Audy

25 5 0
                                    

"Plisss! Jangan bilang-bilang ke anak-anak ya. Soal gue ikut karate.

Terutama tuh cowok rese." Ujarku refleks

" maksud elo si reza?"

"Lucu amat sih! Wajar kan lo ikut, kayaknya elo juga ada bakat." Ujar Ryan tulus

"Sans aja kali," lanjut Ryan santai

"Lha elo sendiri?" Tanyaku heran ketika menyadari ia berpisah dengan grombolan cowok rese

"Nyariin si Reza?" Tanyanya to the poin

"Eh.. siapa bilang! Ngapain juga gue nyariin cowok rese itu." Kilahku mendelik

"Gue ikut karate juga sama kaya Reza. Tapi yah potensi dia lebih unggul dari pada gue." Ujar Ryan sok dramatis

"Ck..sok dramatis lo!" Ejekku

"Haha... gue kan terkenal pangeran dramatis di sekolah. Mungkin kalo gue ikut audisi gue bakal langsung debut." Ujarnya menyombongkan diri

"Idih.. emang siapa yang mau dukung elo." Ujarku dengan nada mengejek

"Elo!" Ujarnya dengan nada tulus. Ia menatapku dengan tatapan yang menurutku ada sesuatu nih.

"Gak sudi dan gak akan pernah mau."ujarku dengan nada menantang

"Boleh aku ubah dari sudi ke suka?" Tanyanya menggodaku

Segera aku menepuk wajahnya yang sok imut itu.

Tak jauh dari sana sepasang mata onxy itu menatap tajam sepasang sejoli yang asik berdebat ini.

'Sial! Ngapain si Ryan deket-deket sama cewek songong itu'

'Jangan bilang Ryan mau gagalin rencana  taruhan.'

Waktu perlombaan mulai dekat. Semenjak itu juga ia harus sering bertemu dengan Reza. Cowok itu sepertinya ada niatan padanya. Bagaimana tidak ia sok baik mau nganterin dia pulang lah, ajak nonton dan bla bla bla. Kami semakin dekat walaupun jika kita bertemu sudah seperti tom and jerry. Pasti berantem.

"Ra! Pulang? Bareng gue yuk!" Ajak Reza sok baik

"Enggak, makasih."

"Ra, ada waktu? Nonton bareng gue yuk?"

"Enggak."

"Terus kapan iyanya? Udah ada rencana nerima tawaranku?" Tanya Reza cemberut

"Maaf elo gak masuk jadwal rencanaku." Ujarku ringan sembari berlalu

"Cewek ini, bener-bener susah di takhlukin."

"Masak gue harus nyerah! Tapi ini tinggal 3 hari lagi dan belum ada kemajuan."

Tiba-tiba Ryan datang menghampiri Reza

"Cukup Za! Jangan lo terusin lagi taruhan itu."

"Maksud elo apa Yan?"

"Jangan jadiin Kira senasib kaya Audy!" Bentak Ryan tiba-tiba

"Gak kebalik? Bukannya seharusnya gue yang bilang gitu ke elo,,!"

"Elo sahabat gue! Tapi elo paling suka nikung gue! Gue ada salah apa sama elo?" Ujar Reza mencengkram krah Ryan

"Maksud elo apaan?" Tanya Ryan tak mengerti

"Sok polos banget sih lo!"

'Brugh' pukulan itu melayang keras mengenai pipi Ryan sampai terhuyung

"Audy! Audy pergi gara-gara elo!" Bentak Reza emosi

"Haha.. jadi elo lebih percaya sama tuh cewek? Dari pada sahabat elo sendiri?" Tanya Ryan sambil mengusap bibirnya yang mengeluarkan darah karna sobek

"Sahabat mana yang tega ngerebut cewek sahabatnya sendiri?" Bentak Reza sembari menunjuk ke arah Ryan

"Gue gak pernah ngerebut Audy! Elo aja yang baperan!" Balas Ryan mulai tersulut emosi

"Audy itu cewek yang gak bener Za! Dia itu adu domba kita supaya..." belum selesai dia berbicara Reza segera mencengram krah Ryan lagi

" Yan! Gue jijik tau gak!" Maki Reza emosi sembari melepaskan krah  Ryan, berusaha mengontrol dirinya sendiri. Lalu keduanya menjauh menyibukkan diri dengan pikiran yang kacau

Kira Prov

Tapi ada yang aneh sore ini. Dia terlihat dingin dan mengacuhkanku. Ini bukan hanya perasaanku semata,

"Sore, si cowok bin rese," sapaku asal

"Diem!"Balas Reza masih fokus
dengan kegiatan mempercepat penyerangan

"Ups sorry. Kayaknya elo lagi sariawan ya. Tumben kagak banyak nyolot." Ujarku sembari meletakkan tasku

"Capek ya ditolak terus? Apa lo lagi dicampakin?"

Tiba-tiba dia mencekal tanganku dan menarik tanganku untuk menghadap ke arahnya

"Bisa enggak sih lo gak cerewet, gue muak tau gak!" Ujar Reza tajam

"Mana gue tau lo muak! Lo kan gak curhat." Ujarku asal

Tangan itu mengepal dan hendak memukul wajahku, tapi tepat 1 cm dia menahannya. Mataku terbelak nyaris saja wajahku akan biru atau aku akan pingsan jika itu benar-benar membogem wajahku.

Dia berdecak, dan menarik kepalan tangannya lalu ia membisikkan sesuatu.

"Jaga bicara elo! Gue gak suka nada bicara elo yang kaya preman, kaya anak kecil yang kurang perhatian tau gak,"

'Jleb'

Secara tak langsung ucapannya itu membuatku sadar. Kemungkinan aku telah membuatnya tersinggung sampai menjadi seperti ini.
Reza pun pergi meninggalkan tempat latihan karate. Aku mengalihkan pandanganku melihat ke arah Ryan yang fokus memukul samsak.

'Kenapa mereka saling diem? Ada apa ini? Apa telah terjadi sesuatu dengan mereka berdua?'

"Yan? Si Reza lagi pms?" Tanyaku pada Ryan

"Yaelah kaya gak tau Reza aja. Paling gak jauh-jauh dari si Audy." Ujarnya masih fokus memukul samsak

"Siapa Audy?" Tanyaku heran

"Gue duluan ya Ra,"ujar Ryan lesu sembari mengambil tasnya dan pergi

'Lho bibir Ryan kok berdarah sih,'

'Jangan-jangan mereka berantem.'

"Pada sensi kali ya." Ujarku mengangkat alis heran

"Tau ah.. latian dulu aja." Ujarku sambil memutar musik

Reza prov

Ia menatap layar ponsel dengan tatapan rindu. Audy, gadisnya itu dulunya adalah pacarnya, sebelum gadis itu lebih memilih berselingkuh di belakangknya, ya dia berselingkuh dengan Ryan sahabatnya sendiri. Bukan halu, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalo mereka kepergok ngedate di sebuah cafe.

"Arghh!" Teriakku sembari mengobrak abrik kamarku
.
.
.
TBC
Jangan lupa Comment and Vote biar saya tambah semangat nulis yaaa😊

Stay Or Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang