chapter - dua

94 18 3
                                    

_________

aku mengusap rambutku kasar serta kurapalkan kedua tanganku, mengekspresikan emosi ku yang sudah pada tingkat tinggal meledaknya saja.

apa memang semua anak harus menjadi seperti apa yang mereka inginkan? jika iya, tolong jawab.

aku memang menyukai seni, aku ingin menjadi seniman. tetapi, aku tidak ingin menjadi penyanyi, dancer, aktor, atau bahkan seorang model! jikapun aku menjadi model, tinggi tubuhku saja sudah menolak. sejujurnya aku ingin menjadi seorang pelukis, apa memang pelukis butuh melewati masa trainee? berlatih menari, berlatih vokal.

"aku benci eommaaaa!" teriakku berusaha merefleksikan kemarahanku.

Brang.

sebuah botol kaleng yang menjadi objek sasaranku terdengar gaduh akibat ku tendang dengan begitu kerasnya membuat burung-burung putih yang mendaratkan tungkai bercakarnya pada daratan bersemen digedung tua ini dengan tenang lantas mengepakkan sayapnya akibat dari naluri menghindari sebuah ancaman. aku melimbungkan tubuhku dengan kasar pada sebuah sofa bekas. aku benci jika harus dipaksa seperti ini.


mengapa aku bodoh sekali mau menerima permintaannya untuk mengikuti audisi pada saat itu! seharusnya ku tolak sejak awal. huh.

padahal aku sudah menampilkan penampilan yang sangat tidak bagus dariku, bagaimana bisa mereka menerimaku? bahkan mereka menjadikanku sebagai juara ke-dua. mereka benar-benar sudah tidak waras persis seperti eommaku.

ku pijat pelipisku, yang benar saja akhir-akhir ini hobiku adalah memijat pelipisku. kepalaku pening setiap saat dan ini semua penyebabnya adalah eomma! egois.


aku membentangkan tanganku pada sandaran sofa serta menghempaskan kepalaku kebelakang, tidak perduli betapa ganasnya terik cahaya matahari menusuk kulit putihku. kujadikan lenganku sebagai bantalan lanjut meraih sebatang rokok pada kotak berwarna putih dengan sedikit aksen merah hati diatasnya dan menyelipkannya diantara dua bibirku.

Tek.

kumantikkan pedalan pada korek berjenis zippo guna mengeluarkan elemen panas darinya. kulingkarkan telapakku disekitaran sisi koreknya setelah lubangnya mengeluarkan bunga api, berusaha menghalau tiupan angin lalu membakar ujung rokokku.

hembusan demi hembusan kepulan asapnya ku biarkan melayang-layang mengudara, merasakan sensasi nikotin yang sangat membantu untuk menenangkan raga ini seolah-olah jutaan kata horor tentang efek jangka panjang dari merokok tidaklah sukses menakutiku.

aku biarkan irisku menatap luasnya hamparan langit kota daegu yang membiru dengan begitu indahnya lantas perlahan mengatupkan kelopak mata gandaku, berharap semua permasalahanku lenyap bersamaan dengan asap yang melayang di udara.


situasi seperti inilah yang membuatku merasa nyaman berlama-lama dirooftop gedung tua ini—tidak ada gangguan sedikitpun, sebelum akhirnya sekelibat bayangan terlintas yang terlihat dari balik kelopak mataku membuatku membuka mata dengan perlahan guna memastikan siapa sosok yang menghancurkan moment berhargaku saat ini.

aku menyipitkan mataku, membiarkan sel-sel pada retinaku bekerja untuk mendeteksi cahaya. terlihat siluet seseorang dihadapanku yang membelakangi sinar matahari membuat sosoknya menghitam.

Byurrr.

tak dapat kutahankan bukaan mulut yang terbuka melebar pun membeku merasakan sensasi dinginnya cairan bening yang sukses membuat seluruh tubuhku basah kuyup, aku tidak perlu menyesalinya karena aku pun belum membersihkan tubuh. sudah dapat ku tebak siapa sosok yang berani melakukan hal ini kepada seorang, min yoon gi! hanya penyihir peyot itu yang berani melakukannya.

tunggu-tunggu, bagaimana ia dapat mengetahui tempat rahasia ini?

aku diam hanya menunggu perlakuan kejam lain darinya. entah menarik telingaku dengan kuat, contohnya. eomma melonggarkan eratannya pada alat penengadah air sebelum akhirnya terjatuh sempurna dilantai menimbulkan suara dentuman diantaranya.


"ya, eomma! berhentilah menggangguku!" bentakku naik pitam lanjut membuang sepuntung rokok yang sudah keriput setelah terkena air.


wanita dihadapanku berkacak pinggang layaknya seorang bos besar yang siap menerkam tawanannya, "kau pikir aku siapa, yoongi-ya! aku ini eomma mu! ingat itu! kau menganggapku sebagai sebuah gangguan, eoh?"

aku diam tak menghiraukan kehadirannya, menatap lantai bersemen yang sudah sedikit rusak disertai genangan air yang memantulkan bayangan wanita tersebut disana, tengah memandangi diriku dari atas hingga bawah, seperti melihat seorang preman saja.


"omoooo! lihatlah dirimu menggunakan celana dengan bagian lutut terkoyak tidak jelas, seperti preman saja." ucapnya seolah ia tidak mengetahui sedang berbicara dengan anaknya, membuatku membuang muka pun tersenyum remeh. wanita itu juga mengatakan ripped jeans kerenku dengan sebutan tidak jelas dan mengejekku sekarang, padahal aku telah menggunakannya sejak dirumah, terkesan dilebih-lebihkan.

"dan lihatlah! ck ck," imbuhnya berdecak pun menggeleng, "apa kau merokok lagi?!" tanyanya dengan penuh penegasan lanjut mengambil kasar kotak rokokku yang tepat berada disampingku lanjut dengan sengaja menjatuhkannya dan menginjak dengan seenaknya, membuatku menatap nanar pada rokok nahas tersebut. "merokoklah dihadapanku!"


aku tertawa renyah dengan intonasi kelewat tak sopan, "baiklah akan ku lakukan nanti." sahutku menantangnya dengan suara seolah tidak keberatan.

"anak ini!" serunya menatapku dengan tatapan mematikan, "ayo, pulang!" perintahnya secara paksa menarik daun telingaku dengan capitannya yang lumayan kencang, buatku berusaha menahan telingaku agar tidak terlepas dari tempat sebagai mana mestinya.


"apa-ya, eomma!" racauku mengaduh berusaha membuat diri berperangai mengerikan itu berniat meringankan hukumannya terhadap raga suci ini.

pribadinya tidak menghiraukanku, justru malah semakin mengencangkan capitannya. "ini adalah sebuah hukuman untuk anak yang dengan beraninya menantang dan memberikan jari tengah kepada eomma-nya. kau pikir aku tidak mengerti, eoh?"

aku membulatkan mataku, bagaimana ia tahu akan hal tersebut? tidak perlu aku terheran akan hal tersebut sebab ia dengan misteriusnya mengetahui tempat yang tidak dapat kukatakan rahasia lagi. namun hal yang terpenting adalah bagaimana nasib telingaku yang mulai memanas.

harga diriku sudah lenyap ditangannya saat ini.

dove tattoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang