Aca melangkahkan kakinya ke arah dapur, pemandangan seporsi makanan yang sudah tersaji di atas meja pun tidak luput dari pandangan Aca. Hal ini sudah menjadi rutinitas pagi Aca sejak ia tinggal di rumah ini. Suaminya itu selalu saja menyempatkan diri untuk membuatkannya sarapan sebelum berangkat ke tempat kerja, biasanya Sehan selalu menyelipkan secarik kertas berisi ucapan singkat baik itu di atas meja, bahkan di depan pintu kamar Aca. Konyol memang, namun kebiasaan suaminya itu membuat ia tidak mampu untuk menahan senyumannya.
Namun saat ini ada satu hal yang menghilang, Aca sama sekali tidak melihat secarik kertas yang biasanya Sehan tempel di berbagai tempat sesuka hatinya.
Aca menunduk dalam, “Om pasti marah sama Aca,”
FlashbackOn
Sehan berlari ke tengah lapangan, masih menatap tajam sosok punggung pria yang memeluk istrinya dari belakang.
Langkahnya terhenti tepat di belakang sosok itu namun kini sorot pandangnya berubah menjadi tatapan khawatir saat pria di depannya menahan tubuh Aca yang nyaris jatuh.
Pria itu hendak menggendong tubuh Aca, raut wajahnya tidak kalah panik dengan Sehan. Namun ia harus rela kalah cepat dengan Sehan yang sigap merengkuh Aca ke dalam pelukannya.
“Sejak kapan dia pingsan?” tanya Sehan.
“Baru,”
.
.
Sehan memandang sepasang anak muda di depannya tanpa ekspresi sedikitpun. Kini mereka tengah berada di dalam ruang kesehatan, sesekali rahang Sehan mengeras saat pria itu memegang tangan Aca, ingin rasanya ia keluar dari ruangan itu, tapi ia lebih tidak rela saat istrinya di tinggal berdua dengan pria lain.
Pria itu bangun dari duduknya dan mencium pucuk kepala Aca membuat mata Sehan membola sempurna, Sehan menarik kerah belakang pria itu hingga ia tersentak ke belakang.
“KAMU SIAPA, HAH?!”
Suara berat Sehan bergema di dalam ruangan tersebut membuat sosok Aca yang terbaring lemah kini mulai kembali dengan kesadarannya, pandangannya pun mulai samar-samar menangkap kedua sosok pria yang ia kenal.
Tak lama kedua mata Aca membola sempurna saat melihat Sehan yang matanya memerah dengan bahunya yang bergerak naik-turun seolah mengatur deru napasnya untuk kembali stabil. Tatapan membunuh yang suaminya layangkan pada sosok pria di depannya membuat Aca bergerak untuk turun dari ranjang dan segera menarik pria itu keluar ruangan meninggalkan Sehan sendiri di ruangan tersebut.
FlashbackOff
---o0o---
Aca berdiri di samping mobilnya yang terparkir di area kampus. Hari ini ia sedang tidak ada kelas ia hanya datang untuk sekedar memenuhi pesan singkat dari seseorang.“Dewa rindu sama Aca,” pria itu melingkarkan lengannya di pinggang Aca.
Aca menepis lengan itu cukup kasar, “Jangan pernah berani sentuh Aca!”
Pria itu terdiam.
“Maaf atas kesalahan Dewa yang pernah bikin Aca kecewa,”
Aca mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Maaf atas kesalahan Dewa yang pernah nyakitin hati Aca,”
Pria itu menjeda kalimat selanjutnya, “Maaf atas kesalahan Dewa yang hampir merenggut kesucian Aca,”
“Dewa minta maaf,” tutupnya dengan wajah yang menunduk dalam.
Air mata Aca mengalir dengan telapak tangan yang menutup rapat kedua telinganya, bayangan itu tiba-tiba saja muncul di kepala Aca. Bayangan saat ia masih menjadi kekasih Dewa, dan saat itu juga kesucian Aca hampir terenggut kalau saja Zico tidak datang menolongnya.
Bugh!
Dewa tersungkur di tanah saat sebuah bogeman mentah menghantam wajahnya dengan keras.
“BRENGSEK!”
Bugh!
“Jangan! Aca mohon jangan pukul Dewa lagi!”
“Sehan, Aca mohon!” pekik Aca membuat pria di depannya terdiam.
Tak lama Aca terisak, bahunya bergetar hebat dengan kedua telapak tangan menutupi wajahnya.
Sehan menarik lengan Aca membawanya dalam sebuah dekapan,
“Jangan pernah berani muncul di hadapan saya lagi, dengar ini baik-baik,” peringatan Sehan sambil menunjuk ke arah Dewa.Sedangkan Dewa hanya mampu melihat Aca dengan tatapan sendunya.
.
.
To be continue. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MY HUSBAND || HIMH ✔ [Sudah Terbit!]
Fanfic[Buku tersedia di shopee Momentous WordLab dan shopee Buku Beken.] Bagaimana bisa 'perjodohan' dan 'pemaksaan' yang memiliki arti kata berbeda akan terlihat sama jika diambil dari sudut pandang Aca? Dia adalah seorang mahasiswi jurusan sastra bahas...