THE PURGE: Havoc | 1

6.7K 718 51
                                    

Dini hari yang terasa damai dan sunyi, bunyi jarum jam memenuhi ruangan yang penuh dengan berkas-berkas. Pria yang terlihat tampan dengan balutan baju santai itu masih saja tidak beranjak dari tempat. Pria itu, Lee Taeyong, mendesah lelah membaca tumpukan berkas yang ada di meja. Tangannya terulur mengambil secangkir kopi. Namun, baru sadar cangkir itu kosong.

"Kau sudah menghabiskan dua cangkir kopi."

Senyum lembut terpatri di wajah Taeyong kala merasakan tubuhnya menghangat. Sosok wanita yang tiga jam lalu dia lihat sudah tertidur di kamar, kini mendekap tubuhnya dengan erat dari belakang. Dagu wanita itu disandarkan di pundaknya.

"Kau terbangun, Jisoo? Bukan karena mimpi buruk, 'kan?"

Kim Jisoo merengut sebentar. Lalu mendekatkan bibirnya di telinga Taeyong. "Aku terbangun karena kedinginan. Rasanya dua selimut tidak bisa menghangatkanku."

Taeyong terkekeh. "Butuh pelukanku?"

"Ya," lirih Jisoo menggoda.

"Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu, Sayang."

Jisoo mendecih kesal sambil melepaskan dekapannya pada Taeyong. Tangannya terulur mengambil sebendel kertas di atas meja.

"Aku kalah cantik dengan kertas-kertas ini, ya?!"

Taeyong memeluk pinggang ramping Jisoo yang berdiri di sampingnya. "Tidak ada di dunia ini yang bisa mengalahkan kecantikanmu, Tuan Putri."

Merasa geli dengan gombalan itu, Jisoo menepuk ringan pipi Taeyong. "Kau lebih suka berkutat berjam-jam dengan kertas ini."

"Ya, hanya berjam-jam, tapi aku sudah berjanji menghabiskan sisa umurku denganmu. Aku milikmu."

Jisoo tertawa mendengarkan itu. Sebelum bersama Taeyong, Jisoo benci mendengar rayuan dan bualan pria. Anehnya, pujian dan rayuan Taeyong berhasil membuatnya melayang. Dan Jisoo masih saja heran, kenapa Taeyong yang begitu sempurna bisa jatuh ke pelukannya?

"Dedikasi Anonim untuk Kebebasan dan Kebenaran." Jisoo beralih membaca satu kalimat bercetak tebal yang ada di halaman depan berkas.

"Kata-kata itu tidak lagi berarti," sela Taeyong tiba-tiba.

"Kenapa?"

"Aku tidak mengerti, Jisoo. Apa gunanya organisasi ini berdiri kalau pada akhirnya mereka menciptakan Annual Purge?"

Jisoo mengelus rahang Taeyong yang mengeras. Mengetahui kegelisahan yang sedang dihadapi prianya.

"Apa gunanya mempertahankan organisasi yang mencegah masuknya terorisme, komunisme, subversi, spionase dan kejahatan internasional kalau negara kita sendiri membebaskan kejahatan nasional?"

Taeyong adalah salah satu anggota National Intelligence Service (NIS). Dia sudah bergabung di NIS selama delapan tahun. Kepandaian dan ketangkasan Taeyong membuat NIS merekrutnya di usianya yang terbilang muda saat itu, 23 tahun. Taeyong lebih memilih bergabung dengan NIS dibanding mengambil beasiswa masternya di Stanford University studi Kriminologi.

Kata Taeyong, dia bisa belajar sambil menekuni pekerjaannya. Lagi pula, mimpi Taeyong sejak dulu memang ambil bagian dalam keamanan nasional. Pekerjaannya sekarang adalah mimpinya. NIS juga memiliki tugas utama menjaga keamanan nasional. Sayangnya, kekacauan yang tidak bisa ditangani Pemerintahan Presiden Han meninggalkan dampak yang parah, setidaknya bagi NIS.

"Aku tidak tahu apa yang sedang kau kerjakan. Dan aku tahu kau tidak akan memberitahu misi rahasia ini padaku, tapi aku yakin kau sedang mengupayakan sesuatu yang bisa menyejahterakan orang banyak." Jisoo memberikan senyum tulusnya yang terlihat sangat cantik. "Dan kau butuh istirahat supaya tidak tumbang dalam misimu, benar?"

THE PURGE: Havoc | Jisyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang