Part 2

48 14 7
                                    

Happy reading😉😘
~~~~~

"I believe my heart
There's no other choice
For now and whenever
My heart speaks I can
Only hear your voice"

*****

Icha melirik jam tangan mungil yang menunjukkan sudah jam dua belas. Itu berarti bahwa dia harus pergi sekarang. Tetapi dia ragu untuk pergi, dia bahkan belum mengucapkan selamat pada pengantin dan belum ada foto bersama mereka.

Padahal sekarang acara pemberkatan nikah. Icha melirik kertas acara yang ada ditangannya. Senyum manis terukir cantik di wajahnya. Sebentar lagi ada grup yang menyumbangkan lagu. Otomatis dia punya peluang besar untuk menghampiri kedua pengantin.

Saat waktunya tiba, Icha setengah membungkukkan badannya dan berjalan cepat ke depan dimana kedua pengantin duduk. Sesampai di depan Icha langsung menyambar kedua tangan pengantin.

Kedua pengantin tersebut terkejut akan kedatangan Icha yang tiba-tiba. Dan ini masih dalam acara, belum pernah sejarahnya ada yang menemui pengantin pas acara. Dan mungkin Icha lah yang akan membuat sejarah baru.

"Selamat berbahagia ya Inang dan Amang." gumam Icha setengah berbisik. Kedua pengantin hanya menganggukan kepala masih terkejut dengan tingkah konyol Icha. Tapi mereka sudah terbiasa dengan segala keanehan yang Icha miliki.

"Maaf ya, Icha harus pergi soalnya Icha harus kerja hari ini, semoga acaranya lancar sampai akhir," gumam Icha seraya melepas genggaman tangannya.

Icha mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menekan ikon kamera. Dia ingin berfoto bersama kedua pengantin. Hal yang lebih konyol.

Icha duduk ditengah-tengah pengantin dan melambaikan tangannya pada juru kamera yang berdiri tidak jauh dari sana. Juru kamera tersebut mengerti dan mendekati pengantin serta mengambil ponsel yang di ulurkan Icha.

Sebenarnya juru kamera tersebut mulai dari tadi memperhatikan kejadian langka ini.

Acara foto bersama selesai saatnya Icha harus bergegas pergi. "Makasih banyak ya Icha. Hati- hati dijalan," ucap Inang pendeta seraya memeluk tubuh Icha singkat.

Icha hanya melemparkan senyumnya yang paling manis kepada mereka.
"Icha pergi dulu," sambil melambaikan kedua tangannya. Icha kembali membungkukkan badannya dan bergegas menememui ibunya tercinta, untuk ijin pulang.

Usai menemui ibunya, dia menyalakan motornya. Dia mematikan motornya lagi seraya berpikir keras. Dia tidak mungkin membawa motor sendiri ke terminal. Siapa nanti yang akan bawa pulang kesini. Biasanya dia diantar oleh Geraldhy adiknya. Icha tidak diijinkan langsung bawa motor ke tempatnya kerja. Icha harus naik bis atau angkutan umum lainnya.

Tapi Geraldhy masih berada di sekolah. Lysha memang ijin dari sekolah, tapi dia masih harus menari bentar lagi. Icha ingin berteriak rasanya. Dia berpikir keras siapa yang akan mengantarnya ke terminal. Dia melihat sekelilingnya, tidak ada yang terlalu dia kenal.

Jika adapun, mereka adalah bapak-bapak yang sedang menggosip di sudut parkiran. Tentu saja Icha tidak akan meminta bantuan kepada mereka.

Disela-sela kebingungannya, tiba-tiba Icha mengingat ucapan Lysha bahwa Varo sedang berada di kampung ini. Rumahnya tidak jauh dari lokasi Icha berada. Tapi Icha berpikir dua kali untuk meminta bantuannya. Bagaimana jika Icha ditolak.

Lagipula sudah lama mereka tidak saling sapa menyapa. Tapi karena tidak ada pilihan lain. Lebih baik dia minta bantuan Varo daripada bapak-bapak penggosip disana.

Icha menyalakan motornya menuju rumah Varo. Sesampai disana, Icha mengetok pintu dan tiba-tiba cowok yang selalu datang ke mimpi Icha nongol di depan Icha membuat Icha terkejut.

Gadis LangkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang