(6) Hampir saja

84K 2.7K 225
                                    

Aca terbangun saat sebuah alarm di nakas tempat tidurnya berbunyi menunjukkan pukul 6 pagi. Matanya masih sulit untuk terbuka, karena ia terbiasa untuk bangun pukul 8 pagi.

Konyol memang, seorang istri baru bangun pukul 8 pagi, sedangkan suaminya sudah sibuk dengan rutinitas masak yang biasanya seorang istri lakukan di pagi hari.

Aca mengendap-ngendap keluar dari kamarnya, matanya menelusuri setiap penjuru rumah hanya untuk memastikan apakah ia benar-benar terbangun lebih dulu daripada suaminya?

Kalian masih ingat dengan kamar kosong yang terletak di sebelah kamar pribadi Sehan?

Kini kamar tersebut telah di tempati oleh Sehan, sedangkan Aca menempati kamar pribadi milik Sehan. Mereka memutuskan untuk tetap tidur terpisah sampai keduanya telah benar-benar saling menerimanya satu sama lain, entahlah mereka akan terus begini sampai berapa lama lagi.

Aca menelusuri tangga dengan perlahan, ia berusaha untuk tidak menimbulkan bunyi sedikitpun dari langkah kakinya. Dan konyolnya Ia masih mengenakan baju piyama bergambar pororo dan jangan lupakan sandal tidur bulunya yang masih ia kenakan menuju dapur, bahkan rambut panjangnya pun ia kuncir menjadi dua.

.

.

Kaki ramping Aca kini telah berdiri apik di tengah-tengah dapur dengan mata yang sibuk memandangi berbagai peralatan memasak yang tersusun rapi di tempatnya. Namun tak lama ia menggaruk tengkuknya dengan kedua alis yang mengernyit bingung, "Ini gimana cara Aca pakai alat ini semua?" ujarnya.

---o0o---

Sehan bangun dari tidurnya dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Seperti biasa, setelah membersihkan diri Sehan pun bergegas ke dapur untuk membuat sarapan pagi, namun kini langkahnya terhenti di pintu masuk menuju ruang dapur saat matanya menangkap sosok Aca yang memakai piyama tidur dengan apron yang terpasang di badannya. Sandal berbulu yang Aca gunakan pun tidak lepas dari pandangan Sehan membuat ia tertawa kecil melihat sosok istrinya pagi ini.

Sehan melanjutkan langkahnya memasuki ruang dapur, ia mengambil botol minum di dalam kulkas yang letaknya dekat dengan posisi Aca, namun Aca sama sekali tidak sadar dengan kedatangan Sehan di ruangan itu.

"Lagi masak?" goda Sehan sambil bersandar di depan pintu kulkas dengan kedua tangannya yang kini terlipat di depan dada.

Aca yang memang sedang fokus dengan kegiatannya hanya berdehem, namun tidak lama kedua matanya membola saat ia menyadari tidak hanya ada dirinya di ruangan ini.

"Sejak kapan Om ada disini?"

"Hm, satu menit yang lalu mungkin, kalo kamu lapar bangunin saya aja, Ca, lagipula tumben banget jam segini udah bangun," ujarnya sambil mengambil bahan masakan di dalam kulkas.

"Tadinya kan Aca mau bikinin sarapan buat Om," balasnya dengan bibir mengerucut lucu.

Sehan terkekeh, "Kamu kan nggak bisa masak, mau bikin dapur saya gosong?"

Aca mendengus mendengar jawaban Sehan, entah kenapa emosinya pagi ini sedikit kurang baik, ia melepas apronnya dan hendak pergi dari ruangan itu sebelum tangan Sehan mencekalnya.

"Aca dengar ini, saya bukannya nggak ngizinin kamu masak, saya takut tangan kamu luka, nanti kan yang repot saya juga," ujar Sehan dengan tangan besarnya yang mengelus jari Aca.

Aca mengalihkan pandangannya ke bawah," Jangan nunduk, nanti saya nggak bisa liat muka jelek kamu, hm,"

Kedua pipi Aca menggembung, dengan lembut Sehan menangkup kedua pipi Aca, "Senyum. Kamu jauh lebih cantik kalo senyum,"

---o0o---

Sehan menatap sosok istrinya yang sedang lahap menyantap sarapan paginya. Ia tersenyum saat istrinya terlihat seperti anak kecil yang sedang menginap saat liburan sekolah di rumah pamannya, dengan piyama pororo yang masih ia kenakan dan rambut panjangnya yang di kuncir dua.

"Om?" Aca membuka suara di sela-sela kunyahannya.

"Hm?" dehem Sehan.

"Om belum cerita sama Aca, kenapa Om bisa jadi dosen di kampus Aca? Terus kerjaan Om di kantor gimana?"

Sehan meletakan sendoknya yang ia pegang kemudian menceritakan semuanya dari awal, dari Sehan yang di minta untuk menjadi dosen pengganti, sampai akhirnya Sehan bertemu Aca sebagai mahasiswinya yang datang ke kampus hanya untuk menumpang tidur.

---o0o---

"Kamu mau berangkat ke kampus?"

"Iya, Om, Aca ngambil kelas jam 9 pagi," jawabnya.

"Bareng sama saya aja, lagipula saya ada keperluan di kampus kamu,”

"Bukannya Om nggak ada jadwal ngajar hari ini?" tanya Aca.

"Kan saya udah bilang kalo saya ada keperluan di kampus kamu,"

Aca meringis, ia masih belum siap kalau satu kampus tahu mengenai pernikahannya, apalagi suaminya itu menjadi dosen di sana.

Drtt.. Drtt..

Ponsel Sehan bergetar, Sehan menghela napas berat saat membaca pesan singkat yang masuk ke ponselnya.

"Emm.. maaf, Ca, saya nggak jadi ngantar kamu, Ayah nyuruh saya datang ke kantor," ujar Sehan sambil mengambil kunci mobil di atas meja.

Aca mengulas senyumannya, "Nggak apa-apa ko, Om, kan masih ada lain waktu," ujar Aca.

Sehan tersenyum mengusap pelan rambut Aca,"Kamu hati-hati di jalan ya, saya duluan," ujar Sehan kemudian mengecup kening Aca, meninggalkan Aca yang menghela napas lega.

"Hampir aja,"

.

.

To be continue. . .

HE IS MY HUSBAND || HIMH ✔ [Sudah Terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang