lapar sedunia.
satu gigitan, dua gigitan, dan entah gigitan berapa yang sudah aku lakukan pada apel cantik ini dengan rakus. mungkin jika aku berada dirumah aku tidak akan terbangun dengan semenyenangkan ini. buah-buahan indah ini akan tergantikan dengan guyuran hebat darinya tanpa ragu. persetan dengan semua perlakuan bar bar yang biasa dilakukan eomma padaku, aku hanya perlu menikmati yang berada dihadapanku saat ini.
sebentar. sepertinya ada hal penting lain yang harus aku selesaikan, bukan tentang perut lagi. sudahlah, perutku sudah cukup terisi dengan baik saat ini. setidaknya aku tidak mati konyol hanya karena kelaparan. dimana dirinya? bukankah sebelumnya seharusnya aku bersujud syukur kepadanya, apa lagi beliau yang menolongku. baiklah kata beliau cukup merefleksikan bagaimana aku sangat menghormatinya.
aku biarkan manikku mengedar meneliti sisi ruangan, ruangan yang terlihat berbagai jenis lukisan-lukisan yang dapat aku katakan cukup bernilai seni tinggi. demi apapun ruangan ini keren sekali! bahkan untuk disebut sebagai sebuah studio tato pun ini cukup besar, ah sangat besar. aku tidak mengira jika memasukinya dapat sebesar ini.
selesai dengan urusanku dengan perut lantas aku menyingkirkan balutan bahan tebal yang menyampul sebagian tubuh bawahku pada sisi sofa. aku mengambil pijakan secara perlahan pada lantai berparket guna sekadar mengapresiasi lukisan-lukisan yang sedikit banyak mengait atensiku. lampu-lampu berfungsi terapan seolah menambah kesan melankolis yang mengudara. tak ayal memberi sedikit tepukan tangan, aku hanya dapat diam membisu lantaran tenggelam dalam pesona.
decak kagum tak terbantahkan buat bukaan mulutku melebar layaknya melihat sebuah hamparan surga disertai tujuh bidadari tanpa sebenang pun pada perangai semampainya, indah bukan? sangat indah. bagaimana cara aku menggambarkan betapa artistiknya setiap sudut ruangan ini, hewan sehina kecoakpun jika hidup disini tanpa ragu akan aku katakan sebagai penambah estetika. ya, cukup yoongi ini sudah terdengar berlebihan. sekalipun itu kecoak ya tetap saja kecoak, apa lagi sudah mulai mengepakkan sayapnya. level menggelikannya bertambah satu juta persen—untukku.
terlihat sebuah tempat penyimpanan tengah merekat gagah pada dinding di atas kananku secara vertikal yang menampakkan teko kuningan diatasnya. aku sedikit berjinjit guna meraihnya karena aku harap jikalau ku gosok tepiannya lantas mengeluarkan seorang ibu peri yang dapat mengabulkan semua permohonanku. dongeng kuno pun omong kosong, namun siapa tahu?
aku sangat tahu perbuatanku lancang, tetapi aku hanya ingin mengetahui apakah idola-ku selama ini juga memiliki kekuatan sihir. tentu saja aku akan semakin menjadi pemuja setianya akan itu dan memintanya untuk mengajariku sihir yang dapat merubah seseorang yang aku benci menjadi seekor kecoak. kalau kalian bertanya mengapa aku selalu melibatkan seekor hina kecoak, jawabannya karena aku sangat membencinya. aku kira dengan hewan tersebut musnah, tidak akan merusak rantai makanan pun ekosistem. jangan percaya aku, nilai biologiku selalu mendapat warna merah.
memiliki tinggi mencapai pada angka 173 cm sangatlah menyebalkan. tanganku masih juga tak kunjung sampai meraih kuningannya. sendi-sendi pada telapak kakiku sudah mulai sedikit panas akibat gara dorongan ke atas. ya, sedikit lagi telunjuk mungilku meraih gagang pengaitnya. hanya butuh sedikit lagi gaya dorongan. aku sampai menahan napas untuk menghindari kegagalan dalam prosesnya.
ayolah, sedikit lagi. aku menggigit birai bawahku, menurutku dengan melakukannya akan menambah konsentrasiku. denting jam seolah mengisi penuh ruangan dengan pencahayaan remang-remangnya menambah dramatisir suasana.
"apa yang kau lakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
dove tattoo
FanfictionUp: Setiap hari sabtu. "aku tidak ingin enjadi idol eomma! apa kau tidak bisa mengerti juga?" -yoongi. "memangnya kau ingin menjadi apa, yoongi-ya? preman, eoh?" -haneul. warn: bukan cerita yang bikin gerah, cuma cerita ringan. cover credit by pinte...