Si Tuan dan Si Pembokat

14 1 0
                                    

Dan selama seminggu ini gue mulai lebih deket sama Reza. Tapi gue masih inget tujuan awal gue kalo semua yang gue lakuin ini semata-mata buat bokap. Tapi gue juga gak bakal berkelit jika perasaanku kini mulai campur tangan.

"Lo nungguin gue bentar, ada pertandingan basket sore ini. Dan elo temenin gue." Ujar Reza santai

"Loh.. kok elo jadi nelunjak sih Za. Denger ya gue gak mau, elo kan janji bakal ngelatih gue setiap sore."

"Dan elo harusnya gak lupa kalo, syarat dari perjanjian itu, elo harus jadi pembokat gue." Ujar Reza tersenyum sinis.

"Nah, ini nih gue bakal luluh kalo dia ngancem soal syarat perjanjian." Gumamku kesal sembari mengikutinya ke arah lapangan basket.

"Oh iya eli duduk di barisan depan, gue gak mau nanti elo lama ngasih gue minum." Titah Reza angkuh

"Yayaya. Ada lagi?" Tanyaku kesal
Reza kemudian berbalik, menampilkan senyum menawannya"Emm. Apa ya, gak ada deh."

Kontan saja aksinya itu membuat pipiku merona. Bagaimana tidak cowok rese ini paling tau buat gue malu kaya gini.

"Cilot goreng loo! Gak usah pajang tuh senyum! Kaga mempan deh!" Teriakku kesal.

Selama pertandingan basket dimulai aku memperhatikan Bagaimana Reza bermain akan tetapi tiba-tibaAda seseorang yang mengagetkanku.

"Hei!!"teriak seseorang yang mulai mengagetkanku.

Aku mengelus dadaku, mencoba melunturkan sedikit rasa kagetku."Aaa..ishhh.. apa-apan sih lo. Ngagetin aja."

"Elo aja jadi orang kagetan,haha." Balas Aris tergelak.

"Tumben elo gak main?" Tanyaku kembali memfokuskan ke arah Reza.

"Emang kalo gue main? Elo bakal natap gue kaya elo natap si Reza?" Tanya Aris mengikuti jejak pandang Kira.

"......"

Aris mengulas senyum miris, gadis di sampingnya ini benar-benar sudah di cap hatinya oleh kakak kelasnya itu."Kak? Elo bener-bener suka ya, sama kak Reza?"

"Eh.. apa? Sorry2 gue gak fokus." Sesal Kira nyengir kuda.

"Hmm. Gak papa kok." Balas Aris pelan.

"Beneran?" Tanyaku mengangkat alis heran.

XXX Reza Prov XXX

Saat gua akan melakukan shoot. Tiba-tiba gue mendengar suara jeritan Kira, kulirik arah di mana Kira duduk disana terlihat jelas bahwa gadisnya itu Tengah didekati seorang cowok Adik kelas yang notabene Adalah saingan dirinya untuk mendapatkan Kira. Bola basket itu tetap ia shoot masuk ke ring tapi tanpa diduga pihak lawan mendorongnya keras akibatnya tubuhnya limbung begitu saja.

'Bruk!'

Reza pun terjatuh dengan sangat keras. Banyak hiu Priuk yang menyoraki jika pihak lawan yang bermain kotor atau curang.

"Arghhhh..."Erang Reza kesakitan.

'Deg'

'Reza'

Senyum di bibirku langsung pudar ketika gua tahu Reza jatuh tersungkur dan mengerang kesakitan. Aku segera bangkit dan berlari ke arahnya, mataku berair.

"Ra! Kira!." Panggil Aris keras tetapi tetap saja tak ku gubris, sekarang yang terpenting Reza.
" Za! Elo gak papakan? Za!" Teriakku sembari mencoba membantu Reza berdiri. Air mataku lolos begitu saja, melihat kondisi cowok rese ini yang lecet-lecet.

"Aku gak papa Ra! Udah tenang aja." Ujar Reza berusaha menenangkanku.

"Dasar nyebelin, kaya gini kok dibilang gak papa."decakku kesal, aku melirik ke arah cowok yang membuat Reza terjatuh.

"Lo! Minta maaf sekarang juga!" Ujarku tajam, emosiku semakin tersulut ketika cowok di depanku ini justru tak merasa menyesal atau berniat minta maaf.

"Huh! Elo banci banget sih jadi orang! Ngapain elo cuma senyam-senyum kaya gitu. Main aja curang! Gitu aja blagu caper baget sih jadi orang." Makiku kesal

Tiba-tiba cowok di depanku ini mencengkram wajahku dengan kuat Tapi aku tidak menghentikan tatapan tajam kepadanya.

'Siapa yang takut pada cowok yang nyebelin yang kayak banci gini.'

"Asal lo tau! Pelacur kaya elo gini, gak berhak ngomong tentang gue. Apalagi tentang kelakuan gue!" Bentak Beni dengan nada mengintimidasi.

Tiba-tiba cengkraman tangan Beni di wajahku Ditepis kasar oleh Reza. Aku menatap ke arah Reza seakan bertanya tetapi sorot matanya itu menajam ke arah Bani.

"Dan gue paling gak suka ada cowok sifatnya kaya banci! Kaya elo!" Bentak Reza kasar,

Segera Reza menarik tangan Kira menjauh dari arena basket.

Beni pun meludah sok jijik, saat menatap musuhnya itu yang mulai berlalu."Sialan! Cuih."

Kirapun melepaskan cekalan tangan Reza yang mulai membuat tangannya sakit.

"Sakit Za,, lepasinn."

"Elo.. hobi banget bikin gue emosi tau gak." Bentak Reza menatap tajam Kira.

"Luka elo Za harus di obatin. Ayo nanti infeksi." Ujarku khawatir.

"Gak sakit tau gak! Elo harusnya gak usah deket-deket sama Aris." Desis Reza serius.

"Lho.. siapa yang deket-deket sama Aris? Gue engg.."

"Cukup Ra!" Bentak Reza emosi.

"Makin ke sini kok elo jadi tambah kecentilan sih. Gak Aris gak Ryan!"

"Stop! Hak elo ngatur-ngatur gue apa ya Za? Elo ngelarang gue deket sama cowok lain emang elo siapanya gue? Emang gue pernah ngelarang elo sama cewek lain? Enggak kan? Elo jalan sama yang lain gue juga b aja ngapain elo sensi." Ujarku kesal mengeluarkan segala unek-unekku

"Elo itu pembokat gue."ujar Reza pelan

Akupun tertawa kecewa. Bagaimana cowok didepannya ini bisa bertindak semaunya sendiri egois tau gak.

"Gue juga inget! Inget dengan jelas kalo hubungan kita itu gak lebih dari tuan dan pembokatnya!" Ujarku sesak.

"Maksud gue..."

"Udahlah cukup! Gue paham maksud elo." Ujarku terkekeh menahan rasa pedih dan sesak di dada.

"Mending hari ini gak usah latian dulu. Gue lagi gak mood!" Ujarku asal sembari berlalu tapi cekalan tangan itu.

XXX Reza Prov XXX

Gue gak mau dia marah sama gue. Rasanya sesek banget saat dia natep gue dengan sorot kecewa itu.
Gue nyesel. Tapi apa harus gue minta maaf? Yah gengsi dong gue.

Tapi kalo enggak...
.

.

.
TBC
Maaf lama publis, soalnya terkendala sama perasaan si penulis hehe maapkan saya yang pelupa ini😖
.
.
.
Jangan lupa beri maaf sama comment and vote yaa!!😊

Stay Or Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang