chapter - tujuh

75 15 4
                                    

_________

author

"yoongi kabur?!" pekik seorang wanita histeris pada sebuah sambungan telepon buat sosok pria yang membuat panggilan kepadanya mengusap wajah tampannya kasar pun menghembuskan napas setelahnya.

namjoon menenggelamkan sebelah tangan pada saku training berwarna abu setinggi lututnya yang membalut tubuh maskulinnya serta menghimpit ponsel pintar diantara bahu dan telinganya mencoba menahan agar tidak terjatuh. "uh, ne," singkatnya kehabisan kata-kata setelah menanggapi eomma dari seorang min yoongi.

"o—omo, bagaimana caranya namjoon-ah?"

namjoon terdiam, bukan karena tidak ingin menjawabnya, namun karena memang namjoon tidak tahu jawabannya. dirinya sangat sadar kini tengah dalam masalah terkait telah menghubungi wanita tersebut. mungkin dia akan dihantam jutaan pertanyaan yang dimuntahkan dari mulut seorang min haneul—eomma yoongi. "namjoon-ah?"

namjoon bukanlah pribadi bodoh yang mengambil tindakan tidak diproses pada neuron cerdasnya terlebih dahulu lantas menendang dirinya pada sebuah peribahasa 'telur di ujung tanduk' kalau bukan terkaannya yang mengatakan bahwa yoongi kabur ke rumah orang tuanya, kenyataan pahitnya yoongi tidak berada disana. sosok namjoon hanya cemas, karena yoongi tidak kembali setelah lima hari pergi, padahal biasanya manusia putih pucat tersebut akan segera diseret kembali juga.

"yoboseyo?" suaranya terdengar lagi sebelum namjoon memundurkan langkahnya mencari sebuah sandaran.

prang.

tanpa diinginkan punggungnya mengenai sebuah bowl cup berisikan ikan mas didalamnya yang berdiri dengan damai di atas nakas sebelum akhirnya terhempas lantas terbentur lantai berubin buat pribadi namjoon menunduk guna mendapati apa yang telah diperbuatnya bersamaan bukaan mulut yang melebar terkejut. objek penambah estetika tersebut menjadi serpihan-serpihan kaca tak berbentuk yang kini telah mengelilingi tepat pada pijakan tungkainya masih dengan ponsel yang menggantung pada telinganya.

ikan mas nahas korban namjoon pun ikut terdampar tengah mengap-mengap sekarat pada daratan mencoba meraih oksigen pada sisa-sisa genangan air. andai saja ikan memiliki hak asasi layaknya manusia, peri-ikanan contohnya. mungkin—hanya mungkin—dirinya sudah dituntut atas tuduhan perlakuan tidak menyenangkan, bukan?

siapa sangka figur dengan intelejensi tinggi seperti seorang kim namjoon terkenal ceroboh, mungkin semua barang yang disentuh olehnya memiliki potensi untuk rusak dan berantakan. Tuhan memang adil.

namjoon menggapai ponsel tanpa mematikan sambungannya lanjut mencoba menggerakkan kakinya perlahan agar tidak mengenai lancip kaca tersebut membuat suara pecah belah.

tidak berhenti disana, ketika namjoon terlalu merasa percaya bahwa berada di pijakan yang aman dirinya malah mendaratkan pijakannya pada lantai sangat kasar tanpa memerikasanya dahulu yang ternyata terdapat sebuah pecahan kaca bersiku lancip pun mengkilap yang tengah berdiri tegap merayu namjoon agar mendaratkan kaki diatasnya.

sosoknya yang terkejut bukan main langsung melempar ponselnya tanpa rasionalitas kesegala arah tidak perduli lagi, bagaimana pun telapaknya tengah menangis mengeluarkan cairan merah dari pembuluhnya yang pecah akibat menumbuk benda tajam tersebut. namjoon melenguh kesakitan lantas refleks mengangkat satu kaki dan beranjak menuju ranjangnya berusaha melompat dengan tertatih-tatih penuh siksa. sempurna.

sedangkan wanita terlantar pada sambungan teleponnya masih menunggu penjelasan namjoon yang seolah adalah satu-satunya seorang saksi mata atas sebuah kasus kriminal berat. eomma yoongi benar-benar khawatir, khawatir memang karena naluri seorang ibu—bukan karena marah lantaran yoongi sudah bertindak diluar batas dan kemauannya—meskipun begitu, min haneul tetap menyayangi yoongi sebagai darah dagingnya sendiri, bahkan nyawanya pun akan ia serahkan jika yoongi memintanya, sesayang itu.

jantung wanita tersebut seolah tengah berdetak kacau. "aaaa," hanya rintihan yang ia dapatkan dari seorang kim buat dirinya membulatkan bolaan matanya disertai alis yang menaut bingung.  "namjoon-ah, apa yang terjadi?" pelan, haneul menjauhkan ponsel pada telinga demi di arahkan ke maniknya karena tiba-tiba terdengar suara sambungan yang diputus sepihak.

