THE PURGE: Havoc | 9

3.1K 520 73
                                    

"Silakan masuk." Pria tua itu mempersilakan dengan senyum lebar.

Jaewon yang sudah terbiasa melihat wajahnya melangkah masuk lebih dulu. Sedangkan yang lain terlihat ragu-ragu untuk masuk ke dalam. Terutama Johnny yang sedari melihat wajah menyeramkan pria tua itu, mencengkram erat ujung kaos Jaehyun.

Meski begitu, mereka mengikuti Jaewon. Sesaat menginjakkan kaki di area perumahan, Jisoo dibuat terpukau dengan tatanan outdoor-nya. Tepat di sebelah kiri ada pos keamanan yang terbilang besar dibandingkan pos keamanan perumahan lain yang pernah ia lihat. Di sisi kanan ada taman bunga dan air mancur yang dihiasi pendar lampu berwarna kuning. Memperlihatkan kesan romantis sekaligus elegan pada penataannya.

"Ah, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Park Yongdae, kepala keamanan perumahan ini," ucapnya sambil mengeluarkan kunci dari saku. "Saya akan mengantar kalian ke unit Tuan Ong."

Mereka diarahkan untuk naik golf cart. Perumahan Hannam-dong sangat luas, sehingga penjaga keamanan menggunakan golf cart untuk menyusuri dan mengecek keadaan sekitar. Jaewon, Jennie, Taeyong, dan Jisoo berada dalam satu golf cart dengan Park Yongdae. Di golf cart satunya, Johnny, Jaehyun, dan Jackson naik bersama penjaga yang masih muda tadi.

"Bagaimana bisa kalian terjebak di jalanan?" tanya Park Yongdae begitu menyalakan mesin.

"Kami sedang mengadakan pesta di klub saat pengumuman Annual Purge keluar," jawab Jaewon.

"Wah langkah yang berani, biasanya di bulan Januari orang-orang memilih mengurung diri. Tapi syukurlah kalian selamat dari pemburu nyawa malam Purge."

Jaewon tersenyum, menepuk singkat punggung Taeyong. "Kami beruntung, terjebak di jalanan bersama penembak jitu."

Park Yongdae membulatkan mulut. Mengamati Taeyong yang sedang mengelus pipi Jisoo. Gadis itu sangat suka diperlakukan Taeyong begitu ketika kelelahan.

"Wajah Anda tidak asing."

Taeyong balik menatap Park Yongdae. Ia mengenal seseorang dengan nama yang sama. Seseorang yang bekerja di kepolisian Seoul.

"Ah! Namamu, Lee Taeyong. Anda wartawan harian BSK News, 'kan?"

Taeyong membenarkan tebakan pria itu.

Tiba-tiba Park Yongdae terkekeh. "Anda pasti tidak mengenali wajah saya yang seperti ini. Dulu saya bekerja di kepolisian Seoul. Anda pernah meliput berita tentang salah satu kasus yang saya tangani."

"Ya, saya mengingat Anda," balas Taeyong tersenyum. Dia memang pernah menggali informasi pada Park Yongdae tentang pembunuhan politikus partai demokrat dua tahun yang lalu. Park Yongdae pasti mengingat baik dirinya karena waktu itu Taeyong menggali informasi seperti orang kesetanan. Bahkan ia rela bermalam berhari-hari di kantor polisi.

"Apa yang terjadi? Anda sudah tidak bekerja di kepolisian?" Taeyong menarik tangannya dari pipi Jisoo. Namun, dengan sigap Jisoo membawa jemari Taeyong mengelus pipinya lagi. Membuat Taeyong tersenyum gemas dan melayangkan ciuman singkat di pelipisnya.

"Wajah saya jadi cacat bukan tanpa alasan. Ini karena terlalu sering menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan para petinggi. Saya menerima banyak teror." Pria itu menghembuskan kasar napasnya. "Sampai di titik memutuskan berhenti dari pekerjaan."

"Bukankah itu memang resiko tugas kalian? Pekerjaan kalian tidak jauh dari bahaya," celetuk Jennie heran.

"Memang, Nona. Tapi anak saya masih kecil-kecil. Kalau saya mati, bagaimana nasib mereka?"

"Saya turut prihatin," ujar Taeyong.

"Terima kasih, saya baik-baik saja sekarang. Setidaknya masih ada yang mau mempekerjakan orang berwajah menakutkan."

THE PURGE: Havoc | Jisyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang