Kini Rain sedang berbaring ditempat tidur kesayangannya, dengan earphone yang menempel ditelinga. Kepalanya digerak gerakan ke kanan dan ke kiri sambil menutup mata. Tujuan utamanya sih supaya cepat mengantuk.
Sebuah notif line masuk ke handphone Rain, terpaksa Rain harus membuka mata untuk mengecek pesan tersebut.
Line
Ash
Tdr!
22.38Rainari
Lo siapa? Gaje banget!
22.40
Seen.Rain nampak berpikir, Ash itu siapa? Ia mulai memutar ingatan siang tadi, seingat Rain hanya Akash yang meminjam handphonenya, selebihnya tidak ada.
"Tapi kan dia namanya Akash, kenapa malah dikontak gue dia namain Ash?" gumam Rain.
Meskipun Rain kepikiran dan merasa heran namun Rain harus bersikap bodo amat daripada pikirannya dipenuhi oleh tanda tanya lebih baik ia tidur.
Rain membanting benda pipih miliknya itu, menenggelamkan wajahnya dibantal berwarna hitam favoritnya.
🌦🌦🌦
"Rain, bunda gak bisa antar kamu ke sekolah pagi ini" teriak bunda dari kamar mandi.
Ucapan bundanya tadi harus memaksa Rain untuk berangkat menggunakan transfortasi umum, sebenarnya itu tak terlalu buruk bagi Rain namun sekarang jam sudah menunjukan pukul 6.32
Rain berlari ke arah halte dan tepat sekali bus baru saja tiba. Rain naik dan duduk dikursi dekat jendela. Hatinya tak tenang karena waktu terus saja berjalan sedangkan perjalanan masih jauh.
Rain mencoba menenangkan hatinya, menetralkan pikirannya. Ia membuka buku jurnalnya dan mengeluarkan bolpoint bertinta hijau.
Bandung,
Kota kembang
Kota penuh kenangan
Kota mojang dan jajaka
Kota yang memberi cerita
Haruskah pagi ini memberi cerita pahit?
Mengapa waktu berjalan dengan cepat
Seperti enggan membuatku datang dengan tepat
Matahari sudah memamerkan indahnya
Mengembangkan senyuman Andalannya
Semoga hari ini langit cerah
Tidak menumpahkan air dibumi
Apalagi dipipi, jangan.-lngtstlhhjn
Suara klakson yang memekakan telinga terdengar dimana mana yang membuat Rain terpaksa menghentikan aktifitas menulisnya, Rain mengedarkan pandangannya dan ia menemukan orang yang berseragam sama seperti dirinya namun kelihatannya orang itu nampak santai-santai saja tak takut jika dirinya terlambat lalu diberi hukuman.
Rain tak memperdulikan hal itu tapi setidaknya Rain ada teman satu sekolah dalam bus ini. Namun kelihatannya hari ini macet panjang dan mungkin akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menunggu lancar kembali.
Sedangkan Rain sedang buru-buru, ia tak mau jika harus terlambat. maka Rain memutuskan untuk turun dari bus dan berlari di trotoar, banyak sekali pasang mata yang memperhatikan Rain saat ini, mungkin mereka merasa aneh melihat Rain.
Rain berhenti dan memegang lututnya karena merasakan sakit, pandangannya lurus kebawah seperti sedang mengamati tanah. Keringatnya bercucuran hingga membasahi seragamnya untung saja hari ini bukan hari senin, karena jika ia terlambat dihari senin maka akan sangat malu harus dihukum dihadapan siswa-siswi yang sedang upacara bendera.
"mau bareng gak?" ucap seseorang yang wajahnya ditutupi oleh helm fullface.
Rain langsung menegakan tubuhnya dan mengelap keringat yang mengenai pelipisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Grey
Teen FictionHujan itu ibarat beban yang harus dijatuhkan kapan saja, ia membutuhkan tempat untuk bernaung, hingga ia siap untuk melihat dunia kembali dengan senyuman dan sapaan yang hangat. -Raina Rachel Iqlima. Langit senang jika setiap kali hujan datang dan m...