kim namjoon melimbungkan pantatnya cergas di tepian ranjang dan memangku satu kaki menyedihkannya di atas paha mencoba memirsa penderitaannya. pecahan kaca tajam masih tertancap mersa pada telapaknya membuat namjoon berniat untuk menyingkirkannya. tidak mudah memang, perlahan tapi pasti sosoknya meraih kristalan yang mengoyak kulitnya tanpa ampun. namjoon, menariknya keluar bersamaan menggigit birai bawahnya pun ia biarkan satu tangannya meremas kain tepi alas ranjang dengan erat berharap mendapatkan kekuatan dari sana.

namjoon menghempaskan kepalanya kebelakang setelah detik-detik terakhir kaca tersebut benar-benar terlepas dari daging kakinya dan melempar jauh kaca sialan tersebut atas asal. sakit bukan main tentunya, hanya saja namjoon bukanlah seseorang yang akan menangis hanya karena goresan pada kakinya, apalagi didasarkan atas kecerobohannya sendiri.

darah segar mengalir deras disana membuat namjoon mengambil peralatan kesehatan pada nakasnya, beruntungnya nakas bersampingan dengan ranjangnya.

ya, dorm sudah tambah tidak tertata karena ulahnya—lebih terdengar baik, jika disebut atas kecelakaan yang tidak ia sengaja, namun tetap didasarkan atas kecerobohannya—sebelumnya pun begitu, karena namjoon hanya berdua dengan yoongi yang menempatinya. keduanya sosok yang sangat berantakan, namun tetap namjoon pemenangnya.

kakinya sudah berhenti mengeluarkan cairan merahnya karena sudah ditangani oleh namjoon. hanya pedihnya yang masih ingin tinggal lebih lama, namun tidak membuat namjoon merintih berlebihan karena sekarang yang mendominasi raganya adalah pemikirannya yang melayang kesana kemari. otak namjoon tengah mencocokkan kejadian yang menerpanya dengan ratusan buku yang pernah ia baca, berdasarkan salah satu buku yang namjoon baca adalah 'pecahan kaca menandakan kesialan,' pernyataan tersebut terdengar seperti dongeng memang jika disandingkan dengan logika jenius namjoon.

yang jelas namjoon tidak mempercayainya, tapi pernyataan tersebut seolah sangat menggambarkan nyata apa yang menerpanya pun tanpa dipungkiri hal tersebut menambah deru khawatir yang tengah memeluknya erat.

ditambah lagi, yoongi juga pernah mengatakan kepadanya bahwa eomma-nya pembawa sial, maka jangan pernah menghubunginya. apa-apaan yang terjadi pada dirinya, aneh sekali. menurut namjoon, yoongi mengatakan demikan memang murni karena kekesalannya terhadap min haneul, jadi namjoon tak ingin ambil pusing.

saat ini, bagi namjoon kakinya yang terluka memang bukanlah perkara besar. hal yang lebih penting baginya hanyalah yoongi, 'dimana hyung-nya berada?' jujur saja namjoon sangat mengkhawatirkannya.

'dan—dan dimana ponselnya berada?'

iris namjoon mengedar mencari benda digitalnya berada. matanya menyipit mana kala mendapati benda yang dicarinya tergeletak dekat dengan papan pintu buat namjoon beranjak dengan terpincang guna meraihnya.

dia menghela napas menatap miris ponselnya yang sudah menampakkan layar setengah retak tak menyala. namjoon mencoba membenturkannya pada telapak tangannya berharap ponselnya mau menyala. "come on," racauannya terdengar setengah memohon yang tetap saja ponselnya tidak mau menyala.

namjoon masih menatap ponselnya bersamaan dengan masa lalunya dengan yoongi seolah mencoba mendobrak paksa memasuki ruang sel-sel ingatannya membuat namjoon menautkan alis menyatu pun pupilnya yang bergerak-gerak menandakan bahwa namjoon tengah menggali dalam ingatan pada bank memorinya.

"boleh kah aku meminjam uangmu?"

"nanti kau akan mengetahuinya,"

"namjoon-ah, sepertinya aku akan pergi menggunakan uangmu," ujarnya buat namjoon melipat kedua tangannya didepan dada menatap yoongi penuh penghakiman. yoongi tertawa lepas melihat reaksi namjoon kala itu, "ah, jangan hiraukan perkataanku tadi."

pribadi namjoon terus menajamkan ingatan yang menambah hipotesanya. dirinya seolah tengah memasang satu persatu kepingan puzzle yang terburai berserakan.

"kalau aku pergi, jangan coba mencariku!"

dove tattoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang