Ketahuan

3.1K 236 24
                                    


Jimin dan Kai sedang duduk di pinggir lapangan, menatap dua insan yang sekarang sedang berjalan menuju pelaminan. G. Maksudnya berjalan menuju parkiran motor.

Mereka berdua mengamati sampai dua insan tersebut meninggalkan sekolah.

"Hah~ hari yang menyebalkan." gerutu Kai. Jimin hanya tersenyum hehahehe saja, lalu mengeluarkan handphonenya. Berniat untuk menghubungi seseorang.

"Hyung! Aku sudah melakukan tugasku! Imbalan!" ucap Jimin setelah teleponnya tersambung.

"Kerja bagus, Jiminnie. Imbalan apa yang kau mau?"

"Paket liburan ke Bali, Jin hyung!"

"Okay."

Jimin tersenyum sumringah. Kini dia bisa liburan bersama istri tercinta dengan gratis. Istrinya pasti akan terharu huahahaha.

"Aku tidak mau melakukan pekerjaan ini lagi kalau imbalannya cuma buatmu." ucap Kai meninggalkan Jimin sendirian.

"Hei hei! Akan kubelikan minuman." ucap Jimin yang sama sekali tidak digubris oleh Kai.

~~

Ah Seung segera turun dari motor Hyunjin, menghentak-hentakkan kakinya kesal menuju apartemen mereka. Memang sedari sekolah tadi mereka selalu bersama. Hyunjin mengantarnya pulang, tentu saja seperti yang dia ucapkan sebelumnya di UKS.

"Lo kenapa sih? PMS?" Tanya Hyunjin menghentikan langkah Ah Seung.

"Lo mikir dong, Jin. Perjanjian yang lo maksud itu gimana? Kita gak perlu saling kenal kan? Kenapa malah.."

"Yaudah yang gak saling kenal disekolah coret aja."

"Hyunjin!" kepala Ah Seung benar-benar mau pecah. Masalah Felix belum kelar, masalah Seul Mi belum kelar, tambah masalahnya sama Hyunjin.

"Bokap lo tuh suruh nggak usah ikut campur lagi. Lo nggak liat Jimin seonsaengnim sama Kai seonsaengnim ngeliatin kita, ha?"
*seonsaengnim : guru

"Maksud lo apa?"

"Mereka nggak mungkin begitu kalo nggak ada hubungannya sama bokap lo."

"Wah, saya tidak tahu anda sebegitu cermatnya." ucap seseorang yang muncul dari dalam rumah. Bertepuk tangan bangga pada orang didepannya.

"Papa." ucap Ah Seung terkejut. Tidak menyangka papanya akan datang.

"Hwang Hyunjin. Saya menyerahkan anak saya, tapi anda malah berbuat demikian." ucap Seokjin mengangkat sebuah map yang sangat Hyunjin dan Ah Seung kenali.

Itu map perjanjian mereka.

"Saya sangat kecewa." ucap Seokjin.

"Saya tahu keluarga anda memang menolong perusahaan saya, tapi hah~ anda kira saya menyerahkan anak saya untuk dijual?"

"Tidak, Ayah. Saya tidak bermaksud seperti itu." ucap Hyunjin.

"Lalu ini apa?!" ucap Seokjin. Melempar map itu kelantai dengan marah.

"Pa, itu hanya.." kini Ah Seung yang berbicara. Tapi tidak tahu kenapa, bibirnya kaku untuk digerakkan. Apalagi menghadapi Seokjin mode marah begini. Ah Seung tidak sanggup.

"Hanya apa? Kau kira pernikahan itu hanya main-main, Hwang Ah Seung?!"

~~

2 jam sebelumnya.

Seokjin membereskan mejanya. Merapikan berkas-berkas penting dan memasukkannya ke dalam tas kerjanya. Dia berjalan riang menuju basement, mengambil mobil kesayangannya.

What is NIKAH?! -hhjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang