Happy reading😘
~~~~~"Bagi gue lo masih anak kecil, jadi harus selalu dijagain, biar nggak hilang" - Peter Anderson
*****
Sudah sepuluh menit yang lalu, teman-teman Icha sudah bubar dari kelas. Ana juga sudah pulang duluan. Karena jarak dari rumah Ana ke kampus tidak terlalu jauh. Jadi Ana biasanya bawa motor ke kampus.
Sementara Icha masih berdiri di depan kelas. Icha mulai dari tadi sudah berniat pergi dari sana secepat mungkin, karena dia harus balik ke rumahnya bukan ke mess. Jarak dari kampus ke rumah Icha lumayan jauh. Membutuhkan waktu sekitar dua jam. Sedangkan jarak ke mess hanya membutuhkan lima belas menit menggunakan angkutan umum.
Biasanya Icha akan ke terminal menunggu bis yang lewat. Tapi ada hal yang menghalangi Icha untuk segera beranjak dari sana. Yaitu hujan rintik-rintik.
Ya memang hanya hujan rintik-rintik, bukan hujan deras. Tapi itu sudah mampu membuat Icha mengurungkan niatnya untuk segera beranjak dari tempat itu.
Icha tidak membenci hujan, malahan dia sangat suka dengan hujan. Dia sangat rindu bisa berada di bawah hujan. Menikmati setiap tetesan air hujan yang membasahi tubuhnya. Icha rindu bisa bermain di bawah hujan tanpa takut sakit atau masuk angin.
Tetapi semenjak kelas tiga SMA, Icha tidak pernah lagi melakukan setiap hal menyenangkan di bawah hujan. Icha akan jatuh sakit, jika dia bersentuhan dengan air hujan. Terutama jika air hujan tersebut menyentuh kepalanya. Setetes air hujan yang menyentuh kepalanya, sudah mampu membuat Icha pusing.
Kebetulan Icha lupa bawa jaket atau payung, karena dia pikir bahwa hari ini tidak akan ada hujan. Icha melirik jam tangannya, sudah jam lima sore. Itu berarti dia akan sampai malam di rumahnya. Dia masih belum berani menembus hujan itu.
"Lo nunggu gue antar ya?" Suara itu mengejutkan Icha. Icha menoleh ke samping dan mendapati Peter sudah berdiri tegap di sampingnya. Lengkap dengan helm dan jaket kulit yang terbalut sempurna di tubuhnya.
Icha memutar bola matanya malas. "Bisa nggak sih, lo nggak ganggu hidup gue sebentar aja," ucap Icha ketus malas berdebat dengan lelaki beralis tebal itu.
Peter tidak mempedulikannya, "Lo kenapa belum pulang?" Peter penasaran, tumben Icha belum pulang. Biasanya Icha langsung cepat pulang dengan alasan 'gue masih ngajar privat'
"Hujan."
"Hujan? Cuma rintik-rintik doang."
"Gue nggak bisa kena hujan."
"Emang lo mermaid, kalo kena air langsung punya ekor." Peter merasa bahwa Icha hanya bercanda dan mengucapakan alasan yang tidak masuk akal.
Icha menatap Peter tajam. Tapi Icha lebih memilih untuk diam tanpa berkomentar apapun. Icha membiarkan Peter berpendapat apapun. Icha tidak akan peduli.
Karena Icha tidak menanggapi ucapan Peter barusan. Tiba-tiba sebuah ide muncul di otak Peter.
Peter tiba-tiba menarik Icha ke bawah rintik-rintik hujan. Icha yang terkejut dengan aksi Peter, langsung memukul tangan Peter yang memegang tangannya erat. Icha meronta-ronta supaya Peter melepaskan tangannya.
"Gue mau mastiin, apa benar kalo lo kena air hujan bakal berubah jadi mermaid." Peter mengatakannya sambil tertawa puas. Dia merasa senang bisa mengerjai Icha.
Ketika Icha meronta-ronta melepaskan pegangan Peter. Peter malah semakin menarik Icha ke tengah lapangan.
"Icha, kaki lo belum berubah jadi ekor," ucap Peter tanpa melihat wajah Icha. Icha begitu marah pada Peter. Air hujan telah menyentuh kepala Icha. Dan itu langsung bereaksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Langka
Teen FictionCerita ini bukan cerita biasa Mengisahkan seorang gadis yang langka. Kenapa dikatakan langka? Karena memang dia langka, dia berbeda dari gadis lainnya. Dengan keanehan dan kebodohannya serta prinsip anehnya. Gadis yang berprinsip tidak akan pacaran...