Hallucinate | 10

102 40 2
                                    

Vier mengajak Augys menuju cafetaria dekat sekolah mereka. Sesampainya disana, Augys memesan greentea latte dan Vier memesan  vanila frappucino.

Augys mulai bercerita soal trauma yang dimiliki-nya. Ia mulai sedikit terbuka kepada Vier.

Padahal baru beberapa hari mereka kenal, Augys sudah percaya kepada kakak kelasnya itu. Karena yang Augys tau, Vier merupakan sahabat dekat abangnya.

Vier memendam perasaannya kepada Augys. Vier mengira perasaan itu hanyalah perasaan simpati-nya kepada Augys. Karena sejatinya, Vier adalah seorang playboy tingkat dewa.

Vier sangat sering gonta-ganti cewek. Makanya, Aufar selalu memastikan. Apakah Vier benar-benar tulus ingin mendekati adiknya, atau tidak.

Sejak kenal dengan Vier, Aufar memang sudah bisa memahami sifat sahabatnya itu. Vier adalah anak broken home. Jadi, Aufar tidak mau mengusik hidup Vier.

Cukup Aufar hanya ingin dekat dengan Vier agar sahabatnya itu tetap berada dijalan yang benar.

Saat Aufar pergi ke Aussie. Jujur, ia sangat khawatir dengan Vier. Namun, ia mencoba menghilangkan rasa khawatir-nya dengan menitipkan pesan penting kepada Gibran, sahabat Aufar juga.

Namun, yang ia lihat. Saat Aufar sudah kembali ke rumah, Vier tampak berbeda. Ia seperti menjadi orang yang sedikit pendiam dari biasanya.

Aufar berpikir kalau Adiknya-lah yang mengubah Vier menjadi Vier yang sekarang. Aufar cukup lega.

Selama beberapa hari kenal Vier, Augys menjadi sedikit terbuka. Augys merasa nyaman dekat dengannya.

Dimanapun saat Augys bersama Vier. Augys tidak lagi merasa ketakutan luar biasa seperti yang ia rasakan sebelumnya. Ia rasa trauma-nya itu sedikit berkurang ketika bersama Vier.

Hari ini, Augys berniat untuk memberi tau Vier tentang trauma-nya.

" Kak. Gue mau ceritaa" rengek Augys. Ia cukup sering merengek kepada Vier. Augys menganggap Vier sebagai abang keduanya setelah Aufar.

" Tumben ngomong dulu. Biasanya langsung asal nyeplos aja"

" Hehehe. Beda loh kak, ini penting. Hmm, soal trauma gue" Vier yang tadinya  fokus ke handphone, langsung memperhatikan Augys.

" Kenapa nih, kenapa?" Vier sangat antusias ingin mendengar cerita Augys. Memang, Augys belum memberi tahu Vier secara rinci tentang trauma-nya.

" Jadi, waktu itu..." Augyspun bercerita sampai selesai. Baru kali ini, ia cerita rinci tentang trauma yang ia miliki. Bahkan, kedua sahabatnya tidak mengetahui secara keseluruhan.

Karena setiap Augys ingin bercerita, Augys selalu menangis.

Belum selesai bercerita, air mata Augys kembali terjatuh. Ia selalu tidak kuat untuk menceritakannya.

"... Gue salah, kak. Gak seharusnya gue ngebolehin adek gue beli es krim. Gue salah, kak. Gue yang buat dia gaada..." ucap Augys sambil menyalahkan dirinya. Air matanya masih mengalir deras, dan sekarang Vier yang malu karena semua pengunjung cafetaria memperhatikan mereka.

'Pasti mereka ngiranya gue yang buat Augys nangis' batinnya.

" Gys, lo gak salah. Ini udah takdirnya. Udah lo gausah nangis. Gue malu nih"

" Kok lo yang malu, kak?"

Vier menghembuskan nafasnya.
" Yaiyalah, ntar disangka orang-orang, gue yang bikin lo nangis"

Augys mencoba mengatur nafasnya agar tidak kembali menangis. Vier membantu Augys dengan memberi lelucon-lelucon yang ia hafalkan sebelumnya.

Demi melihat Augys tertawa, Vier rela menghafal lelucon-lelucon tersebut. Kalau istilah anak gaul, mungkin Vier akan dibilang bucin a.k.a budak cinta.

" Kayaknya idup gue gini amat ya, kak"

" Enggak, Gys. Enggak. Masih ada yang lebih parah dari lo" ucap Vier menenangkan.

' Hidup gue, Gys. Hidup Gue jauh lebih parah dari lo. Bahkan soal traumapun gue lebih parah' batinnya.

🍃

Uhuyy...
I'm back, guys!

Gimana nih liburan kalian?
Aku sih ya gitu deh. Kurang seruuu...

Hayoo!!!
Kira-kira kehidupan Vier gimana ya?
Sampe dia bilang lebih parah dari Augys.

Mau tau?
Ikutin terus cerita ini yaa
Jangan lupa vote ama komennya.
Makasiii 🌹

Raisyanftrn






Hallucinate | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang