(9) Sebuah perubahan

72.4K 2.4K 245
                                    

Sehan tampak sibuk mengurus berkas yang tergeletak di atas meja kantornya. Lengan kemeja nya pun kini telah tergulung hingga batas siku, sedangkan jas nya tengah tergantung apik di sandaran kursi.

Seorang wanita memasuki ruangan tersebut dengan senyuman di wajahnya.

"Aku pikir hari ini kamu ngajar di kampus," kata wanita itu sambil mendudukkan diri di sofa ruangan Sehan.

Sehan merapikan berkasnya dan meletakkan berkas tersebut di dalam laci, kini mata nya beralih pada sosok wanita di hadapannya.

"Dimana Danil?"

Wanita itu terkekeh, "Kamu nggak pernah bisa jauh ya dari Danil,"

Sehan berdehem, lalu mengalihkan pandangannya ke layar komputer di depannya.

"Kamu belum makan siang, kan? Aku bawain makanan kesukaan kamu," Wanita itu mengeluarkan beberapa kotak makan di atas meja Sehan.

Perlahan Sehan mengalihkan pandangannya kembali memandang sosok wanita itu yang dengan telaten membuka kotak makan satu persatu, rambutnya yang terjuntai dan senyumannya yang tidak pernah menghilang di hadapan Sehan.

---o0o---

11.00 WIB

Aca keluar dari kamarnya melihat seisi rumah yang sepi penghuni.

"Tuh 'kan, Aca kesiangan lagi!" dengusnya sambil mengucak kedua mata.

Ia menutup pintu kamarnya dan tanpa sengaja netranya menangkap catatan kecil yang tertempel di depan pintu kamarnya, siapa lagi kalau bukan Sehan pelakunya.

Aca tersenyum kecil,
"Pokoknya Aca harus bisa bangun pagi mulai besok!"

---o0o---

"Masakan Aku tetap jadi nomor satu di hati kamu, kan?" tanya wanita itu.

Sehan diam, tidak menanggapi apapun.

Wanita itu menghela napas, "Aku pulang dulu, besok aku bawain makanan kesukaan kamu yang lain," ujar wanita itu lalu bangun dari duduknya dan hendak pergi sebelum Sehan membuka suara.

"Jangan datang ke kantor ini lagi,"

Wanita itu terdiam, "Kamu nggak mau ketemu aku lagi?"

"Bukan, bukan begitu, saya cuma khawatir kalo Ibu atau Ayah ngeliat kamu ada disini,"

"Terus kenapa kalo Ibu atau Ayah liat aku ada disini? Kamu takut?"

Sehan menghela napas panjang, "Kita nggak perlu bahas ini di kantor,"

Wanita itu mengangguk, "Bahkan kalo kita di tempat lain sekalipun kamu nggak bakal mau ngebahas ini, Sehan. Aku permisi," dan wanita itu pun pergi dengan raut wajah kecewa.

---o0o---

Aca membalik daging beef steak yang terpanggang di depannya untuk kesekian kali, ia merasa senang saat melihat beef steak yang ia masak kini telah berubah warna menjadi hitam. Itu pertanda dagingnya sudah matang, setahunya.

Buru-buru ia mematikan kompor dan menaruh beef steak tersebut ke dalam kotak makan.

"Aca yakin Om pasti senang!" serunya dengan riang, padahal ia sendiripun belum mencobanya sama sekali.

HE IS MY HUSBAND || HIMH ✔ [Sudah Terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang