Hallucinate | 14

102 26 3
                                    

Hari ini, Augys memutuskan untuk masuk sekolah. Tinggal menghitung hari, kelas XII akan melaksanakan Ujian Nasional. Yang otomatis, Vier akan fokus untuk belajar.

"Kak, bentar lagi UN. Berarti, kakak udah mau kuliah dong. Kakak mau kuliah dimana?" tanya Augys yang sesampainya disekolah langsung menuju kelas Vier dan mengajaknya ke taman belakang sekolah.

Vierpun bingung untuk menjawab apa. Pasalnya, ia disuruh om-nya untuk melanjutkan studinya di Stanford University agar bisa meneruskan pekerjaan om-nya itu dibidang bisnis perusahaan.

Sementara, Vier juga tak sanggup melihat Augys sedih. Selama beberapa bulan terakhir, Vier selalu membuat Augys nyaman didekatnya.

Dan melupakan pikiran dan ketakutan Augys terhadap preman yang ada di gang Clairys.

Kemarin, Aufar juga sudah kembali ke Aussie untuk mengurus persyaratan kuliah disana. Yang otomatis, disini Augys tidak mempunyai penjagaan dari orang-orang terdekat yang bisa melindunginya.

"Gue masih belum tau bakal kuliah dimana, Gys" dusta Vier.

'Maaf banget, Gys. Maaf'

"Yaudah. Tapi kak Vier harus ngerencanain dari sekarang. Kan bentar lagi, kakak lulus"

"Tapi kak, kalau bisa jangan jauh-jauh ya. Disini aja. Nanti Augys gaada yang nemenin. Kan bang Aufar udah balik ke Aussie lagi" pintanya.

Sangat berat untuk Vier meng-iyakan permintaan Augys. Karena berbohong sebanyak apapun, Vier akan tetap pergi.

Semua persyaratan juga sudah dikirim, tes via online juga sudah. Dan Vier juga sudah lulus diterima disana.

Paspor, Visa, Barang-barang keperluannya juga sudah ada. Bahkan, surat untuk Augys juga sudah ia buat dari jauh-jauh hari.

Bagaimana ia bisa untuk mengatakan "Iya" kepada Augys.

Untungnya, bel berbunyi. Sehingga Vier tak perlu repot-repot menjawab "Iya" atau "Tidak" dari permintaan Augys yang tadi.

"Udah bel, Gys. Masuk kelas gih" dan Augyspun menuruti perkataan Vier.

'Kayaknya, gue harus cepet-cepet jujur ke Augys soal masalah trauma dia ama trauma gue'

•••

"Gib!" panggil Vier. Sang empu namapun menengok kearahnya.

"Napa?" Vierpun menceritakan soal permasalahannya kepada Gibran yang notabene adalah sahabatnya. Menurut Gibran, Vier harus jujur kepada Augys. Namun, Vier masih ragu akan kejujurannya itu.

Sementara dikelas Augys, Sheryl mengajaknya untuk gabung bermain tebak-tebakan bersama Vania juga. Augys hanya meng-iyakan ucapan sahabatnya itu.

Augys masih memutar memorinya saat kejadian tadi. Dimana, Vier belum mengucapkan "Iya" saat Augys meminta untuk kuliah disini.

"AUGYS FRASHILLIAAA" teriakan Sheryl membuyarkan pikiran Augys.

"Gausah teriak juga kali, mbaknya!" sewot Augys.

"Lagian dari tadi dipanggil, kagak nyaut" ucap Sheryl gak kalah sewot.

"Udah-udah, ntar kaga jadi main nih gara-gara kalian ribut" Vania adalah sosok yang paling kalem diantara sahabat-sahabatnya itu. Ia  yang selalu membuat akur Sheryl dan Augys ketika mereka  sedang berantem.

"Sher, mulai duluan" ucap Vania.

"Hmm, Olahraga apa yang gak bisa dilakukan saat malam hari?" tanya Sheryl..

Hallucinate | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang