Enam

23 8 0
                                    

"Bundaa, Rain berangkat yaa" Rain pergi dengan sedikit berlari pagi ini, Rain sangat bersemangat karena hari ini jam pelajaran favoritnya sejak SMP, yaitu Seni.

Saat Rain berjalan dikoridor dan sesekali bersenandung ria, Rain melirik jam tangan yang menempel di tangan kirinya, bel masuk masih lama pikirnya maka ia memutuskan untuk duduk ditangga dekat koridor sekaligus dekat dengan jajaran kelas 12.

Kau tahu
Hatiku semu
Tak tahu apa yang dituju
Aku ingin menembus semua awan
Hingga ku menemukanmu
Di penghujung langit sana
Nostalgia beriringan dalam ingatan
Saling menyahut satu sama lain
Menyebut engkau sebagai rajanya
Dan aku sebagai ratunya
Bibirku keluh
Telingaku tuli
Jariku kaku
Itulah aku,
Saat menatap mata indahmu.

-lngtstlhhjn.

Saat Rain akan melanjutkan membuat puisinya, Rain baru tersadar bahwa 15 menit lagi bel masuk akan berbunyi, waktu berjalan lebih cepat saat Rain membuat puisi. Aneh.
Rain cepat membereskan semua barang yang ia keluarkan tadi kedalam tas hitamnya, namun buku puisinya ia tenteng siapa tahu ia ingin menulisnya lagi nanti.

Saat Rain berlalu, lelaki yang baru saja akan turun melalui tangga tersebut mulai mendekat ke tempat yang Rain duduki beberapa waktu lalu, ia menemukan sebuah kertas berisi puisi yang ditulis menggunakan tinta berwarna jingga.

🌦🌦🌦

"selamat pagi anak-anak!!" sapa seorang guru dengan senyum simpulnya.

"pagi pak!" balas kami serempak.

Bapak yang mengajar seni itu bernama Handoko, guru yang dianggap galak namun sebenarnya sering membuat lelucon, guru yang selalu mengajarkan siswanya menggambar apapun yang ada dalam imajinasi.

"siapa di kelas ini yang suka seni?"

Rain ingin sekali mengangkat tangannya namun tak ada satu orangpun dikelasnya yang berniat sama dengan dirinya, hingga akhirnya Rain memberanikan diri "saya pak" jawab Rain sedikit menunduk karena semua pasang mata langsung melihat ke arahnya.

"bagus, sini maju ke depan" perintah pak Han.

Rainpun menuruti perintah tadi, ia langsung maju ke depan meski dari tapi Ita terus saja menyenggol sikutnya.

"nah, sebagai siswi penyuka seni, kamu gambar apapun yang ada pada imajinasimu disini" tunjuknya pada papan tulis sembari memberi Rain spidol.

Rain tanpa sadar telah melotot karena shok, ia mengambil spidolnya dan langsung menggambar. Dimulai dari abstrak lalu dibentuk sesuai dengan imajinasinya, hingga beberapa menit berlalu imajinasi yang ia tuangkan pada papan tulis tersebut selesai.

Pak Han bengong dengan mulut terbuka, ia berpikir kok bisa anak seperti Rain menggambar imajinasi sedetail dan sebagus ini, pak Han takjub lalu memberi tepuk tangan dan disusul dengan tepuk tangan teman-teman yang lainnya.

Rainpun kembali ke tempat duduknya dengan sedikit rasa malu "gila lo Rain gimana bisa lo gambar sebagus itu" ucap ita sembari memelototkan matanya sebagai tanda takjub dan tak percaya, meskipun Ita sudah sering melihat Rain menggambar dan rata-rata hasilnya memang membuat takjub. Namun tak juga Ita berhenti bertanya 'bagaimana bisa?' setiap kali Rain menggambar sesuatu. Rain tak menjawab ia hanya menggerakan bahunya ke atas dan kebawah.

🌦🌦🌦

"Itaa, beliin gue baksoo yaaa" manja Rain pada Ita.

Ita melihat Rain dengan sedikit jijik, sejak kapan sahabatnya jadi senang bermanja manjaan seperti ini.

GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang